youngster.id - Kehadiran buah hati dalam keluarga selalu disambut dengan penuh rasa syukur. Dalam tradisi umat muslim, ungkapan syukur itu diwujudkan dalam acara Aqiqah. Kini tersedia jasa aqiqah online.
Sejatinya, kata Aqiqah berasal dari kata Al-Aqqu yang berarti memotong (Al-Qoth’u). Aqiqah asalnya adalah rambut di kepala anak yang baru lahir. Kambing yang dipotong disebut aqiqah karena rambut anak tersebut dipotong ketika kambing itu disembelih.
Dalam pelaksanaan aqiqah disunahkan untuk memotong dua ekor kambing yang seimbang untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan. Dianjurkan agar dagingnya diberikan dalam kondisi sudah dimasak. “Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan (oleh keluarganya), dan disedekahkan pada hari ketujuh”. (HR al-Bayhaqi)
Di masyarakat perkotaan yang serba sibuk dan menuntut kepraktisan, jasa penyedia aqiqah menjadi solusi yang memudahkan. Peluang inilah yang dilihat oleh Romelih Ismail. Pria asal Tangerang ini merintis jasa penyedia aqiqah bernama Sahabat Aqiqah.
Usaha ini telah dirintis oleh Romelih sejak tahun 2007. “Awalnya saya cuma membuat brosur secara manual, menyebarkan dan menempelkan hingga pohon dan tiang listrik,” kata Romelih (34) saat ditemui Youngsters.id di kantornya di kawasan kota Tangerang.
Berawal dari mulut ke mulut, kini usahanya telah jauh berkembang. Bahkan sejak tahun 2009 dia memiliki jasa layanan akikah online. Jika menawarkan secara offline menggunakan selebaran dan banner Romelih mampu menjual 20-30 ekor kambing per bulan.Setelah memanfaatkan layanan online mulai dari situs resmi dan beriklan di Google, Romelih kini mampu menjual 400 hingga 800 ekor kambing dalam sebulan.
Romelih mengaku sengaja memilih medium online karena melihat pesatnya kehidupan digital. “Saya melihat kecenderungan dan gaya hidup orang nggak jauh dari smartphone. Makanya kami manfaatkan itu, manfaatkan google yang sangat efektif dan menjangkau ke seluruh wilayah. Beda kalau kita nyebar brosur, tidak terlalu kelihatan keuntungannya,” ungkap bapak lima anak itu.
Keputusan Romelih memanfaatkan layanan beriklan Google AdWords. Alhasil bisnisnya terus kebanjiran pemesanan. Romelih menyebutkan saat ini 70% dari pembelinya merupakan pembeli online. “Sekarang saya juga manfaatkan Youtube, Google Bisnisku dan Google Maps,” kata dia.
Otodidak
Seluruh layanan yang ditawarkan Google telah membuat Sahabat Aqiqah semakin dikenal masyarakat. Tetapi sesungguhnya, Romelih memulai semua secara spontan dan otodidak. Karena keterbatasan biaya, dia hanya sanggup menempuh pendidikan sampai SMK di Cikokol, Tangerang, Banten. Selepas itu, dia sempat kerja serabutan. Mulai jadi sales kopi, lalu sales kosmetik. Kemudian banting setir jadi tukang jahit, jualan piring kaki lima, jualan aksesoris di pasar, sampai akhirnya jadi karyawan di Rumah Zakat.
Ide bisnis aqiqah menurut Romelih diperoleh dari pengalamannya mengakikahkan anak kembarnya. “Waktu itu anak saya kembar dua orang laki-laki. Berarti harus diakikahkan sesuai kewajiban, yaitu dua ekor kambing masing-masing anak. Dan ternyata sangat sulit memperoleh kambingnya. Belum lagi bagaimana memasak dan mengurusi limbahnnya. Dari sana terpikir harus ada layanan yang memudahkan,” kisahnya.
Romelih melihat sisi lain dari ritual aqiqah. Bayangkan untuk anak yang baru lahir harus memotong 1-2 ekor kambing. “Kalau di kampung masih banyak yang membantu, tetapi kalau di kawasan perkotaan pasti akan tidak praktis,” ungkapnya.
Ide bisnis pun lahir. Apalagi dia yakin pada potensi pasar jasa ini di Indonesia. “Selagi masih ada orang melahirkan dan populasi Indonesia yang mayoritas masyarakat muslim, bisnis ini pasti akan terus eksis,” ucapnya penuh keyakinan.
Dengan bermodalkan keyakinan itulah Romelih bersama istrinya memulai bisnis aqiqah melalui Sahabat Aqiqah di tahun 2007. Modal awalnya Rp 2 juta, yang terutama digunakan pemasaran jasa aqiqah ini berupa brosur dan banner yang disebar di wilayah Tangerang dan sekitarnya.
Diceritakan Romelih, model bisnis yang dilakukannya sangat konvensional. Ia bekerja sama dengan pemasok kambing di sekitar tempat dia tinggal. Sedang untuk juru masak dia mengajak ibu-ibu sekitar. Semua dengan sistem pembayaran tunda, yakni setelah orang menerima pesanan aqiqah.
“Kami tidak fokus di qurban pada hari raya Idul Adha, walaupun kami juga menyediakan kambing qurban. Tapi fokus kami di aqiqah untuk setiap anak yang baru lahir. Jadi pemesanan selalu ada, bahkan dalam tiga bulan saya sudah balik modal,” kisahnya.
Tak disangka bisnis aqiqah Romelih ini cepat membuahkan hasil. Dalam kurun waktu 6 bulan selain sudah balik modal, dia berhasil meningkatkan penjualan. Dari awalnya hanya menjual 30 ekor kambing bisa menjadi 100 ekor kambing. Bahkan sejak tahun 2009 dia mulai membuka toko di luar Tangerang, yaitu Jakarta Depok, Bogor. dan Bekasi. Salah satu kunci keberhasilan Romelih dalam bisnis aqiqah ini adalah kepercayaan. “Paling sulit adalah membangun kepercayaan orang. Tetapi ketika mereka sudah tahu kelebihan kami, mereka tertarik. Apalagi ini sangat membantu terutama bagi mereka yang tinggal di kawasan perumahan yang menuntut kepraktisan,” ucapnya.
Perkembangan ini membuat Romelih ingin lebih meningkatkan strategi pemasaran. Dia menilai iklan banner di jalan sudah tidak efektif lagi. Apalagi dia mengangap iklan banner merusak keindangan lingkungan.
Perubahan gaya hidup masyarakat yang mulai beralih ke penggunaan smartphone dan internet dilihatnya sebagai peluang. Romelih pun memutuskan untuk beralih ke pemasaran online dengan membuat website di tahun 2009. Menariknya, dia kembali belajar secara otodidak untuk membuat web bagi Sahabat Aqiqah. “Saya belajar buat web secara ototdidak, lewat buku-buku yang saya baca,” aku Romelih.
Dia kemudian menemukan tentang Google Adword dan manfaat beriklan di internet lewat mesin pencari (search engine). “Kami anggarkan 1% omset ke iklan internet di Google, sekitar Rp 120 juta. Lebih mahal dari sewa kantor. Sewa kantor cuma Rp 50 juta,” ungkap Romelih sambil tertawa. “Tapi hasilnya sangat efektif dan menjangkau ke seluruh wilayah. Beda kalau kita nyebar brosur, nggak terlalu terlihat keuntungannya,” tambahnya.
Romelih menyebutkan layanan Google membuat pembelinya mudah menemukan situsnya. Juga Google membantu bisnisnya didatangi langsung oleh pembeli yang memilih cara offline.

Fokus
Jasa layanan online yang dilakukan Sahabat Aqiqah ini ternyata mendapat respon positif. Menurut Romelih, 70% pelanggannya melakukan pemesanan secara online. “Ini unik memang, sebab kambing hidup kini tersedia secara online,” ucapnya sambil tersenyum.
Untuk itu dia bekerja sama dengan pemasok yakni peternak kambing dari Cirebon, Subang, Bandung, Cianjur hingga Magelang. Pasalnya dalam setahun Romelih mengaku membutuhkan 10.000 ekor kambing. “Dengan bisnis ini banyak orang jadi terdorong beternak kambing,” ujarnya.
Omset yang diperoleh Romelih terus meningkat. Dia mengaku pada tahun 2014 dia meraup omset Rp 12 miliar dan di tahun 2015 naik menjadi Rp 14 miliar.
Kini usaha Sahabat Aqiqah fokus pada pemasaran online, meski offline tetap ada. Bahkan, kini Sahabat Aqiqah tengah membuat aplikasi ponsel pintar Android untuk memudahkan penggunanya melakukan pemesanan.
Selain itu, Romelih juga membuka sejumlah cabang di luar Tangerang. Itu untuk mengatasi masalah distribusi. “Jadi jika ada pemesanan di Depok, Sahabat Aqiqah akan menyalurkan lewat cabang di Depok. Begitu juga dengan wilayah lain. Lebih terfokus jadinya,” ungkapnya. Jasa layanan aqiqah ini bisa menerima pesanan sekitar 400-800 ekor setiap bulan.
Tak hanya itu pria yang ramah ini berharap dapat terus meningkatkan keuntungan. Termasuk membuka cabang baru di Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Sumatera.
Di sisi lain Romelih tidak ingin sukses sendiri. Dia memberdayakan sejumlah anak muda putus sekolah yang berada di sekitar tempat dia tinggal sebagai karyawan. “Karyawan kami kebanyakan yang susah mencari pekerjaan di luar, kami berdayakan di sini. Kami latih sampai mereka lulus SMA lalu bisa langsung bekerja di sini,” katanya.
Total karyawan Sahabat Aqiqah ada 60 orang. Itu masih ditambah sektiar 10 pekerja harian sebagai pembantu juru masak, pengepakan dan pengantar. “Saya memberdayakan orang-orang kampung sekitar sini. Jadi dengan melaksanakan aqiqah di Sahabat Aqiqah, insyaallah akan berkah,” pungkas Romelih.
=========================================
Romelih Ismail
• Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 09 Oktober 1982
• Pendidikan : SMKN 1 Kota Tangerang
• Nama Istri : Widya Astuti
• Nama Usaha : Sahabat Aqiqah
• Lokasi : Serpong, Tangerang
• Mulai Usaha : 2007
• Modal Awal : Rp 2 juta
• BEP : 3 bulan
• Omzet : Rp 12 miliar (2014), Rp 15 Miliar (2015)
• Jumlah Karyawan : 60 orang, dan 10 pekerja harian
==========================================
MARCIA AUDITA
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post