youngster.id - Startup agritech DayaTani mengumumkan keberhasilannya memperoleh pendanaan sebesar US$2,3 atau sekitar Rp35,7 miliar dalam putaran awal (seed round financing), yang dipimpin Ascent Venture Group.
Putaran pendanaan juga melibatkan partisipasi dari para modal ventura terkemuka, yaitu KBI Investment dan MDI Ventures. Termasuk Northstar Ventures, BRI Ventures, dan Gentree Fund.
Deryl Lu, Co-Founder DayaTani mengatakan, pendanaan tahap awal ini menandakan adanya optimisme baru bagi industri teknologi pertanian di Indonesia dan memperkuat kepercayaan investor terhadap kemampuan DayaTani untuk mentransformasi pertanian Indonesia dengan teknologi, sekaligus menciptakan dampak sosial yang signifikan.
“DayaTani didirikan dengan visi untuk meningkatkan hasil panen petani Indonesia melalui teknologi dan menciptakan dampak sosial yang signifikan. Investasi ini menunjukkan kepercayaan terhadap model bisnis dan teknologi kami. Kami berkomitmen untuk mengangkat derajat petani Indonesia melalui teknologi inovatif dan kemitraan,” kata Deryl, Selasa (16/1/2024).
Sektor pertanian Indonesia, yang menyumbang sekitar 13% terhadap produk domestik bruto (PDB) dan mempekerjakan hampir 29% tenaga kerja, menghadapi perubahan signifikan, terutama dengan diperkenalkannya teknologi digital.
Ketahanan pangan tetap menjadi tujuan penting bagi Indonesia, dan meskipun terdapat kemajuan dalam produksi pangan pokok sejak Undang-Undang Pangan tahun 2012, tantangan masih tetap ada, terutama dalam hal keterjangkauan pangan dan kualitas gizi.
Krisis COVID-19 telah mengungkap kerentanan dalam sistem pertanian pangan, namun juga menghadirkan peluang transformasi. Seperti diketahui, sektor pertanian Indonesia dicirikan oleh praktik-praktik tradisionalnya, yang kini direvolusi oleh teknologi digital.
Saat ini DayaTani mengoperasikan beberapa lokasi penelitian dan pengembangan (Litbang) pertanian di pulau Jawa untuk beberapa tanaman hortikultura serta tanaman biji-bijian seperti padi, jagung, cabai, tomat, kentang, kubis dan bawang merah untuk memahami pendorong hasil panen di suatu daerah.
Ankit Gupta, Co-founder DayaTani mengatakan, dalam hal transformasi digital, pertanian di Indonesia masih merupakan salah satu sektor yang paling tidak terdigitalisasi, sehingga masih menyisakan banyak ruang untuk peningkatan produktivitas dan peluang pembangunan.
“DayaTani sedang membangun agen agronomi semi-bionik yang memiliki akses ke semua alat dan teknologi relevan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah pertanian petani,” kata Ankit.
Dijelaskan Ankit, versi pertama chatbot agri LLM mereka sudah tersedia di aplikasi agen lapangan dan Whatsapp untuk petani.
“Sekarang ahli agronomi dan petani dapat mengajukan pertanyaan spesifik pertanian kepada bot dalam bahasa daerah mereka melalui media teks atau ucapan. Ini juga mendukung kemampuan multimodal seperti pengunggahan gambar untuk mendiagnosis masalah tanaman dengan presisi tinggi dan menghasilkan rekomendasi khusus,” tambahnya.
DayaTani berencana memasang lebih dari 100 perangkat internet of things (IoT) di seluruh Pulau Jawa dalam waktu satu tahun, sehingga menciptakan jaringan stasiun cuaca.
Jaringan ini akan memberikan informasi cuaca yang tepat dan spesifik lokasi serta peringatan cuaca yang lebih relevan bagi petani.
DayaTani sedang berupaya membangun perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk jaringan ini, termasuk mengembangkan aplikasi Agronomis mereka.
Mereka juga berfokus pada pembuatan model ilmu data yang dapat memberikan rekomendasi praktis bagi petani, seperti saran pupuk yang lebih akurat berdasarkan kondisi dunia nyata, bukan berdasarkan aturan dasar.
Pendekatan ini, dengan menggunakan data dunia nyata, bertujuan untuk terus meningkatkan teknologi tersebut dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas petani kecil di Asia Tenggara.
DayaTani juga telah menjalin kemitraan dengan pelaku industri utama untuk mendukung petani Indonesia. Dengan bantuan dari Microsoft Singapura, mereka mengembangkan chatbot LLM yang disesuaikan untuk kebutuhan pertanian.
DayaTani juga berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan agritech terkemuka dalam penjualan input, menawarkan sumber daya berkualitas tinggi dengan harga kompetitif kepada petani DayaTani.
Selain itu, perusahaan-perusahaan terkemuka di bidang perdagangan hasil juga terlibat dalam pembelian produk hortikultura dari jaringan petani DayaTani, sehingga memastikan pasar yang dapat diandalkan untuk produk mereka.
“Secara keseluruhan, inisiatif DayaTani selaras dengan tujuan yang lebih besar, yakni memodernisasi pertanian Indonesia, menjadikannya lebih efisien, berkelanjutan, dan berketahanan. Dengan memanfaatkan teknologi, DayaTani tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga berkontribusi terhadap ekosistem digital yang semakin penting di sektor pertanian Indonesia,” tutup Deryl.
STEVY WIDIA