youngster.id - Angka kecelakaan dalam berkendara di Indonesia terbilang tinggi. Sayangnya, hampir 70% kecelakaan berkendara yang terjadi disebabkan oleh faktor kelalaian manusia. Peduli akan hal itu, tiga mahasiwa Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) mengembangkan aplikasi BengaOne.
BengaOne merupakan aplikasi yang diciptakan sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya merawat kondisi kendaraan untuk meningkatkan keselamatan berkendara. Aplikasi ini dibuat oleh Muhammad Irfan Wibisono, Naufal Nabil Pramono, Muhammad Naufal Aditya Putra, dan Kavin Biridho Al Haq.
BengaOne menyuguhkan fitur utama berupa diagnosis pada kendaraan. Fitur ini membantu seorang mekanik untuk melihat kondisi kendaraan. Sehingga, entah itu kerusakan ataupun kondisi yang baik dapat dideteksi dengan mudah.
“Kami prihatin dengan tingginya angka kecelakaan kendaraan bermotor di Indonesia. Dan sebagian besar disebabkan kelalaian manusia, ykni, dalam bentuk kurangnya perawatan kendaraan secara berkala,” jelas Naufal yang dilansir laman ITS baru-baru ini.
Aplikasi ini ditujkan untuk kendaraan roda empat. “Kami sengaja menyasar kendaraan roda empat yang telah menggunakan on board diagnostic atau OBD2,” ujarnya.
Lebih lanjut, fitur diagnosis kendaraan ini dikembangkan secara 3D visual. Fitur tersebut akan berkolaborasi dengan alat OBD2 yang telah dipasang ke socket yang terletak di bagian bawah setir mobil. Dibantu koneksi koneksi bluetooth, OBD2 akan menyalurkan informasi berupa hasil kondisi kendaraan pengguna seperti kerusakan pada bagian mobil yang akan ditampilkan melalui aplikasi BengaOne.
“Selain fitur utama, kami turut menghadirkan Bengkel Nearby, Call service, Layanan Derek, dan Engine Maintenance yang merupakan fitur premium,” urainya.
Tim BengaOne usai menerima penghargaan dalam acara Enspirit Business Model Canvas Competition pengembangan produk menjadi kendala utama dalam mengembangkan BengaOne. Selain itu, mereka juga meraih juara kedua Enspirit Business Model Canvas Competition yang diselenggarakan di Universitas Ciputra.
Sejauh ini, aplikasi ini masih dalam bentuk prototype dan melalui tahap riset agar bisa diuji coba.
“Penyambungan antara OBD2 dan aplikasi untuk menghasilkan data kondisi kendaraan itu cukup rumit untuk dilakukan dan membutuhkan dana yang cukup besar,” ungkap mahasiswa angkatan 2017 ini.
Ke depan, tim ini akan melakukan evaluasi pada produk hingga siap diluncurkan. Melalui beberapa daftar lomba yang akan diikuti, mereka berharap dapat menemukan investor yang mau membantu megembangkan aplikasi ini.
“Kami harap dapat segera mendapatkan investor dan meluncurkan aplikasi ke masyarakat,” tandasnya.
STEVY WIDIA