Muhammad Abdul Gani: Menyalurkan Hobi Menjadi Bisnis yang Kreatif

Muhammad Abdul Gani, Founder #AGNPly Wood Painting (Foto: Fahrul Anwar/Youngster.id)

youngster.id - Biasanya, aktivitas melukis kerap dilakukan di atas media kanvas atau kain. Tetapi kreativitas telah membawa seni lukis ke berbagai media. Salah satunya yang mulai populer adalah melukis di atas kayu atau wood painting.

Seperti yang dilakukan oleh Muhammad Abdul Ghani. Hobi melukis yang dia tekuni sejak kecil, dikembangkannya menjadi bisnis yang menjanjikan. Melalui usaha rintisannya bernama #AGNPly Wood Painting, ia menawarkan keahliannya melukis di atas media kayu.

“Awalnya saya nggak sengaja membuat usaha rintisan dengan nama #AGNPly Wood Painting. Bermula ketika saya mau memberi hadiah buat atasan, tapi ingin barang yang lebih personal dan kalau bisa nggak ada yang sama. Oleh karena saya suka gambar, ingin kasih hadiah lewat gambar bikin ilustrasi. Cuma kebanyakan medianya kertas. Akhirnya saya berpikir dan setelah menemukan media baru, dan nggak sengaja ke mini market saya menemukan talenan dari kayu. Akhirnya saya buat pertama kali dari talenan,” kisah Abdul yang kerap disapa AGN itu kepada Youngster.id baru-baru ini di Jakarta.

Ternyata, hadiah dari Abdul itu oleh penerimanya dibagikan di sosial media, dan banyak yang suka. Pemesanan pun mulai berdatangan. Tapi menurut Abdul, ketika itu dia merasa belum siap. “Saat itu belum terpikir ini akan jadi bisnis. Bahkan, saya sampai takut ketika menerima orderan pertama, karena waktu itu masih kerja,” katanya sambil tersenyum.

Selain itu, dia merasa belum percaya diri untuk menuangkan hobi dan karyanya ke dalam wadah kayu. Pasalnya, Abdul belajar melukis secara otodidak. “Jujur saya nggak ada pendidikan formal untuk belajar melukis. Cuma dari kecil itu saya senang coret-mencoret dan itu seperti berjalan sendirinya,” ujarnya.

Pria kelahiran Jakarta, 23 Maret 1989 ini memang senang berkreasi dalam banyak media. Dia pernah membuat barang dari clay, wood crafting, bahkan juga fotografi. Namun semua itu hanya sebatas hobi. Bahkan, saat kuliah dia sempat bergabung dengan komunitas pecintan gambar, Kampung Segart binaan Popo. “Di sana saya mendapat banyak pengalaman membentuk cita rasa dan pemahaman tentang seni yang lebih baik lagi,” akunya.

Namun semua itu hanyalah sebatas hobi. Hingga kemudian karya wood painting-nya yang disebar di sosial media mulai dilirik orang banyak. Permintaan terus bertambah, hingga akhirnya Abdul pun terdorong untuk fokus 100% mengelola ini sebagai produk dan bisnis yang serius. Dia pun memutuskan keluar dari tempat pekerjaannya dan mendirikan #AGNPlywood Painting pada 2015 lalu.

“Saya tertantang membuat karya yang lebih matang lagi. Saya pikir saya punya kemampuan ini, kenapa saya nggak coba untuk dibawa wirausaha,” kata alumni ISIP itu. Apalagi, sebelumnya dia memenangkan lomba diorama dari clay dan mendapat hadiah ke Australia salama satu minggu.

 

Sesuai Passion

Berbekal hobi, keterampilan dan kreativitasnya, Abdul pun mulai usaha wood painting ini. “Yang jelas, jalan yang saat ini saya pilih sesuai passion, ditambah ridho dari orang tua. Bahkan, orang tua mendukung apa yang saya lakukan ini,” ungkap Abdul.

Menurut Abdul, produk #AGNPly Wood Painting memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan produk serupa.

“Kalau di wood painting, style saya memang mengerjakan customize yang mengarah ke realis, seperti foto-foto wajah. Sedangkan untuk ilustrasi, saya benar-benar menggunakan imajinatif karya-karya yang dihasilkan seperti cover buku anak. Itu yang menjadi pembeda karya saya dengan yang lain,” klaimnya.

Sebagai seniman, dia juga banyak mengandalkan kepekaan. “Saya juga menggunakan mood.  Bisa dibayangkan sampai ngamplas pun saya terjun sendiri. Jadi yang saya kerjakan memang dari hati. Kebetulan saya juga bisa fotografi dan memiliki studio mini di rumah. Dan itu akan mempengaruhi hasil kerja. Semuanya saya buat dengan ramah lingkungan,” imbuhnya.

Meski demikian, di awal mulai usaha Abdul menemui kendala yang belum pernah dibayangkan. “Pertama kali terjun omsetnya nggak sesuai harapan, ketika di bulan pertama itu berat banget,” ujarnya.

Tak hanya itu, dia juga mendapat tantangan dari pasar. “Setelah resign dari kerja dan fokus berwirausaha, justru produk saya mendapat tanggapan kurang bagus di media sosial,” ungkapnya lagi.

Rasa tidak puas pelanggan itu terkait dengan kualitas produk yang kurang kuat. Hal itu ternyata karena media kayu yang dibeli Abdul dari pemasok kurang cocok. Sehingga produk wood painting tidak seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, Abdul pun mesti mempelajari lagi produknya dan melakukan banyak perubahan.

“Saya mengganti material dengan kayu yang diproduksi sendiri sehingga kualitas bisa terjamin. Lalu saya tambah dengan ilustrasi. Alhasil orderan kembali banyak berdatangan,” tuturnya sambil tersenyum.

Dengan perubahan itu, para pembeli semakin yakin akan produk wood painting produksi #AGNPly Wood Painting. Bahkan, produknya tidak saja mendapat pesanan dari dalam negeri, tapi juga hingga ke mancanegara.

“Bersyukurnya karya saya sekarang sudah dikenal sama masyarakat. Bahkan yang paling menarik, banyak juga pesanan yang datang dari luar negeri pas pertengahan tahun 2017 lalu. Paling jauh pesanan datang dari Jepang, Skotlandia, dan Amerika yaitu dari orang Indonesia yang tinggal di sana,” kata Abdul bangga.

 

Beberapa produk wood painting karya Abdul melalui brand #AGNPly Wood Painting (Foto: Fahrul Anwar/Youngster.id)

 

Aset Terbesar

Disebutkan Abdul, untuk mendirikan usaha rintisan di bidang wood painting ini ia tak mesti mengeluarkan modal yang besar. Bakat yang dimilikinya itu menjadi aset terbesar selama perusahaan rintisannya ini berdiri.

“Kalau ditanya modal memulai usaha ini, modalnya kurang dari Rp 500 ribu. Sesungguhnya hanya butuh kreatifitas saja. Apapun itu saya kerjakan sendiri,” ujarnya.

Namun dia mengakui kurangnya sumber daya manusia, menjadi masalah untuk membuat usaha ini berkembang.

“Saya mengerjakan semua mulai dari nol sampai akhir. Jadi ketika ada lebih dari satu pesanan yang sedang dikerjakan, mesti ada jedanya. Cukup sulit membagi waktunya. Kadang dari post pertama pengerjaan harus pindah melakukan pekerjaan lainnya agak cukup sulit. Terus yang lebih real lagi bisnis ini bagaimana cara mengelola keuangan, dan hal ini teramat sulit buat saya,” ungkapnya sambil tersenyum.

Wajar jika saat ini Abdul hanya bisa membatasi pesanan yang masuk setiap bulannya. “Kebanyakan kalau sekarang yang pesan itu perusahaan. Cuma saya memang saat ini belum bisa terima orderan yang jumlahnya banyak. Karena semua ini saya kerjakan sendiri. Masih takut nggak kepegang. Paling dalam sebulan itu, saya hanya mampu mengerjakan sebanyak 14 unit,” katanya lagi.

Hal itu juga membuat omset usahanya ini tidak dapat dipastikan. “Saya nggak membuka banyak dan memang membatasi. Omsetnya jadi berubah-ubah setiap bulannya,” ujar pria pemenang Program Genit Coolabs Doku 2018 itu.

Di sisi lain, dia juga mengakui dalam dua tahun terakhir ini bisnis wood painting mulai marak. Tak mengherankan, tingkat persaingan juga semakin ketat.

“Ketika saya memulai usaha tahun 2015 lalu, memang belum banyak jika dibanding sekarang. Persaingan pastinya selalu ada, tapi saya nggak pernah khawatir. Karena bagi saya, setiap karya ilustrasi itu punya style dan market masing-masing. So far, orang-orang yang sudah pernah memesan sama saya sejak dua tahun lalu, mereka datang lagi untuk memesan yang baru,” katanya yakin.

Bahkan, Abdul tidak menerapkan strategi khusus dalam memasarkan produknya. “Saya percaya pada satu hal, yaitu dimana karya yang bagus itu biasanya akan menjadi bahan pertimbangan dan disukai banyak orang. Intinya, saya selalu menyajikan karya yang terbaik saja. Bahkan saya selama ini, memperkenalkan produk kreatif ini hanya lewat medsos seperti Instagram dan Facebook. Dan saya bersyukur akhirnya karya saya bisa dikenal oleh khalayak banyak,” pungkas Abdul.

 

=====================================

Muhammad Abdul Ghani

Prestasi :

=========================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version