youngster.id - Dalam ketertekanan secara ekonomi terkadang menimbulkan daya kreativitas. Dan lambat laun jika kreativitas itu dikelola dapat menjadi bisnis yang sukses. Tentu butuh kemauan, kerja keras, dan semangat yang tinggi. Termasuk mengikuti tren yang ada di masyarakat. Langkah-langkah ini ibarat main game, jika kalah coba lagi dan lagi sampai menang.
Salah satu bisnis kreatif yang sedang berkibar adalah industri alas kaki. Kendati kondisi perekonomian global mengalami perlambatan, indusri ini mengalami peningkaan. Bahkan, dari nilai ekspor tumbuh signifikan, naik dari US$ 3,8 miliar pada 2014 menjadi US$ 4,5 miliar pada 2015. Hebatnya, Indonesia termasuk 3 produsen alas kaki terbesar di pasar global.
Namun bukan karena mengetahui hal ini Devriansyah Kurniawan ST berbisnis sepatu. Usaha ini berangkat dari himpitan ekonomi yang dialami keluarganya. “Saya mulai berpikir untuk mulai usaha ketika orang tua saya harus kebingungan untuk membayar uang kuliah saya. Mereka mencari pinjaman sana-sini demi anaknya tetap bisa kuliah. Dari situ saya mulai berfikir untuk bisa membuka usaha, tapi apa? Terus dari situ pula saya mulai menggali potensi diri, yaitu melukis.dengan menggunakan media sepatu,” kisah pemuda yang akrab disapa Devri kepada Youngsters.id.
Pemuda kelahiran Jakarta, 8 Desember 1989 ini memang memiliki bakat melukis. Menariknya, dia memilih melukis sepatu. “Saya awalnya melukis di kanvas datar, akan tetapi sulit sekali untuk menjualnya. Dari situ saya mulai berpikir lagi untuk mengubah media kanvas datar dengan menggunakan media sepatu,” ungkapnya.
Ide unik ini datang ketika Devri melihat konsep ini di media sosial. Dan dia pun mencoba untuk membuat sendiri sepatu lukis itu. “Alhamdulilah respon dari teman kuliah sangat bagus. Alhasil terjual satu sepatu lukis kepada teman saya, dan itupun masih dicicil dua kali,” ungkap Devri sambil tertawa.
Dia mengaku awalnya belum serius berbisnis sepatu lukis. Pasalnya dia sedang menyelesaikan kuliah di Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Namun ketika peminat mulai meningkat Devri pun memutuskan untuk serius membuat usaha ini.
“Apa yang saya karyakan ini awalnya hobi saja. Sekarang menjadi usaha mata pencarian, bahkan passion. Saya melakukan inovasi produksi dengan mengubah media kreatif dari bahan yang konvensional, kemudian melukis dengan media sepatu, dan bahan unik lainnya,“ ungkap Ketua UKM Seni Nanggala Bangkalan itu.
Alhasil usaha itu berkembang. Di tahun 2014, Devriansyah kemudian melegalkan usahanya dengan mendirikan CV Devri Art Production, dengan omset mencapai puluhan juta per bulan.
Keunikan
Walaupun unik, ternyata usaha yang dimulai sejak tahun 2009 tidak langsung sukses. Minimnya modal membuat dia harus meminjam uang lewat koperasi sebesar Rp 1 juta untuk memulai usaha. Modal itu dia gunakan untuk membeli peralatan dan bisa segera dikembalikan dalam waktu tiga bulan.
Yang menarik, putra pasangan Moh. Fitriansyah dan Kurniama ini awalnya hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut. Namun atas saran temannya, dia mulai menggunakan media sosial sebagai media pemasaran. “Waktu itu BB adalah produk mewah, dan saya menabung untuk beli BB bekas agar bisa memasarkan via BBM. Entah mengapa baru tiga hari BB itu rusak,” kisah Devri sambil tertawa.
Keputusannya berjualan lewat media sosial tepat. Pesanan meningkat. Namun muncul masalah tenaga kerja yang bisa melukis. ”Mengingat jumlah pesanan bertambah, sembilan teman-teman saya pun direkrut untuk memperlancar usaha pembuatan sepatu lukis. Bahkan, saya juga mulai membuat kaus hias, suvenir, dan lukisan dinding. Harga sepatu lukis berkisar Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Dalam sehari, saya bisa membuat tiga sampai lima pasang sepatu. Lukisan sepatu buatan saya bisa disesuaikan dengan selera klien,” ungkapnya.
Ketika Devri harus membagi waktu kerjaan dengan kuliah, kuliahnya sempat tertuda dua tahun. Dia juga diputuskan oleh pacar karena calon mertua menuntut dia untuk kerja kantoran. “Semua itu membuat saya termotivasi untuk lebih sukses dan mereka menjadi penonton,” ujarnya sedikit mengebu.
Selain masalah itu, Devri juga harus berhadapan dengan para kompetitor yang telah lebih dulu menjalankan usaha serupa. Karena itu, bagi dia identitas bisnis yang spesifik itu penting. Hal itu akan menjadi modal untuk berkompetisi di bisnis ini. Kompetitor hanya bisa “diatasi” dengan keunikan. Dan keunikan merupakan buah dari ketekunan menggali ranah kreativitas.
“Saya melakukan inovasi produksi dengan mengubah media kreatif dari bahan yang konvensional, kemudian melukis dengan media sepatu, dan bahan unik lainnya,” ujar Devri.
Sejatinya, selain melukis dengan sepatu sebagai medianya, Devri juga membuat kreasi pada media lain. Antara lain melukis di media logam, kaca, serta mendesain dan memproduksi mahar pernikahan yang kreatif dan unik. Termasuk toples planel yang dikreasikan dalam berbagai bentuk unik, seperti bentuk kue tart, karakter kartun, dan bentuk-bentuk lucu lainnya.
“Bagi saya usaha itu seru bagaikan main game. Ketika gagal mau coba lagi bangkit sampai tamat jika dalam permainan game,” ujarnya.
Semua itu kini berbuah manis. Perseroan komanditer miliknya kini memiliki 14 karyawan, dengan omset penjualan rata-rata Rp 45 juta per bulan. Berbagai pengakuan dan penghargaan pun wajar diterimanya sebagai bukti kerja keras. Di antaranya, menjadi Juara 1 Lomba Wirausaha Muda Pemula Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2015 Kategori Industri Kreatif. Apresiasi seperti itu mendorongnya untuk terus berkembang. Hadiah uang tunai Rp 50 juta dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dia manfaatkan untuk pengembangan usaha.
Lapangan Kerja
Terpilihnya Devriansyah menjadi juara 1 lomba wirausaha muda pemula berprestasi tingkat nasional pada tahun ini untuk kategori industri kreatif, semakin mendorongnya untuk mengembangkan usaha. Apalagi kemudian dia mendapat hadiah uang tunai sebesar Rp 50 juta dari Kemenpora. “Alhamdulillah. Hadiah ini saya jadikan suntikan modal meningkatkan produksi dan membuka cabang baru di Madura dan Jawa Timur,” ujar Devri.
Pengusaha muda ini terus mengembangkan usaha dengan membuka sejumlah cabang mahar pernikahan yang tersebar di Lamongan, Sampang, Sumenep. Produknya juga telah dipasarkan di seluruh Indonesia. Sedang untuk sepatu lukis dia memiliki reseller di Sidoarjo, Subaya dan Jakarta.
Devri ingin bisnisnya memberi dampak bagi banyak orang. Terutama membuka lapangan kerja seluas-luasnya.
“Usaha ini awalnya dikarenakan tekanan ekonomi keluarga saya. Saya ingin bisa membiyayai kuliah sendiri. Lambat laun mindset itu bergeser. Ini telah menjadi passion saya. Sekarang saya ingin merubah mindset para sarjana tidak hanya mengandalkan kertas ijasah saja untuk mendapatkan pekerjaan,” ungkap pengurus forum kewirausahaan pemuda itu.
Menurut Devri, kuliah itu hanya media menimba ilmu. Namun setelah lulus maka persaingan harus dihadapi. “Maka dari itu saya ingin lulusan sarjana dicetak sebagai pelopor untuk membuka lapangan pekerjaan,” ujar Devri.
Pengusaha yang mengagumi Bob Sadino ini berprinsip: “usaha jalan, pengusaha jalan-jalan”. Artinya lewat usahanya dia ingin lebih banyak membantu orang lain lewat bisnis kreatif. Termasuk memotivasi para anak muda untuk terjun berwirausaha. “Usaha di bidang produk kreatif bagi saya yang paling aman karena tidak basi dan tidak mati,” tegas Devri.
======================================
Devriansyah Kurniawan ST
- Tempat Tanggal Lahir  : Jakarta, 8 Desember 1989
- Pendidikan                 : Teknik Industri Universitas Trunojoyo Bangkalan, Jawa Timur
- Nama Perusahaan       : CV Devri Art Production
- Brand             : Raja Mahar
- Modal Awal         : Rp 1 juta
- Omzet             : Rp 30 juta ”“ Rp 35 juta per bulan
Prestasi                       :
- Juara 1 Lomba Wirausaha Muda Berprestasi Tk. Nasional Kemenpora 2015
- Juara 2 Wirausaha Dispora Jawa Timur
- Finalis Lomba Wirausaha Muda Mandiri Jawa Timur
=======================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post