Anak Muda ASEAN Atasi Masalah Sosial Dengan Data Analitik

Para peserta final tingkat regional kompetisi ASEAN Data Science Explorers (ADSE) 2018. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - ASEAN Foundation dan SAP menyelenggarakan babak final tingkat regional kompetisi ASEAN Data Science Explorers (ADSE). Para tim mahasiswa perwakilan negara ASEAN mengajukan solusi masalah sosial dengan data analitik.

Singapura menjadi tuan rumah pada kompetisi yang terselenggara tahun ini. Inisiatif ini menjangkau 5.000 anak muda di 175 institusi pendidikan tinggi di ASEAN untuk meningkatkan literasi digital mereka dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih besar bagi masa depan ASEAN.

“Pendidikan adalah salah satu pilar dasar dari cetak biru integrasi dan pembangunan sosial ekonomi ASEAN. Untuk tujuan ini, inisiatif seperti ASEAN Data Science Explorers mempromosikan interaksi lintas batas dan mobilitas yang lebih besar di seluruh kawasan dan melengkapi kaum muda kita dengan keterampilan penting yang diperlukan untuk berkembang dalam masa depan yang semakin menantang dan disruptif,” kata Elaine Tan, Direktur Eksekutif dari ASEAN Foundation dalam keterangannya, Rabu (14/11/2018) di Singapura.

ASEAN Foundation dan SAP juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk memperpanjang kolaborasi strategis mereka hingga tahun 2019, setelah kolaborasi selama dua tahun terakhir.

“Kami sangat terdorong oleh kreativitas dan inovasi yang ditampilkan dalam entri hari ini, yang merupakan bukti kuat bagi semangat para pemuda ASEAN untuk secara sengaja menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat mereka,” kata Elaine.

Memorandum of Understanding ini bertujuan untuk mendukung pelatihan bagi anak muda dan membekali mereka untuk berpotensi memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan dan ekonomi yang dihadapi oleh wilayah tersebut.

“Selaku pemimpin pasar dalam perangkat lunak aplikasi perusahaan, SAP percaya bahwa teknologi terletak pada pusat kehidupan banyak orang. SAP berusaha untuk mengembangkan solusi teknologi terbaik untuk membantu masyarakat Indonesia menjalani kehidupan yang lebih baik, meningkatkan kualitas tenaga kerja milenial dan pada akhirnya mendorong dampak sosial yang positif,” kata Andreas Diantoro, Managing Director SAP Indonesia.

Kompetisi ini akhirnya dimenangkan oleh tim Plan B dari Singapura, yang terdiri dari Tay Kai Jun dan Madhumitha Ayyappan dari NUS High School of Math and Science. Proyek mereka, ‘From Slumming to Sustainability’ bertujuan untuk menggembleng ASEAN untuk mengubah permukiman kumuh menjadi microcities yang berkelanjutan.

Selanjutnya tim Dimicrocambio dari Filipina, yang terdiri dari Jade Hizon dan John Rusty Perena dari Nueva Ecija University of Science and Technology keluar sebagai runner-up. Proyek mereka, ‘Mengalibrasi ulang perangkat pendidikan melalui pendidikan kewirausahaan’ berfokus pada bagaimana pendidikan kewirausahaan dapat memberdayakan siswa untuk mengubah ide mereka menjadi tindakan.

Sementara itu, tim Pangolin dari Vietnam, yang terdiri dari Nguyen Van Thuan dan Mai Thanh Tung dari RMIT University Vietnam meraih tempat ketiga. Proyek mereka ‘Menaklukkan Gelombang Perdagangan Global’, yang membahas masalah perdagangan yang kurang beruntung karena perbedaan kapasitas transportasi laut di antara negara-negara ASEAN.

Meskipun tidak keluar sebagai pemenang di babak final tingkat regional, tim OWL dari Universitas Bina Nusantara bersyukur telah mengambil bagian dalam kompetisi ADSE dan belajar keterampilan dasar kepemimpinan, kerja tim, dan yang paling penting teknologi digital.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada ASEAN Foundation dan SAP yang memungkinkan kami mendapat kesempatan untuk bekerjasama dengan para ahli dalam mengembangkan keterampilan digital kami, sekaligus bertemu sesama mahasiswa dari negara-negara ASEAN. Kami tidak sabar untuk melihat bagaimana ide kami dapat dibentuk dan dipraktekkan oleh para ahli di tahun-tahun mendatang,” jelas Willy Pratama.

Dia bersama rekannya dan Owen Gunawan dari Universitas Bina Nusantara mempresentasikan proyek perangkat lunak Smart Circular Economy (Smarco). SMARCO adalah platform yang memungkinkan perusahaan untuk berkolaborasi dengan rekan-rekan mereka dalam mengelola limbah yang mereka hasilkan. Berdasarkan analisis tim, mengoptimalkan teknik pengelolaan limbah dan mengurangi dampak lingkungan dapat menghemat dana hingga US$590 juta.

Para mahasiswa juga berkesempatan menggunakan salah satu platform data analitik dari SAP Analytics Cloud. “Kemampuan data analytics futuristik dari SAP Analytics Cloud benar-benar luar biasa. Kami sepenuhnya yakin pada kemampuan SAP untuk terus membantu dunia berjalan lebih baik dan meningkatkan kehidupan masyarakat luas,” tambah Willy.

STEVY WIDIA

Exit mobile version