youngster.id - Investasi berdampak sosial atau impact investment di Indonesia mengalami perkembangan pesat selama beberapa tahun terakhir. Tingginya potensi investasi ini di Indonesia juga didukung dengan besarnya jumlah penduduk, latar belakang sosio-ekonomi yang beragam, serta tantangan sosial yang berbeda di setiap daerah.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) Eddi Danusaputro mengungkapkan, jumlah partisipasi investor konvensional pada investasi berdampak semakin meningkat dalam lima tahun terakhir. Menurut catatan AMVESINDO, investasi ini tumbuh hingga 190% sejak tahun 2013.
“Untuk itu kami aktif melakukan audiensi dan diskusi bersama para anggota, untuk membicarakan kendala yang dihadapi bersama dan menyusun rekomendasi untuk perumusan regulasi yang akan diatur pemerintah. Apalagi melihat semakin tahun antusiasme terhadap startup berdampak sosial itu semakin besar,” jelas Eddi lebih lanjut.
Investasi berdampak merupakan kegiatan investasi yang bertujuan menghasilkan keuntungan sekaligus mengatasi masalah sosial dan lingkungan pada masyarakat. Untuk itu, AMVESINDO menyorot salah satu tantangan besar dalam investasi berdampak, yaitu masih rendahnya pemahaman dan penerapan metode pengukuran dampak investasi yang pakem, serta framework dan regulasi dari pemerintah yang lebih terperinci.
Saat ini sudah banyak perusahaan modal ventura (PMV) serta venture capital (VC) yang fokus menggarap investasi berdampak di Indonesia, seperti Gayo Capital, Patamar Capital, dan East Ventures. Ditambah lagi sederet investor arus utama (mainstream) yang sudah terjun juga, seperti Mandiri Capital dan BRI Venture yang juga merupakan anggota dari AMVESINDO.
Sementara itu, Edward Ismawan Chamdani Bendahara AMVESINDO dan Co-Founder & Managing Partner dari Ideosource VC & Gayo Capital menjelaskan esensi dalam mengidentifikasi bisnis berdampak sosial.
“Semua startup tentu lahir untuk menyelesaikan masalah di masyarakat, tidak hanya model bisnis social entrepreneurship saja tapi juga bisnis komersial pada umumnya. Yang membedakan investasi berdampak dengan investasi umum adalah adanya tujuan dari investor agar modal yang disuntikkan dapat menciptakan dampak yang terukur di masyarakat,” katanya.
Tantangan lainnya, masih terbatasnya laporan dan studi kasus yang mengungkapkan realisasi return dan potensi risiko dari investasi ini, yang biasanya dibuat oleh perusahaan atau investor. Karena terbatasnya data tersebut, akhirnya masih terbatas pula benchmark bagi investor untuk menilai skalabilitas investasi berdampak, sehingga anggapan bahwa investasi ini terlalu rumit dan berisiko tinggi masih beredar.
“Maka dari itu untuk usaha atau startup yang fokus pada bisnis dampak sosial, wajib memberikan laporan-laporan atau portfolio yang secara berkala untuk meng-update dampak sosial atau lingkungan yang sudah dikelola,” kata Edward lagi.
STEVY WIDIA
Discussion about this post