youngster.id - Dunia fashion memang terlihat glamor dan penuh gemerlap. Namun, bagi fasion desainer sekaligus pemilik brand lokal Nona Rona, Stephanie Indrajaya dunia mode bukan sekadar menggambar sketsa atau menjahit kain. Ada proses panjang yang melibatkan cita rasa, strategi, dan konsistensi dalam membangun bisnis yang berkelanjutan.
“Jadi fasion desainer itu bukan cuma bisa gambar atau jahit,” ucap Stephanie Indrajaya Founder Nona Rona saat ditemui di acara PINTU Incubator yang digelar JF3, LAKON Indonesia dan Institut Francais d’Indonesie baru-baru ini.
Nona Rona merupakan salah satu dari enam brand fashion lokal yang terpilih dalam program inkubasi itu dan tampil di JF3 Fashion Festival 2025.
Stephanie mengungkapkan, membangun brand fashion bukanlah bisnis yang mudah. Diperlukan kemampuan berpikir strategis, memahami industri, mengelola produksi hingga membangun jenama yang kuat. Hal ini berangkat dari pengalaman mendirikan brand Nona Rona bersama rekannya Faustine Arthaputri dan Oscar pada 10 Oktober 2020 di Jakarta.
Lahir di masa pandemi Covid-19 bukanlah hal yang mudah. Stepahnie mengakui itu merupakan tantangan besar. Namun, dengan kreativitas dalam desain dan strategi pemasaran yang tepat, mereka berhasil bertahan hingga bisa berkembang sampai saat ini.
“Dengan bekal taste, strategi dan integritas dalam berkarya, membuat kami bisa bertahan sampai hari ini. Itu juga yang membentuk arah desain dan membuat brand kami jadi autentik dan relevan,” katanya.
Tantangan saat ini, menurut alumni Limkokwing University of Creative Selangor, Malaysia, adalah pasar fashion Indonesia yang sangat dinamis. Mulai dari tren streawear, modest hingga fashion berbasis budaya lokal. Untuk bisa bertahan, para desainer dan pengusaha fashion harus harus punya citarasa sekaligus peka dalam memahami pasar.
“Nona Rona punya tagline “Muda itu soal Jiwa bukan Usia” yang mencerminkan semangat kami dalam menciptakan fashion yang dinamis dan relevan untuk berbagai kalangan,” ungkapnya.
Nona Rona menghadirkan produk fashion dengan motif print eksklusif yang dibuat hasil kerjasama dengan sejumlah seniman lokal. Menggunakan teknologi printing kain dari workshop mereka, setiap koleksi memiliki desain khas yang mengikuti tren tanpa meninggalkan unsur budaya Indonesia.
“Fabric Print yang digarap dengan penuh detail menjadi ciri khas kami. Tidak jarang dalam proses desain kami, elemen-elemen gambar diletakkan secara spesifik di area tertentu dalam pola pakaian, tanpa menjadi seamless pattern,” ungkapnya.
Produk fashion Nona Rona sangat lengkap, mulai dari atasan, bawahan, hingga aksesori seperti topi, tote bag, dan scarf. Desain mereka konsisten mengangkat budaya Indonesia dalam gaya yang lebih modern.
Produk best seller mereka adalah jaket dan blazer. Stephanie menegaskan, Nona Rona fokus pada kualitas produk, desain unik, dan namun tetap relevan dengan tren di pasar.
“Mengikuti tren bukan berarti kehilangan jati diri. Soul dari brand itu penting banget. Karena itu, sebagai desainer harus benar-benar paham akan apa yang akan disampaikan lewat karya. Apakah itu cerita budaya, identitas visual atau nilai-nilai personal. Desainer yang berkarakter akan bertahan lama di tengah perubahan tren,” pungkasnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post