youngster.id - Pandemi COVID-19 meningkatkan ketimpangan dalam berbagai sektor, termasuk ketimpangan sosial budaya, ekonomi, dan gender. Untuk itu, Ford Foundation meluncurkan Ford Global Fellows sebagai respon terhadap peningkatan ketimpangan sosial ekonomi akibat pandemi. Ada enam Fellows terpilih dari Indonesia, menjadikan Indonesia negara dengan jumlah fellows yang terbanyak.
Solusi ini sekaligus akan membantu Indonesia dalam mendorong upaya mengatasi mengatasi ketimpangan ekonomi, gender, sosial-budaya, hingga literasi dan perubahan iklim.
“Ford Global Fellows mendorong peserta untuk menumbuhkan keterampilan kepemimpinan bersama dengan upaya untuk membantu satu sama lain, dan menjangkau audiens yang mungkin belum mereka jangkau, termasuk di sektor filantropi. Setiap fellow akan menerima menerima tunjangan sebesar USD $25.000 untuk mendukung keberhasilan program mereka dalam mengatasi ketimpangan,” jelas Alexander Irwan, Regional Director Ford Foundation Jakarta dalam keterangan pers, Selasa (19/10/2021).
Menurut dia, tahun ini Ford Global Fellows menghadirkan 48 orang terpilih, dua kali lipat dari jumlah peserta tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah peserta merupakan tanggapan strategis Ford Foundation dalam menanggulangi berbagai ketimpangan yang semakin kentara akibat pandemi COVID-19. Mulai dari ketimpangan akses vaksin, ketidakpastian pekerjaan, perubahan iklim, menyempitnya ruang gerak masyarakat sipil, hingga ketimpangan ras dan gender di berbagai wilayah.
“Para peserta Ford Global Fellows mewakili berbagai latar belakang, bidang, dan pendekatan untuk mengatasi ketimpangan — dengan advokasi atas hak bagi perempuan dan anak perempuan, mengamankan hak bagi masyarakat adat dan tradisional, hingga meningkatkan kekuatan politik dan ekonomi penyandang disabilitas, dan banyak lagi. Para fellows terpilih hadir sebagai pemimpin yang mengambil pengalaman hidup mereka dalam menjawab tantangan ketimpangan,” ucap Alexander menambahkan.
Dari Indonesia terpilih enam orang fellow dan turut menjadi bagian Ford Global Fellows, yakni Aisyah Ardani, Dicky Senda, Aristofani Fahmi, Dhyta Caturani, Devi Anggraini, dan Sely Martini. Bersama dengan aktivis pejuang kesetaraan dari berbagai negara, keenam peserta dari Indonesia akan berbagi pengalaman mereka dalam mengatasi ketimpangan. Mulai dari situasi dan tantangan yang ada di masing-masing komunitas, hingga solusi inovatif yang mereka temukan.
Dengan dana total senilai $50 juta untuk satu dekade ke depan, Ford Global Fellows bertujuan membangun jaringan yang kuat di antara 240 generasi pemimpin baru. “Harapan kami, pertemuan dan perbincangan antar para pemimpin inovatif ini dapat membantu keberhasilan upaya mereka dalam mengatasi ketimpangan yang semakin kentara dengan adanya COVID-19 ini,” pungkas Alexander.
Tujuan program Ford Global Fellows ini adalah mengidentifikasi dan menghubungkan para pemimpin baru dari seluruh dunia tersebut untuk memajukan ide-ide dan solusi inovatif guna memerangi segala bentuk ketimpangan.
“Kami mengembangkan dan memperluas program Ford Global Fellows secara lebih cepat karena momen krisis ini membutuhkan komitmen yaFord Global Fellowsng lebih berani untuk menciptakan masa depan yang lebih adil dan berkesetaraan,” kata Adria Goodson, Direktur Ford Global Fellowship.
Menurut dia, mereka yang hidup bersinggungan dengan ketidakadilan menghadirkan solusi untuk menjawab tantangan lokal akibat ketimpangan global. Lebih dari sebelumnya, para pemimpin sosial baru dari seluruh dunia ini saling membutuhkan satu sama lain untuk memperkuat dan mempercepat implementasi ide-ide mereka. “Tujuan kami adalah untuk mendukung mereka dalam membangun institusi dan jaringan agar aksi yang mereka lakukan dapat dilakukan secara berkelanjutan,” ujar Adria.
STEVY WIDIA