youngster.id - Perusahaan teknologi akuakultur (aquatech) eFishery memperoleh green and social loan sebesar US$30 atau sekitar Rp487,6 miliar dari HSBC Indonesia. Adanya pinjaman modal ini memungkinkan eFishery untuk memperluas armada eFeeder mereka.
Chief Executive Officer (CEO) eFishery Gibran Huzaifah mengatakan, green and social loan dari HSBC Indonesia merupakan langkah penting dalam merevolusi industri akuakultur di Tanah Air.
“Green and social loan dari HSBC Indonesia memungkinkan eFishery memperluas armada eFeeder. Kami juga tentunya akan memberdayakan para pembudidaya ikan dan petambak udang berskala kecil dengan teknologi serta sumber daya yang dibutuhkan, supaya lebih produktif dan berkelanjutan,” kata Gibran, dikutip Senin (3/6/2024).
eFeeder merupakan inovasi teknologi pertama eFishery berupa perangkat pemberian pakan otomatis berbasis artificial intelligence of things (AIoT). Teknologi ini disewakan kepada ratusan ribu pembudidaya ikan skala kecil dalam jaringan eFishery.
Dengan menggunakan eFeeder, pembudidaya ikan dapat meningkatkan efisiensi pakan hingga 30% dan kapasitas produksi hingga 24%. Sebagai imbal balik, pembudidaya skala kecil dapat memiliki akses lebih luas untuk memasarkan hasil budidaya perikanan mereka dengan Harga wajar.
“Tidak hanya itu, pembudidaya juga dapat meningkatkan penjualan karena bobot ikan lebih merata sehingga mampu meningkatkan harga jual sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupannya,” tambahnya.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia merupakan produsen ikan terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Pada 2022, perikanan dan industri perikanan Indonesia diperkirakan berkontribusi sekitar 2,6% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Managing Director Head of Wholesale Banking HSBC Indonesia, Riko Tasmaya, mengatakan, pihaknya bangga dapat mendukung eFishery dalam mengembangkan bisnisnya guna menjangkau lebih banyak pembudidaya skala kecil di seluruh Indonesia.
“Hal itu merupakan bagian dari ambisi kami untuk mendukung pertumbuhan sektor ekonomi baru berbasis platform di Indonesia. Lewat green and social loan, HSBC Indonesia turut mendukung sektor akuakultur di Tanah Air menerapkan praktik berkelanjutan di sepanjang rantai pasokannya,” kata Riko.
Sejauh ini, kehadiran aquatech eFishery telah merevolusi metode budidaya tambak tradisional serta memberikan solusi mutakhir dalam ekosistem akuakultur di Indonesia. Hal itu diwujudkan dengan menawarkan platform menyeluruh yang memberikan para pembudidaya dan petambak akses pada teknologi, pakan yang kompetitif, pembiayaan, serta pasar produk akuakultur.
Berkat platform eFeeder dari eFishery, pembudidaya ikan dapat mengatur jadwal pemberian pakan, menerima rekomendasi pemberian pakan, dan mencatat data pemberian pakan melalui smartphone.
Tidak hanya itu, eFeeder juga mendukung pembudidaya ikan mengadopsi metode budidaya yang lebih berkelanjutan. Tujuannya, untuk meningkatkan kualitas air dengan mengurangi kontaminasi air dan limbah dari siklus pemberian pakan yang tidak efisien. Inovasi tersebut sekaligus meningkatkan input serta mengakselerasi distribusi pakan.
eFishery didirkan di Bandung, Jawa Barat pada 2013. Sejauh ini sudah melayani lebih dari 70 ribu pembudidaya ikan dan udang di 280 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Memfasilitasi transaksi ikan air tawar hingga Rp1,1 triliun, transaksi udang mencapai Rp1,12 triliun, hingga memfasilitasi transaksi pakan mencapai Rp1,99 triliun.
Selain sistem pemberian makan otomatis yang mengandalkan Internet of Things (IoT), platform eFishery juga mencakup pasar untuk menjual pakan ikan dan udang ke pembudidaya, produk ikan dan udang segar ke konsumen B2B, dan produk keuangan untuk pembudidaya ikan.
Selain itu, dari sisi perekonomian, eFishery telah berkontribusi sebesar Rp3,4 triliun terhadap PDB di sektor akuakultur pada 2022. Dengan begitu, jumlah tersebut setara dengan 1,55% dari total PDB di sektor akuakultur.
Untuk membesarkan bisnis ekspor, eFishery menggaet pasar Tiongkok dengan menjual hasil panen udang, setelah sukses ekspor ke AS. Selain itu, eFishery memperluas ekspor ikan nila ke kedua negara tersebut, bersamaan juga menambah incaran negara lainnya, seperti Singapura, Malaysia, kawasan Eropa dan Timur Tengah.
STEVY WIDIA
Discussion about this post