youngster.id - Kontribusi yang dihasilkan dari perdagangan elektronik Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diprediksi tumbuh hingga 18 kali lipat menjadi Rp2.305 triliun pada 2030. Demikian Laporan berjudul The Digital Komodo Dragon: How Indonesia Can Capture The Digital Trade Opportunity at Home and Abroad.
Pada laporan yang dipublikasikan Hinrich Foundation dan AlphaBeta Advisors itu mengukur kontribusi, peluang ekonomi dan dampak dari e-commerce di pasar domestik maupun internasional. Laporan tersebut juga merangkum sejumlah rekomendasi penting bagi para pemangku kepentingan untuk memaksimakan potensi tersebut.
Mitra AlphaBeta Genevieve Lim memaparkan, rata-rata pertumbuhan e-commerce di Asia Tenggara mencapai 15% setiap tahunnya. Di Indonesia, dia menyebut perdagangan elektronik membuat berhasil mengurangi ongkos penyimpanan data perusahaan, memperbaiki model bisnis, dan membantu perusahaan dalam ekspansi ke pasar baru.
“Peluang pertumbuhan dagang-el di Indonesia dapat dimaksimalkan bila pemangku kepentingan termasuk pemerintah dapat meminimalisir hambatan dagang berupa border friction,” kata Lim dalam keterangannya Rabu (13/2/2019) di Jakarta.
Dia menjelaskan, secara umum perdagangan elektronik meningkatkan produktivitas melalui enam cara, antara lain dengan mengidentifikasi dan membangun pasar baru, menekan biaya dan mempercepat manajemen data, mendukung kolaborasi lintas batas. Selanjutnya, dengan proses memperkaya data secara mendalam, memperkenalkan model bisnis yang efisien, dan memperkecil rantai distribusi.
Dari sekian banyak sektor,e-commerce diketahui paling berdampak signifikan pada sektor agrikultur dan makanan. Pada 2017, nilai tambah dagang-el terhadap sektor ini tercatat sebesar Rp27 triliun, dan berpotensi meningkat menjadi Rp548 triliun pada 2030.
Sementara itu Chief Executive Officer of the Hinrich Foundation Kathryn Dioth menyatakan, perdagangan elektronik juga memiliki potensi untuk mendorong nilai ekspor Indonesia. Menurutnya, saat ini ekspor digital hanya berkontribusi 1% terhadap total ekspor Indonesia atau senilai Rp28 triliun. Dia memprediksi, ekspor digital berpotensi tumbuh hingga delapan kali lipat hingga mencapai Rp240 triliun pada 2030.
Sebagai gambaran, ekspor atau perdagangan digital yang dimaksud tidak hanya mencakup produk konsumer yang diperjualbelikan melalui internet dan platform dagang-el, tetapi juga meliputi aliran data yang berkaitan dengan rantai pasok global, layanan yang memungkinkan sistem manufaktur cerdas, dan platform serta aplikasi.
“Jika berbagai hambatan dagang bisa diatasi, kontribusi dari produk dan jasa digital terhadap nilai total ekspor negara ini dapat tumbuh lebih dari delapan kali lipat pada 2030,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini pemerintah Indonesia dan sejumlah negara di Asia Pasifik tengah menyusun regulasi mengenai ekonomi digital. Dia menyebut, sejumlah kebijakan yang diperlukan antara lain pengaturan mengenai pengenaan bea masuk dapat berdampak signifikan pada ekspor produk digital.
Lebih lanjut, dia juga menekankan Indonesia dapat berperan penting dalam melakukan perundingan dagang bilateral dan multilateral dengan negara lain untuk mendorong peningkatan ekspor digital maupun perdagangan elektronik di Tanah Air.
STEVY WIDIA
Discussion about this post