youngster.id - Tahun 2016, kinerja ekspor produk-produk industri kreatif sempat merosot akibat lemahnya harga komoditas dunia. Untuk itu di tahun ini ditargetkan kegiatan ini tumbuh positif sebesar 1,3%.
Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky Joseph Pesik menjelaskan, tahun 2016 lalu ekspor produk ekonomi kreatif (ekraf) sempat menurun di angka US$ 18 juta. Angka ini menurun dibandingkan kinerja ekspornya pada 2015 sebesar US$ 19,4 juta.
Meski sempat menurun di tahun 2016, namun tren perdagangan di sektor ekonomi kreatif menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Data Bekraf, dalam kurun waktu lima tahun sejak 2010 hingga 2015 besaran Produk Domestik Bruto (PDB) ekraf naik dari Rp 525,96 triliun menjadi Rp 852,24 triliun. Rata-ratanya, ada peningkatan 10,14% pertahunnya sejak tahun 2010.
“Kami ingin membawa merek lokal bisa ditemukan di kota besar dunia. Misal, ada merek kopi lokal bisa ditemui di New York, merek batik lokal buka gerai di London,” ujar Ricky dilansir laman Bekraf baru-baru ini.
Ricky menyebutkan, tiga subsektor yang menunjukkan kontribusi terbesar untuk kinerja perdagangan ekraf adalah industri fesyen (56,27%), kriya (37,52%), dan kuliner (6,09%). Ia menyebutkan, Bekraf sedang berupaya menaikkan nilai tambah produk-produk ekonomi kreatif agar bisa lebih diterima di pasar internasional.
Bahkan Bekraf memiliki target besar, yakni membawa merek-merek lokal untuk bisa menembus pasar internasional. Maksud Ricky, produk ekraf Indonesia nantinya tak hanya dibeli oleh pemain global lantas dilabeli dengan merek mereka, namun benar-benar dikenal dengan merek asli Indonesia.
STEVY WIDIA
Discussion about this post