Sabtu, 27 September 2025
No Result
View All Result
youngster.id
Pratesis Ads
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development
No Result
View All Result
youngster.id
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development
No Result
View All Result
youngster.id
No Result
View All Result
Home Headline

E-Nose, Hidung Elektronik Pendeteksi Bakteri Gigi

7 Oktober 2019
in Headline, Innovation
Reading Time: 2 mins read
E-Nose, Hidung Elektronik Pendeteksi Bakteri Gigi

Penelitian E-Nose untuk mendeteksi dini penyakit gigi. (Foto: istimewa)

0
SHARES
0
VIEWS

youngster.id - Mendeteksi penyakit pada gigi terbilang sulit. Apalagi orang kebanyakan baru datang ke dokter gigi jika sudah terasa sakit dan kondisi buruk. Berangkat dari masalah ini tim peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan elektronik Nose (e-Nose).

E-Nose merupakan sebuah perangkat untuk deteksi dini penyakit gigi dan mulut serta kualitas bahan makanan. Adapun pengembangan tersebut dikembangkan oleh Dosen Unair Dr Suryani Dyah Astuti MSi bersama Agung Surya Pradhana serta Dosen UGM Dr Kuwat Triyana. Ketiga dosen tersebut mengembangkan hal ini karena cara untuk mendeteksi penyakit pada gigi.

Suryani menjelaskan bahwa E-Nose ini merupakan sebuah perangkat yang meniru cara kerja dari penciuman hidung manusia. Secara teknis, perangkat tersebut menggunakan sensor gas yang dapat memberikan respons terhadap aroma tertentu.

“Jadi ada sensor yang spesifik untuk karbon dioksida ada juga yang untuk amoniak. Pada bakteri gigi umumnya bau yang dikeluarkan adalah jenis amonia. Hasil uji coba pada biofilm berbagai bakteri gigi menunjukkan adanya karakteristik fisis yang berbeda-beda pada berbagai bakteri. Sedang uji coba pada ayam yang diberi kuman E-coli menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan tanpa adanya E-coli,” ungkap Suryani yang dilansir situs resmi Unair.

Baca juga :   Mahasiswa UGM Ciptakan Pembelajaran Inovatif PUBBA

Respons sinyal yang dihasilkan E-Nose terhadap aroma tertentu akan dianalisa menggunakan perangkat lunak pengenalan pola, sehingga dapat dianalisis dan diidentifikasi. Jika dibandingkan dengan teknik analisis lainnya, seperti kromatografi gas, maka sistem hidung elektronik dapat dibangun dan bisa memberikan analisis sensitif dan selektif secara real time.

Sama halnya untuk mendeteksi pembusukan bahan makanan. Di mana hanya melihat dengan kasat mata dan sentuhan yang terkadang dapat mengecoh. Penelitian E-Nose untuk mendeteksi dini penyakit gigi ini terdiri dari dua tahap. Yakni, in vitro (skala laboratorium) dan klinis. Tahap in vitro bertujuan untuk pembelajaran E–Nose tentang aroma berbagai bakteri penyebab penyakit gigi.

Penelitian lebih lanjut untuk penyempurnaan E-Nose dilakukan oleh Anak Agung Surya Pradhana, salah seorang mahasiswa S2 Teknik Biomedis Unair. Menurut Surya pada E–Nose ini terdapat enam buah sensor gas seperti hidung manusia yang memiliki reseptor dan memori. Dari reseptor, data dikirim ke tempat penyimpan data (database). Kemudian, data tersebut digunakan untuk melatih E–Nose dengan algoritma statistik pohon keputusan (decision tree). Sehingga E-Nose mampu mengklasifikasikan sampel.

Baca juga :   Lampu Anti Boros Dari Kaleng Bekas

Surya menambahkan, hasil dari uji coba yang dilakukan saat in vitro menunjukkan hasil yang bagus. Berbagai bakteri menghasilkan konsentrasi bau yang berbeda-beda tergantung pada jumlah hari penyimpanannya. Penelitian tersebut menggunakan sensor MQ2, MQ3, MQ7, MQ8, MQ 135, dan MQ 136 yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Contohnya sensor MQ135 yang spesifik untuk mendeteksi ammonia.

Selain untuk kesehatan, E-Nose juga telah banyak digunakan untuk deteksi kualitas bahan makanan. Antara lain kualitas susu, daging, ikan, dan ayam. Hasil penelitian untuk deteksi kualitas daging ayam oleh Haidar Tamimi dengan pembimbing kedua Dr. Miratul Khasanah, M.Si. menunjukkan perbedaan pola gas yang terdeteksi oleh sensor karena adanya penurunan kualitas daging berdasarkan masa simpan dan aktivitas bakteri yang mampu dikenali oleh E–Nose.

Baca juga :   Gunakan Dana Hibah, Startup NAFAS Pasang Sensor Kualitas Udara

STEVY WIDIA

Tags: elektronik nose (e-nose)penyakit pada gigiUniversitas Airlangga (UNAIR)Universitas Gadjah Mada (UGM)
Previous Post

Ekonomi Digital Mampu Serap 10 Juta Tenaga Kerja

Next Post

LINE Hadirkan Fitur Hitung dan Bagi Tagihan Dengan Teknologi OCR

Related Posts

Tim Mahasiswa Unair Kembangkan Boneka Pintar Untuk Atasi Kesehatan Mental Gen Z
Innovation

Tim Mahasiswa Unair Kembangkan Boneka Pintar Untuk Atasi Kesehatan Mental Gen Z

15 Juli 2025
0
Tim Mahasiswa UNAIR Buat Wadah Alternatif Pengganti Styrofoam
Innovation

Tim Mahasiswa UNAIR Buat Wadah Alternatif Pengganti Styrofoam

26 Mei 2025
0
Unair World Young Inventors Exhibition (WYIE) 2023
Innovation

Tim Mahasiswa Unair Raih Medali Emas di World Young Inventors Exhibition

17 Mei 2023
0
Load More
Next Post
LINE Hadirkan Fitur Hitung dan Bagi Tagihan Dengan Teknologi OCR

LINE Hadirkan Fitur Hitung dan Bagi Tagihan Dengan Teknologi OCR

Generasi Muda Harapan Pelestarian Lingkungan

Generasi Muda Harapan Pelestarian Lingkungan

Indonesia Turut Serta Ajang Miss Grand International 2019

Indonesia Turut Serta Ajang Miss Grand International 2019

Discussion about this post

Recent Updates

Akademi Edukreator Jangkau 4.000 Kreator Untuk Jadikan YouTube Ruang Kelas Berkualitas

Akademi Edukreator Jangkau 4.000 Kreator Untuk Jadikan YouTube Ruang Kelas Berkualitas

27 September 2025
Koperasi Desa Merah Putih

Koperasi Desa Merah Putih Berperan Bagi Pemerataan Akses Energi Bersih

26 September 2025
Waste4Change

Waste4Change Catat Pertumbuhan Rata-rata Tahunan 88% dan Kelola 64,9 Juta Kg Sampah dalam Satu Dekade

26 September 2025
social commerce

MSC: 74% Pelaku Social Commerce Masih Mengandalkan Dana Pribadi Untuk Modal Usaha

26 September 2025
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Dera Perdana Shopian : Ajak Milenial Berdonasi Digital

Dera Perdana Shopian : Ajak Milenial Berdonasi Digital

27 Juni 2019
Startup Hayokerja

Startup HayoKerja Hadirkan Solusi PHL bagi Perusahaan Pencari Tenaga Kerja

25 September 2023
pendanaan Fintech

Inilah 5 Fintech dengan Pendanaan Terbesar di Indonesia Tahun 2025

15 Mei 2025
Fastwork Raih Pendanaan Seri A US$4,8 Juta

Fastwork Luncurkan Fitur Baru Untuk Pengguna Jasa Freelancer

11 Agustus 2020
Junaidi : Bikin Bimbel Karena Cinta Jadi Guru

Junaidi : Bikin Bimbel Karena Cinta Jadi Guru

0
Brother Indonesia Rilis Aplikasi Mobile Brother iShop

Brother Indonesia Rilis Aplikasi Mobile Brother iShop

0
Bangun Bagian Dapur, IKEA Dukung Pembuatan Film “Ini Kisah Tiga Dara”

Bangun Bagian Dapur, IKEA Dukung Pembuatan Film “Ini Kisah Tiga Dara”

0
Ferdian Yosa : Menangkap Tren di Bisnis Kuliner

Ferdian Yosa : Menangkap Tren di Bisnis Kuliner

0
Akademi Edukreator Jangkau 4.000 Kreator Untuk Jadikan YouTube Ruang Kelas Berkualitas

Akademi Edukreator Jangkau 4.000 Kreator Untuk Jadikan YouTube Ruang Kelas Berkualitas

27 September 2025
Koperasi Desa Merah Putih

Koperasi Desa Merah Putih Berperan Bagi Pemerataan Akses Energi Bersih

26 September 2025
Waste4Change

Waste4Change Catat Pertumbuhan Rata-rata Tahunan 88% dan Kelola 64,9 Juta Kg Sampah dalam Satu Dekade

26 September 2025
social commerce

MSC: 74% Pelaku Social Commerce Masih Mengandalkan Dana Pribadi Untuk Modal Usaha

26 September 2025
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Layanan Bisnis
Copyright © 2016 - PT Inovasi Muda Mandiri. All rights reserved
No Result
View All Result
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development

Copyright © 2016 - PT Inovasi Muda Mandiri. All rights reserved

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.
Go to mobile version