youngster.id - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dalam Rencana Strategis Ekonomi Kreatif 2015-2019 menargetkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) ekonomi kreatif bisa mencapai 6,75% di tahun 2019. PDB ekonomi kreatif merupakan agregasi dari seluruh nilai tambah yang diciptakan oleh usaha-usaha kreatif di 16 subsektor.
Bekraf meyakini pertumbuhan produk domestik bruto di bidang ini secara kontinyu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.
“Pertumbuhan PDB ekonomi kreatif tetap sesuai target. Tapi data sekarang (pertumbuhan PDB per 2016) sudah tumbuh 7,4%,” ungkap Fadjar Hutomo Deputi Akses Permodalan Bekraf belum lama ini di Jakarta.
Menurut dia, target pada 2019 tetap mengacu kepada rencana strategis tersebut. Tapi, pihaknya optimistis realisasi pertumbuhan PDB ekonomi kreatif bisa melampaui angka tersebut.
Pertumbuhan PDB di bidang ekonomi kreatif (ekraf) terkait dengan jumlah unit usaha yang ada dan nilai tambah setiap perusahaan. Artinya, semakin banyak jumlah usaha semakin besar kapasitas menghasilkan nilai tambah ekonomi.
Jumlah perusahaan di bidang ekraf secara keseluruhan ditargetkan tumbuh 2,5% dari 2015 ke 2019. Nilai tambah untuk setiap perusahaan rata-rata juga naik dari Rp 160 juta (pada 2015) menjadi Rp 220 juta (pada 2019).
Pada akhir 2016 tercatat ada 8,2 juta unit usaha di bidang ekraf, sedangkan nilai tambah per perusahaan sekitar Rp 112 juta
Pada sisi lain, inovasi di bidang kesehatan, pendidikan, energi, serta kuliner dinilai prospektif pada 2019. Pelaku ekonomi kreatif diharapkan terus berkolaborasi menghasilkan produk dan jasa yang mampu menjawab permasalahan terkait empat hal ini.
Fadjar mengatakan bahwa akses kesehatan, pendidikan, ketersediaan energi, dan pangan merupakan masalah yang dihadapi masyarakat umum. Nah, kunci sukses perusahaan rintisan di bidang kreatif selain keahlian teknis, tak lain perlu memiliki dampak sosial besar.
Kolaborasi yang dianggap paling potensial terutama dengan perusahaan rintisan teknologi digital. “Startup digital itu membuat kemungkinan bisnis kreatif tumbuh eksponensial jadi lebih besar. Pelaku bisnis kreatif perlu tingkatkan penggunaan teknologi digital,” ujarnya.
Bekraf menyatakan, subsektor fesyen, kriya, dan kuliner tetap menjadi kontributor utama bagi PDB ekonomi kreatif. Sementara itu, subsektor lain yang pertumbuhan bisnisnya sangat pesat terutama perfilman, musik, dan animasi. Hal ini seiring menguatnya penetrasi ponsel pintar.
STEVY WIDIA
Discussion about this post