youngster.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Reckitt Indonesia, UN Health Innovation Exchange (HIEx), dan East Ventures menggelar Health Innovation Day 2023. Dalam acara ini diumumkan 17 startup terpilih yang lolos dua program akselerator.
Kedua program akselerator itu adalah Fight for Accese Accelerator dari Reckitt dan Health Innovation Sprint Accelerator dari East Ventures. Para pemenang ini adalah startup inovatif Indonesia yang menghadirkan solusi unik untuk mengatasi permasalahan kesehatan.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin berharap seluruh inovator yang telah berpartisipasi agar terus membangun kolaborasi dan berinovasi dalam mengembangkan ekosistem industri teknologi kesehatan di Indonesia melalui penyelenggaraan berbagai program yang inovatif.
“Semoga berbagai program tersebut dapat terus diselenggarakan di tahun-tahun berikutnya agar transformasi teknologi kesehatan di Indonesia dapat terus terakselerasi hingga menghadirkan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas, adil, dan merata bagi seluruh masyarakat,” kata Budi Gunadi dalam acara Health Innovation Day 2023 Selasa (30/5/2023) di Auditorium Siwabessy, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Sebelumnya Staf ahli bidang teknologi kesehatan Kemenkes Setiaji menjelaskan, untuk Health Innovation Sprint Accelerator masuk 145 perusahaan rintisan. Mereka kemudian diseleksi hingga menjadi 10 perusahaan dari segmen bisnis healthcare dan biotech.
Kesepuluh startup tersebut akan mendapat komitmen investasi dengan nilai total Rp2,5 miliar dalam bentuk convertible notes. Mereka adalah, Fatkila, CoFilm+, Healthpro, Neurabot, Gizi Nusantara, Nexmedis, Pathgen, RADScan, Sepsis 360 dan Vinera.
Sedangkan untuk program Fight for Access Accelerator terpilih 7 startup yaitu, Neurabot, Primaku, Littlejoy, PedisCare, Riliv, KitaApp, Lovecare. Mereka akan mendapatkan pendampingan bootcamp serta peluang memperoleh dana hibah senilai US$25.000 (atau sekitar Rp374 juta) per startup.
“Kemenkes berkolaborasi dengan East Ventures dan Reckitt dalam program inkubasi untuk mendukung perkembangan health technology dan bio technology. Kegiatan ini adalah salah satu bentuk upaya Kemenkes dalam upaya transformasi kesehatan digital di Indonesia,” tutur Setiaji yang juga Chief Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes RI.
Sementara itu, Direktur Utama Reckitt Indonesia Harmeet Bhalla, mengatakan, Fight for Access Accelerator Indonesia merupakan program akselerator dan inkubator yang fokus terhadap pemberdayaan perempuan dan akses terhadap pelayanan kesehatan melalui perusahaan rintisan yang dipimpin oleh perempuan.
“Dengan bantuan yang diberikan oleh Fight for Access Accelerator, Reckitt percaya bahwa para inovator ini akan membawa perubahan signifikan dan mencapai hasil dalam skala besar untuk ekosistem layanan kesehatan di Indonesia dan dapat memberdayakan masyarakat secara luas,” katanya.
Para startup ini dipilih berdasarkan empat kategori penilaian yang paling menonjol (dampak, skalabilitas operasional, inovasi, dan keberlanjutan finansial). Setiap pemenang juga akan menerima investasi modal hingga US$25.000. Selain itu mereka akan melalui proses due diligence setelah pelatihan, dalam bentuk obligasi konversi yang akan memberikan mereka pendanaan berkelanjutan (sustainable funding).
Fight for Access Accelerator juga akan menghubungkan mereka dengan investor, lembaga pemerintah, dan inovator lainnya untuk membantu memperluas dan memanfaatkan platform start-up mereka dalam jangka panjang.
Sebelum diadakan di Indonesia pada tahun 2022, Program Fight for Access Accelerator telah diselenggarakan di 3 negara, yaitu Afrika Selatan, Brasil, dan Inggris.
STEVY WIDIA
Discussion about this post