Bermitra dengan Gapoktan di Indramayu, Agree Targetkan Pendapatan Rp 1 Miliar

Agree x Gapoktan Indramayu

Bermitra dengan Gapoktan di Indramayu, Agree Targetkan Pendapatan Rp 1 Miliar (Foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Aplikasi agribisnis Agree dinilai koperasi petani lebih memandu saat digunakan, sehingga Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Mulus Indramayu, Jabar bersedia berbagi pendapatan (revenue sharing) hasil panen sampai Rp 1 miliar.

Muhaimin, Ketua Gapoktan Tani Mulus Desa Mundakjaya, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu mengatakan, sebelum menggunakan aplikasi besutan PT Telkom, ada beberapa aplikasi pertanian yang pernah ditawarkan satu BUMN dan satu perusahaan swasta lain kepada pihaknya.

“Akan tetapi, tidak semua bersedia mendampingi pelaksanaannya. Padahal, 55 sampai 60% anggota Gapoktan kami itu berusia 45 tahun ke atas, atau relatif gaptek. Agree menawarkan pendampingan yang berkesinambungan, sehingga kami bersedia revenue sharing,” kata Muhaimin, dalam keterangannya, dikutip Sabtu (29/01/2022).

Para pendamping selain dari tim Agree, juga berasal dari kelompok yang disebut Agree Hero. Yaitu para penyuluh pertanian pemerintahan serta anggota petani Gapoktan yang sudah mahir gunakan Agree, memiliki kedekatan sosial dengan petani sekitarnya serta menjadi penyuluh petani lainnya.

Hal ini berbeda dengan aplikasi sejenis yang pernah datang dan mengajak bekerjasama dengannya. Sebab, setelah disosialisasikan kemudian tidak ada pelaksana teknis aplikasi yang standby memandu petani untuk menggunakannnya.

Saat ini, Gapoktan Tani Mulus beranggotakan 2.700 petani yang seluruhnya menggarap komoditas padi. Dengan luas lahan garapan 10.000 hektar, kelompok tani tersebar di Kecamatan Cikedung, Kecamatan Lelea, dan Kecamatan Terisi.

Kerja sama terkait sebelumnya dilakukan Gapoktan Tani Mulus dengan PT Telkom pada Rabu, 26 Januari 2022. Kerja sama saat itu disaksikan Bupati Indramayu Nina Agustina dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cirebon Bakti Artanta.

Menurut Muhaimin, petani umumnya sudah sadar pentingnya manajemen pertanian lebih baik dengan cara digitalisasi. Hal ini akan membuat proses produksi dari awal hingga panen terkontrol setiap hari hanya dalam genggaman.

“Mulai dari berapa banyak beli benih, beli pupuk, pasokan produksi, kapan panen, berapa banyak yang dijual, dan untungnya berapa. Analisa usaha agar usaha jelas ini sebelumnya tidak ada sehingga hasil panen relatif stagnan,” katanya.

Diakui Muhaimin, fitur Agree, selain menjadi alat pemantau produksi, juga tambah cangggih karena memungkinkan pula pedagang memasarkan secara daring pada menu loka pasar (market place) yang lebih luas dari pasar eksisting. Selama ini anggota Gapoktan menjual ke pembeli besar seperti Food Station dan Nusindo.

“Pasar bisa lebih luas dengan penggunaan Agree yang berkonsep revenue sharing, itu pun dengan persentase kecil. Setiap kali anggota kami berhasil transaksi kami berbagi pendapatan hanya 2%. Kami lihat ini sebanding karena selain memperluas pasar, juga kami ini memperoleh pendampingan yang sering dari Telkom,” ungkapnya.

Head of Digital Vertical Ecosystem Agriculture Telkom, Hikmatullah Insan Purnama mengatakan, pihaknya mentaksasi hasil panen tahunan dari Gapoktan tersebut mencapai Rp 65 miliar per siklus panen.

“Dari angka tersebut, jika transaksi di aplikasi kami berjalan lancar, kami perkirakan bisa tercapai revenue sharing sampai Rp 1 miliar. Kami akan berusaha merealisasikan targetan tersebut demi kebaikan bersama,” katanya.

Hikmatullah menjelaskan selain menu yang dibutuhkan petani, pihaknya berencana mengembangkan fitur Agree Fishery guna memantau sektor perikanan, dan ke depannya sektor peternakan. Selain itu, ada fitur Agree Modal untuk mengajukan permodalan yang antara lain sudah bekerjasama dengan Alami Sharia yang sanggup menggelontorkan dana pinjaman hingga Rp 50 miliar per bulan.

Aplikasi Agree sendiri saat ini sedikitnya ada di 30 sentra pertanian Indonesia. Mulai dari Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Kemudian juga perluasan ke Garut, Jabar untuk komoditas cabai, Malang, Jatim (kopi), Tange, Aceh (kopi), Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumsel (ikan patin).

Di OKU Timur, Agree berkolaborasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan untuk menyulap masyarakatnya jadi peternak digital. Agree menyediakan layanan dalam mendata database, kemudian menghubungkan dengan perbankan guna peroleh dukungan pemodalan.

Saat ini, Agree sudah memiliki beberapa fitur kemitraan dengan perusahaan pertanian, permodalan, penjualan dan peningkatan wawasan yang ke depannya akan dilengkapi pendukung produktivitas dan kualitas guna menciptakan satu data pertanian.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version