Film Bakal Menjadi Subsektor Ekraf Yang Tumbuh Pesat di 2019

(ki-ka) Kepala Bekraf Triawan Munaf, Presiden Joko Widodo, dan Produser Miles Film Mira Lesmana. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Badan Ekonomi Kratif (Bekraf) memproyeksikan perfilman menjadi salah satu subsektor yang tumbuh pesat pada 2019. Inovasi teknologi digital, seperti over the top (OTT), bakal mengakselerasi perkembangan bisnis di bidang ini.

Pemerintah memperkirakan film kembali menjadi bidang usaha kreatif dengan pertumbuhan tertinggi pada 2019, selain subsektor musik serta aplikasi dan game.

“Walau film keekonomiannya belum besar tapi pertumbuhannya luar biasa,” ujar Kepala Bekraf Triawan Munaf belum lama ini.

Pada 2015, pertumbuhan subsektor film, animasi, dan video tercatat 6,67%. Setahun kemudian persentasenya naik menjadi 10,09%. Film keluar dari Daftar Negatif Investasi (DNI) melalui Peraturan Presiden No. 44/2016. Keputusan ini menjadi angin segar bagi pegiat industri perfilman setelah nyaris 30 tahun menutup diri.

Inovasi medium tayang film datang dari perusahaan digital dan e-commerce dengan menghadirkan film video on demand. Layanan VoD adalah sistem televisi interaktif yang memfasilitasi khalayak memilih sendiri program video dan klip yang ingin ditonton.

Sejumlah startup pun mulai terjun ke layanan ini. Gojek Indonesia memastikan bakal rilis produk VoD pada Januari 2019. Layanan film Goplay bakal bersaing dengan penyedia VoD dari Singapura, HOOQ, dan asal Malaysia yang lebih dulu masuk ke Tanah Air.

Pada sisi lain, pendanaan dalam industri film kini dapat diatasi seiring kehadiran lembaga keuangan yang fokus di bidang ini. Perusahaan modal ventura Ideosource Venture Capital salah satu contohnya yang mendanai film Keluarga Cemara.

Pelaku usaha memperkirakan penonton film di bioskop tembus 60 juta sampai pengujung tahun. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 20% dibandingkan dengan asumsi realisasi tahun lalu sejumlah 50 juta.

Situs www.filmindonesia.or.id menyebutkan, secara berturut-turut jumlah penonton berkembang pada 2010 – 2015, yakni sebanyak 16 juta, 15 juta, 18,9 juta, 12 juta, 16 juta, dan 16 juta. Pada 2016, mencapai 37,2 juta lantas setahun kemudian menjadi 42,7 juta. Selama Januari – Agustus 2018 terealisasi sebanyak 36,3 juta penonton.

Jumlah bioskop juga meningkat dari 1.100 layar pada 2017 menjadi 1.681 layar per Agustus tahun lalu. Artinya, terjadi pembukaan lebih dari 500 layar bioskop dalam dua tahun.

Kehadiran OTT seperti layanan video on demand (VoD), membuat insan film tidak sepenuhnya bergantung kepada hasil penjualan tiket.

STEVY WIDIA

Exit mobile version