youngster.id - Perusahaan modal ventura East Ventures memusatkan fokus investasinya di negara Indonesia dan terbuka bagi startup di seluruh sektor industri atau sector agnostic. Hal itu karena Pasar Indonesia menjanjikan dengan banyak masalah yang dapat diselesaikan melalui teknologi dan aplikasi digital.
Melisa Irene, Partner East Ventures mengatakan, Indonesia memiliki ekosistem startup yang sangat baik dan semakin mapan.
“Pasar Indonesia juga menjanjikan karena masih banyak masalah yang dapat diselesaikan melalui teknologi dan aplikasi digital – sehingga menjadikan Indonesia salah satu negara yang paling menarik minat bagi investor untuk berinvestasi,” kata Melisa dalam keterangannya, Jumat (17/5/2019) di Jakarta.
Selama ini East Venture dikenal sebagai perusahaan modal ventura (venture capital) yang memberikan pendanaan tahap awal (seed funding) pada startup teknologi di Indonesia, Asia Tenggara, dan Jepang. Perusahaan ini didirikan oleh Willson Cuaca dan Batara Eto yang berasal dari Indonesia, serta Taiga Matsuyama yang berasal dari Jepang.
Hingga hari ini, East Ventures telah mendukung ratusan startup baik itu dari industri e-commerce, media, finansial, logistik, kecerdasan buatan (artificial intelligence), ataupun pendidikan. Dari segi penargetan pangsa pasar, East Ventures telah mendanai startup dengan model B2C (Business to Customer) dan juga B2B (Business to Business).
Sebagai negara ke-empat terbesar di dunia, East Ventures melihat Indonesia memiliki potensi pasar ekonomi yang besar dan unik. Rumah dari 264 juta orang ini memiliki jumlah pengguna internet terbesar di kawasan Asia Tenggara yang mencapai 171 juta penduduk. Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki ekonomi internet terbesar di kawasan Asia Tenggara sebesar $27 miliar dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) tercepat sebesar 49% dari tahun 2015-2018.
“East Ventures optimis bahwa Indonesia dapat menjadi negara terbaik di era digital. East Ventures akan terus mendukung pertumbuhan ekosistem digital yang dapat membawa dampak positif bagi Indonesia,” pungkas Melisa.
Awal tahun ini, East Ventures memperkenalkan hipotesis investasi baru, yakni New Consumption. Beberapa portofolio East Ventures yang sejalan dengan hipotesis tersebut adalah Fore Coffee dan juga The FIT Company, startup yang memanfaatkan teknologi dalam membangun wellness ecosystem dengan misi membantu individu mencapai tujuan hidup yang sehat.
“Saat pertama kali bertemu dengan tim East Ventures, kami langsung merasa cocok akan visi dan misi yang diusung. Kami yakin bahwa kemitraan dengan East Ventures akan membawa dampak luar biasa positif, untuk kedua belah pihak,” kata Jeff Budiman, CEO dan Co-founder The FIT Company.
Selain mendukung berbagai startup, East Ventures juga mengembangkan tiga proyek internal di Indonesia yaitu CoHive, Warung Pintar dan Fore Coffee. Ketiga proyek tersebut berhasil menemukan produk yang tepat untuk pasar (product market fit) dan kemudian berdiri menjadi startup mandiri.
“Dua nilai penting dari East Ventures yang saya pelajari adalah kecepatan dan integritas. Kecepatan bukan hanya berarti mengeksekusi sesuatu dengan cepat, namun juga cepat belajar dari kesalahan dan terus beradaptasi. Integritas berperan sebagai pondasi dari setiap langkah cepat yang kita lakukan. Bahwa meski kita terus bergerak, terdapat nilai moral utama yang berperan sebagai pedoman,” kata Elisa Suteja, mantan Analyst East Ventures yang saat ini menjabat sebagai Deputy CEO Fore Coffee.
STEVY WIDIA
Discussion about this post