Muhammad Ikhwan Thariqo : Keterbatasan Fisik Bukan Penghalang Untuk Berkarya

Muhammad Ikhwan Thariqo, Founder & CEO Poster Kayu (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

youngster.id - Penyandang disabilitas mempunyai hak yang sama dengan orang normal, termasuk dalam bekerja. Namun peluang mereka masih jauh lebih kecil dibanding dengan warga masyarakat lain. Meski demikian, banyak dari mereka yang tidak menyerah, bahkan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional atau Sakernas pada Agustus 2017, penduduk usia kerja disabilitas nasional sebanyak 21,9 juta orang. Dari angka itu, sebanyak 10,8 juta disabilitas sudah bekerja. Namun  dari data sistem wajib lapor Kementerian Ketenagakerjaan terdapat 440 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sekitar 237 ribu orang. Dari jumlah itu, tenaga kerja disablitas yang terserap baru sekitar 2.851 orang atau sekitar 1,2% yang berhasil ditempatkan dalam sektor tenaga kerja formal.

Hal ini tentu masih jauh dari harapan. Apalagi penyandang disabilitas kerap mendapat hambatan sosial budaya dari paradigma orang terhadap mereka. Namun ternyata hal ini tidak menghambat Muhammad Ikhwan Thariqo, pemilik usaha Poster Kayu yang juga jadi digital marketer.

Keterbatasan fisik yang dimiliki dan sebagai penyandang tuna netra bukan halangan bagi dirinya untuk berkarya dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang.

“Sebenarnya jadi penyandang disabilitas itu hanya sebagai hambatan fisik yang bisa diatasi. Kami menyebutnya sebagai driven ability, kemampuan yang berbeda. Misalnya saya sekarang yang tidak bisa melihat, tetapi berkat adanya teknologi apa yang sebelumnya tidak dapat saya lakukan sekarang menjadi bisa. Saya bangun kepercayaan diri, saya pasti bisa melakukan ini karena semua orang bisa,” ungkap pria yang akrab disapa Riqo itu kepada youngster.id.

Meski memiliki keterbatasan fisik, pria kelahiran Baturaja, Sumatera Selatan ini sejak awal telah hidup mandiri. Sadar bahwa peluang untuk jadi pekerja kantoran itu kecil, maka sejak awal Riqo telah membangun bisnis sendiri. Dia pernah berjualan baju anak-anak yang sempat berjalan selama tiga tahun. Namun seperti pedagang lain ketatnya persaingan membuat dia memutuskan untuk banting stir menjadi seorang digital marketing.

“Kebetulan dari dulu saya suka IT dan dunia marketing. Jadi saya belajar bagaimana tentang cara memasarkan produk di era digital agar diterima oleh masyarakat,” ujarnya.

Riqo memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk belajar secara otodidak mengenai pemasaran melalui digital. “Saya ini tuna netra, tetapi untuk dapat reverensi adalah dengan membaca buku. Apalagi sejak saya dapat mengakses internet dan kenal google saya bisa belajar segalanya. Misalnya saya belajar tentang web program, kemudian saya bisa belajar digital marketing semuanya secara otodidak,” ungkapnya.

Alhasil ilmu itu dapat dia gunakan untuk membantu teman-temannya sesama penyandang disabilitas untuk bisa memasarkan produk melalui digital.

“Saya membantu teman-teman, terutama yang membuat usaha rintisan untuk bisa memasarkan produk mereka secara online. Merancang strategi pemasaran yang tepat agar produk mereka dapat diterima pasar,” ucapnya.

 

Poster Kayu

Tak berhenti di situ, awal 2019, Rico mulai usaha produksi poster kayu. Menurut dia, usaha ini terinspirasi dari teman yang dibantu dalam hal digital marketing.

“Saya melihat bahwa peluang pasar dari produk ini masih cukup besar. Dan saya mau belajar untuk membuat produk ini,” ujarnya.

Proses pembuatan poster kayu ini mulai dari pemotongan kayu sesuai ukuran standar 25 cm x 30 cm dengan tebal 2 cm dan ukuran big size 30 cm×35 cm dengan ketebalan sama. Lalu ditempelkan kertas khusus. Kemudian kertas tersebut dilukis lalu diukir dengan pisau. Setelah rampung, kayu kemudian dilapisi dengan melamin.

“Kalau produk saya menggunakan bahan kayu serbuk atau mdf. Lalu poster yang diinginkan ditempel dan didesain. Lalu, dengan menggunakan aclyric, poster akan terlihat seperti wood painting,” terang Riqo.

Untuk usaha ini, Riqo mengaku mengucurkan modal sebesar Rp 15 juta. “Yang paling mahal beli tinta printer untuk 500 set,” ujarnya.

Produk Poster Kayu ini memang unik. Menurut Riqo, produk ini ditujukan bagi mereka yang suka memperindah ruangan dengan produk yang unik, namun harga cukup terjangkau. Mulai dari Rp 13.00 hingga Rp 67 ribu per produk. “Poster kayu yang kami buat menampilkan gambar bunga, kata-kata motivasi, hingga kaligrafi,” ujarnya.

“Bulan Agustus 2019 lalu, pesanan mencapai 4000 pcs dari seluruh Indonesia. Kami sampai lembur hampir setiap hari karena dengan alat dan SDM yang ada sekarang, kami baru mampu memproduksi sebanyak 100 – 200 pcs per hari,” akunya.

Jumlah pemesan poster kayu datang dari berbagai daerah di Indonesia. Untuk itu Riqo pun telah mempekerjakan 6 orang karyawan. Meski demikian dia tetap turun tangan, termasuk dalam pemilhan bahan baku, sedangkan desain sudah dikerjakan oleh orang lain.

Semua itu membuatnya lebih bersemangat lagi untuk melebarkan sayap bisnis termasuk pemasaran ke Mancangera salah satunya negeri Jiran, Malaysia yang menjadi targetnya hingga akhir tahun 2019.

“Pesanan sudah datang dari mana-mana,  dari Jakarta sampai Papua. Seluruh Indonesia. Saya ingin sekali bisa melebarkan sayap ke luar negeri agar produk saya bisa dikenal,” ujarnya. Dia berencana akan membuka pemasaran di Malaysia dan Filipina di akhir tahun ini.

 

Keterbayasan fisik karena tuna netra, tak menghalangi Muhammad Ikhwan Thariqo untuk berkarya, dan menjadi seorang wirausahawan (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Tingkatkan Target

Melihat tingginya permintaan, Riqo berencana akan meningkatkan produksinya. “Kami memang belum memenangi pasar, tetapi dengan target awal bisa terjual sebanyak 100 pcs itu hanya awal saja. Dibanding dengan kompetitor saya ini masih sangat kecil, masih sangat jauh dari target. Apalagi kompetitor bisa sampai 1000 pcs. Saya ingin mengejar target itu,” ucapnya.

Untuk itu, Riqo mengaku butuh modal agar bisa menambah peralatan dan sumber daya manusia. Di sisi lain, Riqo mengedepnakan pelayanan pada konsumen, terutama dalam hal pengepakan barang. Apalagi produknya banyak dipasarkan melalui media online dan marketplace.

“Customer online itu sangat memperhatikan packing. Kalau packing kami nggak rapi mereka bisa langsung komplen. Dan kalau rusak, biasanya kami langsung mengganti. Itu adalah aset kami. Ketika rating kami bagus maka mau jual apa saja bisa jauh lebih mudah,” ucapnya.

Produk Poster Kayu dari Riqo sekarang sudah tersedia di Blibli, Tokopedia, Shopee dan Lazada. Menurut dia, persaingan di marketplace ini sangatlah ketat. “Persaingan usaha kalau di marketplace ini paling nggak soal harga. Ada juga kompetitor yang ingin menjatuhkan rating toko. Misalnya dia beli hanya sebagai syarat untuk kasih bintang 1 kalau di marketplace. Akibatnya rating jadi jelek dan pengaruh pada konsumen lain. Karena itu kami menjamin jika memang barang rusak atas kesalahan kami bisa dilaporkan dan kami ganti baru,” ungkapnya sambil tertawa.

Dengan modal usaha yang tak terlalu besar, menurut Riqo, pundi-pundi Rupiah sudah mulai dapat dirasakan ketika pesanannya telah banyak dinikmati para konsumen untuk mempercantik ruangan rumahnya. Sayangnya, saat disinggung berapa besar omset yang kini didapatnya, ia enggan membeberkannya.

Riqo mengaku kini fokus pada bisnis poster kayu sembari tetap menjadi digital marketer bagi rekan-rekannya. “Dengan kemapuan digital marketing yang saya miliki saya kepingin ada juga beberapa produk yang dihasilkan dari berbagai penyang disabilitas dapat saya bantu dalam pemasarannya,” ucapnya.

Sebagai wirausahawab, dia juga terus mengembangkan bisnis. Bahkan siap menghadapi resiko. “Saya  bersyukur punya keluarga yang mendukung, termasuk ketika saya mengambil keputusan bisnis yang beresiko. Karena hidup ada resikonya,” pungkasnya.

 

=====================

Muhammad Ikhwan Thoriqo

=======================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version