Lulu Elhasbu : Butuh 10 Tahun Untuk Raih Impian

Lulu Elhasbu, Founder dan CEO Elhasbu dan Zaura Model Management (Foto: Dokumen Pribadi)

youngster.id - Lulu Elhasbu bisa dibilang model, desainer dan fashion blogger baju muslimah papan atas. Dia adalah pendiri, perancang dan CEO dari label Elhasbu. Lulu juga salah satu pendiri Zaura Models Management dan Fashion Director untuk Hijabers Community. Motivasinya sebagai pebisnis dunia fesyen muslimah cukup tinggi. Untuk meraih semua itu dia rela menunggu 10 tahun lamanya. 

Perempuan bernama asli Lutfiah Hasbu Marzuki ini terlihat anggun dan feminim di berbagai kesempatan. Gaya edgy feminism menjadi pilihan penampilannya saat ditemui Youngsters.id. Desain baju yang ia kenakan ini bergaya tunik longgar dengan potongan croptop pada bagian depannya. Sangat cocok untuk dipadupadankan dengan skinny pants atau celana jogger, sehingga tetap aman dan tidak membentuk bentuk badan. Uniknya dia mengenakan sneakers.

“Meskipun Edgy Feminim pilihan fesyen aku lebih ke sporty. Jadi lebih nyaman dan lebih suka pakai sneakers. Yang penting atasnya tetap feminim,” tutur wanita yang akrab disapa Lulu itu mengenai penampilannya.

Gaya inilah yang dituangkan ke dalam berbagai rancangan busana berlabel Elhasbu. Label yang didirikan Lulu pada tahun 2012 ini belakangan ini menyita perhatian publik. Pasalnya koleksi Elhasbu adalah busana ready to wear yang bergaya simple dan nyaman. Busana muslim ini juga didominasi warna monochrome dengan dominan hitam dan pink yang sedang tren.

Berkat “keunikan” itu label Elhasbu mendapat perhatian publik. Bahkan pada Jakarta Islamic Fashion Show, Elhasbu bersanding dengan karya Dian Pelangi, Ria Miranda dan Ghaida Tsurayya.

Kemajuan Elhasbu tergolong cukup pesat. Belum genap setahun berdiri, Elhasbu sudah meraih pasar luar negeri melalui penjualan online. Penggemar dari Malaysia dan Singapura kerap melakukan pemesanan. Bahkan, ada pesanan dari Kanada serta Amerika Serikat.

“Bagi saya fesyen enggak muluk-muluk, let it flow saja. Saya tidak mau menggurui orang dalam mengenakan busana muslim. Bagi saya ini cara yang lebih halus dan lebih menarik untuk busana muslim dapat diterima oleh semuanya,” ucap Lulu.

 

PNS dan Model 

Sesungguhnya Elhasbu adalah buah dari perjuangan Lulu selama  satu dekade. Pasalnya keinginan untuk menekuni bisnis di bidang fesyen sempat tidak mendapat restu dari orang tua. Jalan berliku pun dilalui perempuan kelahiran 27 November 1983 ini. Butuh 10 tahun baru lampu hijau diberikan.

“Butuh 10 tahun untuk meyakinkan orang tua kalau jalan yang saya pilih ini adalah dunia fesyen. Saya ingin hidup saya punya tujuan,” ungkap lulusan S1 Komunikasi Universitas Mustopo Beragam. Cita-cita itu muncul setelah dia mengenal dunia modeling di awal tahun 2000.

“Dulu, saya ini anak pemalu. Bahkan, kadang kalau ada orang bertamu ke rumah saya ngumpet. Namun sejak kenal dunia model sifat introvert saya berubah,” kisah Lulu.

Hal itu membuat Lulu semakin jatuh cinta dengan dunia modeling. Apalagi dia mendapat bimbingan model senior Ratih Sanggarwati. Kehidupan keluarga yang religius memang telah menempa kepribadian Lulu, sehingga sejak awal Lulu langsung menekuni dunia model hijab. “Kala itu hijaber belum hits, belum ada model yang asli memakai hijab,” ujarnya.

Awalnya, Lulu mendapat izin untuk menjadi model karena dipandang sekadar hobi semata. Lagipula pilihan busana yang diperagakan juga sudah pasti sopan dan tertutup. Hanya saja, mereka tidak mengizinkan Lulu untuk menjadikan hobi ini sebagai profesi. Bahkan sang ayah sempat berniat untuk mengirimkan Lulu bersekolah di Tunisia atau Kuwait.

Tetapi Lulu menolak. Jebolan pesantren ini ingin menjalani pilihannya dan memutuskan untuk sekolah public relation. “Saya ingin kuliah pilihan saya sendiri. Cita-cita saya awalnya jadi diplomat, karena saya senang jalan-jalan ke luar negeri,” ungkapnya. Tetapi sejak jatuh cinta pada dunia fesyen dia menjadikan ilmu PR sebagai bekal untuk tampil di hadapan khalayak. “Saya jadi senang ketemu orang baru. Jalin silaturahmi baru lagi,” tambahnya.

Hanya saja, restu untuk profesi itu belum diperoleh. Sampai akhirnya Lulu bekerja sebagai PNS di Departemen Agama. Hanya saja panggilan hatinya tidak bisa dipungkiri adalah dunia fesyen. “Dari dulu hobi model bagi saya bukan hanya kepuasan materi, tetapi juga kepuasan batin,” ucap Lulu.

Lulu mengaku gara-gara itu dia tidak mengejar berkarier sebagai PNS. Sampai akhirnya di tahun dia memberanikan diri untuk mengungkapkan keinginan berbisnis di dunia fesyen kepada kedua orang tuanya. Keteguhan hati Lulu menggugah kedua orang tuanya. “Papa melihat perkembangan dunia fesyen baik. Dan akhirnya dia merestui keputusan saya terjun ke dunia fesyen dan melepas status PNS saya,” kenang Lulu.

Dia memulai dengan mendirikan Zaura Models Management. “Bagi saya model adalah bagian terpenting dari industri fesyen itu sendiri. Sama-sama model hanya berbeda di busana yang dibawakan, yakni busana muslim,” kata Lulu. Dari situ terpikir untuk membuka agensi ini bersama Ashfi Qamara, Lydia Septiani, Dian Ayu, dan Firda Khalisa.

“Karena punya satu visi misi juga makanya dibentuk Zaura model itu, kami menerima yang berhijab. Kami juga mensyiarkan, menularkan mengenakan hijab. Ada beberapa model yang enggak berhijab, kemudian ikut di Zaura jadi punya niat untuk berhijab. Senang banget kalau sudah lihat teman-teman pakai hijab,” ungkap Lulu.

Syarat yang ditetapkan Zaura Model Management sesungguhnya sama dengan agensi model lainnya. Minimum tinggi 165 cm untuk model foto, sedang untuk model runway 172 sampai 173cm. “Yang pasti attitude-nya bagaimana menjaga silaturahmi dan hubungan baik dengan klien. Tidak sombong, kalaupun ada yang over merasa paling cantik kita juga kasih perhatian dan pengertian supaya tidak sombong. Attitude itu penting karena membawa nama baik masing-masing sebagai muslimah. Kalau sudah memperagakan baju muslim kan berarti wajahnya sudah dikenal orang. Berarti kehidupannya ya harus disesuaikan,” papar Lulu.

Agensi model itu resmi berdiri pada 2010. Kini, kiprah Zaura Modeling kerap mewarnai pagelaran peragaan busana muslimah di sejumlah gelaran besar. Salah satunya adalah Indonesia Fashion Week (IFW).

 

Lulu Elhasbu, Founder dan CEO Elhasbu dan Zaura Model Management (Foto: Dokumen Pribadi)
Lulu Elhasbu, Founder dan CEO Elhasbu dan Zaura Model Management (Foto: Dokumen Pribadi)

 

Dibelakang Layar

Lewat Zaura Modeling Lulu mengaku mengajarkan para model untuk tidak sembarangan mengambil kerjaan. “Kami sebagai manajemen juga memastikan apakah tawaran pekerjaan itu benar, bukan tipuan, khawatir ada unsur kejahatan. Kami selalu waspada dan pasti diperhatikan soal kenyamanan dan keamanan para model,” kaanya.

Selain itu, karena model semua berhijab diberi batasan untuk tidak membuka baju sembarangan. Kalaupun buka, bukan langsung semua. Mereka semua masih berbusana seperti legging atau manset. Dan memastikkan ke desainer kalau ada model baju yang terlalu pendek atau terlihat bagian leher dan lainnya. “Mereka sendiri sudah paham karena memang berhijab bukan hanya saat runway,” ujarnya. Desainer yang pernah bekerjasama itu di antaranya Hannie Hananto, Irna Mutiara.

Dari sana terbersit ide untuk menjadi desainer. “Sebenarnya awalnya enggak ke bisnis, kami hanya menyalurkan hobi buat baju. Lalu muncul pemikiran bahwa masa sebagai model pasti ada pensiunnya kenapa tidak terjun jadi perancang busana muslim,” kata istri Wahyudi itu.

Keinginan ini bisa dibilang nekad. Pasalnya dia tidak memiliki dasar pendidikan di bidang desain. Karyanya berlandaskan pengalaman dan intuisi semata. Dukungan dari keluarga, terutama sang suami menjadi penyemangat Lulu untuk memulai label Elhasbu di tahun 2013.

Ternyata, karyanya itu cepat mendapat tempat di ranah fashionista Tanah Air. Elhasbu telah hadir di butik District12 di salah satu pusat perbelajaan ternama di Jakarta Selatan. Label milik Lulu ini bersanding dengan label lain seperti Novierock, House of Nabila, Kaimma hingga Kara. “Saya belum berani punya toko sendiri. Jadi bareng-bareng teman,” ujarnya sambil tertawa.

Menurut Lulu demi memuaskan pelanggan, desainnya diperbaharui tiap satu hingga dua bulan sekali. “Soalnya pelanggan selalu minta edisi terbaru,” kata Lulu yang juga menjual bajunya di Muse101 FX Senayan, Jakarta.

Bicara mengenai persaingan, Lulu tidak menutup mata. Tetapi dia percaya, kualitas tidak mungkin berdusta. Kepercayaan konsumen yang loyal padanya menjadi kartu yang selalu dipegang erat. Baginya, tanpa rasa percaya tidak ada ikatan setia antara penjual dan pembeli.

“Saya terus membaca pasar sehingga karya saya tetap diterima oleh semua masyarakat,” ucap Lulu dengan penuh keyakinan.

 

========================================

Lutfiah Hasbu Marzuki (Lulu Elhasbu)

Tempat Tanggal Lahir : 27 November 1983

Pendidikan : S1 Komunikasi Universitas Moestopo Beragama

Usaha :

=======================================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version