youngster.id - Perusahaan modal ventura tahap awal asal Singapura, Antler, mengumumkan portofolio Antler Disrupt AI 2025 yang terdiri atas 14 startup kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dari dua kohort dengan traksi komersial awal.
Antler menyebutkan bahwa ke-14 startup tersebut bergerak di berbagai sektor, mulai dari manufaktur, robotika, perangkat lunak enterprise, keandalan infrastruktur, optimalisasi energi, hingga otomasi perjalanan. Seluruh perusahaan telah menunjukkan permintaan pasar melalui pelanggan berbayar, proyek percontohan (enterprise pilots), atau pertumbuhan pengguna yang signifikan.
Portofolio ini mencakup startup dari kohort Disrupt 1 yang diluncurkan pada Mei 2025 dan Disrupt 2 pada Oktober 2025 di Singapura. Seluruh tim pendiri memiliki pengalaman operasional atau kewirausahaan sebelumnya dalam membangun bisnis berbasis teknologi.
Antler menilai portofolio Disrupt AI 2025 menjadi pembanding nyata di tengah perdebatan tentang keberlanjutan investasi AI. Tidak satu pun perusahaan dalam portofolio tersebut berfokus pada pengembangan model AI generik atau mengikuti tren konsumen semata, melainkan membangun solusi spesifik yang digunakan langsung oleh konsumen maupun pelaku usaha.
Sebanyak 100 persen startup dalam portofolio ini telah mengamankan pelanggan berbayar, proyek percontohan enterprise, atau pertumbuhan pengguna yang bermakna. Sekitar dua pertiga di antaranya berfokus pada lapisan infrastruktur yang memastikan AI dapat dioperasikan secara andal dan berskala besar. Sejumlah perusahaan telah mencatat pendapatan hingga ratusan ribu dolar AS atau memiliki pipeline bernilai jutaan dolar AS.
Partner Antler, Winnie Khoo, mengatakan indikator terpenting dalam menilai startup AI saat ini bukan ukuran model atau besarnya pendanaan.
“Sinyal terpenting saat ini bukanlah ukuran model atau volume pendanaan, melainkan penggunaan yang berulang. Para pendiri kami memenangkan kepercayaan pelanggan karena produk mereka bekerja di area yang paling krusial, yaitu di dalam sistem produksi dan bisnis,” ujar Khoo, Rabu (17/12/2025).
Ia menambahkan program Disrupt memberi ruang bagi Antler untuk bekerja intensif dengan para pendiri yang bergerak cepat dan berorientasi pada kebutuhan pelanggan.
“Mereka bergerak cepat, mendengarkan pelanggan, dan mengeksekusi produk,” tambahnya.
Antler menyebutkan setiap startup menerima pendanaan awal sebesar US$400.000 sebagai investasi institusional pertama setelah mengikuti sprint selama empat minggu. Setelah itu, perusahaan akan terus didampingi sebagai bagian dari portofolio Antler, termasuk dukungan operasional, akses ke investor lanjutan, serta peluang pendanaan hingga Seri C.
Khoo mengatakan program Disrupt diluncurkan pada 2025 untuk menguji kemampuan Antler bergerak secepat para pendiri startup.
“Dua kohort pertama membuktikan bahwa kami bisa. Kami secara agresif mempertemukan mereka dengan pelanggan, mitra enterprise, dan investor, serta mendukung mereka untuk berkembang lintas negara dengan kecepatan teknologi saat ini,” kata Khoo lagi.
Sementara itu, Co-founder dan Managing Partner Antler Asia, Jussi Salovaara, menyatakan kondisi pendanaan 2025 mendorong disiplin yang lebih tinggi bagi pendiri dan investor.
“Kami mendanai lebih sedikit perusahaan, tetapi dengan keyakinan yang lebih kuat. Para pendiri ini memiliki rekam jejak eksekusi, peluang pasar yang jelas, dan ambisi global yang nyata,” kata Salovaara.
Meski berkantor pusat di Singapura, startup dalam portofolio Antler Disrupt AI 2025 telah memiliki pelanggan dan mitra di Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Antler menilai hal tersebut menegaskan posisi Asia Tenggara sebagai pusat pengembangan AI yang praktis dan berorientasi pada kebutuhan operasional nyata. (*AMBS)



















Discussion about this post