youngster.id - Startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) Amartha menghadirkan layanan untuk warung di aplikasi khusus yaitu Amartha Plus. Langkah ini diharapkan dapat mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti warung untuk mendigitalisasikan bisnis di saat pandemi ini.
CEO dan Founder Amartha Andi Taufan Garuda Putra mengatakan, langkah ini merupakan bagian untuk mencapai target satu juta mitra perempuan tahun ini. “Kami buat produk spesifik warung agar ada lebih banyak UMKM yang terdigitalisasi,” kata Taufan dalam keterangannya, Rabu (21/7/2021).
Saat ini, Amartha menggaet 200 ribu lebih mitra UMKM perempuan. Pada semester pertama, fintech lending ini menyalurkan pinjaman Rp 914 miliar atau tumbuh 35% secara tahunan (year on year/yoy).
Selain warung, Amartha membidik pasar di luar Pulau Jawa. “Kami percaya diri tahun ini penetrasi segmen luar Jawa akan tinggi. Ini value proposition Amartha,” kata Taufan.
Sementara itu Chief Commercial Officer Amartha Hadi Wenas mengatakan, perusahaan menyediakan dua layanan untuk warung di aplikasi khusus yakni Amartha Plus. Pertama, Warung Loan Mitra untuk pembayaran listrik, pulsa hingga stok belanja bagi mitra. Kedua, Warung Loan Non-mitra.
Amartha bekerja sama dengan jaringan warung Sampoerna Ritel Community (SRC) untuk memberikan opsi pembayaran terintegrasi. Amartha juga memberikan modal berupa barang atau suplai kebutuhan warung. Keduanya itu tersedia sejak bulan lalu. Saat ini, layanan untuk non-mitra tersedia di Jawa Timur dan Sumatera Barat. “Layanan ini membantu ibu-ibu untuk lebih terdigitalisasi,” ujarnya.
Potensi warung di Indonesia juga besar. Riset Euromonitor International 2018 menunjukkan, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina lebih suka berbelanja di toko kelontong.
Perusahaan sekuritas CLSA juga mencatat, biaya akuisisi konsumen alias customer acquisition costs (CACs) melalui mitra warung sekitar 10-20% yakni US$ 2 per pelanggan atau kurang dari Rp 30.000. Bianya lebih murah dibandingkan cara umum. Selain itu, layanan online to offline (O2O) seperti warung, berkontribusi 10% terhadap total pengguna baru di e-commerce. Tokopedia dan Bukalapak pun menyasar warung.
STEVY WIDIA
Discussion about this post