youngster.id - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bekerjasama dengan Badan Perfiman Indonesia (BPI) kembali menggelar Indonesian Film Financing Forum bertajuk Akatara 2018. Melalui ini diharapkan akan terbangun ekosistem perfilman yang sehat dengan mengeksplorasi model pembiayaan yang tepat untuk industri perfilman tanah air.
“Selain memberi dukungan pada sektor produksi, Akatara 2018 juga mulai membuka peluang investasi bagi calon investor untuk melirik bidang perfilman sektor non-produksi untuk tumbuh kembangnya industri perfilman. Proposal investasi tersebut antara lain pada studio audio/musik, studio paska produksi, sekolah/kursus film, bioskop, program festival, kurasi film, dan lain sebagainya,” tutur Triawan Munaf, Kepala Bekraf pada jumpa pers Akatara Selasa (5/6/2018) di Topaz Room, Hotel Grand Mercure Jakarta Harmoni.
Forum tahunan ini akan digelar untuk kedua kalinya pada 18-20 September 2018 di Jakarta. Namun sebelumnya forum membuka pendaftaran proyek proposal dari film durasi panjang dan pendek untuk genre fiksi, dokumenter, dan animasi pada 20 Juni 2018 hingga 20 Juli 2018.
Triawan menjelaskan, pada penyelenggaraan tahun ini Akatara mengelompokkan proyek proposal sesuai dengan durasi maupun genre. Formula ini diharapkan dapat meningkatkan perhatian para calon investor sesuai dengan minat, durasi dan genre film yang akan didukung.
Akatara 2018 memberikan “grants” kepada proyek terpilih untuk mengembangkan naskah dan fasilitas pembuatan film. Sehingga, kehadiran Akatara membantu para pembuat film mengakses investor proyek film yang diproduksi.
“Peluang mendapatkan pendanaan investor semakin terbuka lebar dengan adanya kerjasama internasional Akatara dengan pihak lain. Tahun ini, Akatara memilih 2 proyek film yang akan difasilitasi untuk presentasi di Southeast Asian Financing Forum pada bulan November 2018 di Singapore International Film Festival,” papar Triawan.
Selain itu, menurut dia, bagi investor serta berbagai pihak pendukung perfilman Indonesia lainnya, Akatara merupakan meeting point strategis untuk saling berbagi pengalaman dan menemukan model bisnis lainnya dalam industri perfilman Indonesia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Akatara 2018 mengajak peran serta ekosistem sub sektor ekonomi kreatif lainnya yang dapat berkolaborasi dengan industri perfilman, antara lain kuliner, fashion, penerbitan, musik, kriya, dan lain sebagainya. Hal ini juga mengingat film merupakan proses kreatif yang kompleks karena gabungan dari berbagi multi disiplin produk seni.
Selanjutnya, BPI sendiri mendorong Akatara dalam pembentukan Komisi Film Daerah. Pada Akatara 2018 Bekraf dan BPI memberikan kesempatan kepada film maker sebanyak 50 proposal proyek film terpilih untuk bertemu dengan puluhan investor nasional dan manca negara.
“Komisi ini sangat dibutuhkan agar pengembangan perfilman lebih merata di berbagai daerah. Melalui Komisi ini bisa dilakukan kegiatan perfilman di tingkat daerah misalnya promosi lokasi syuting dengan memberikan insentif berupa fasilitas produksi, keringanan pajak, perijinan satu pintu, maupun pendanaan langsung kepada pembuat film,” ungkap Chand Parwes, Ketua BPI.
Jelang kegiatan ini akan berlangsung, Road to Akatara merupakan rangkaian Akatara untuk mendorong keterlibatan para pemangku kepentingan perfilman tanah air. Program ini adalah sosialisasi yang akan diselenggarakan di beberapa kota yaitu Malang, Makassar, Jakarta, dan Bandung.
Pada pelaksanaan Road to Akatara akan fokus pada tiga kegiatan yaitu masterclass workshop bertema Pitch Perfect your Film Proposal yang bertujuan menajamkan proposal proyek film agar lebih menarik bagi para calon investor; diskusi dan seminar HAKI yang bertujuan meningkatkan kesadaran akan pengelolaan Hak Intelektual (Intellectual Property-IP); dan diskusi bertema be a film entrepreneur untuk membuka wawasan tentang peluang berbisnis film secara lebih profesional, terukur, dan berkesinambungan.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post