Game Lokal Harus Jadi Tuan di Rumah Sendiri

Shieny Aprilia, co-founder dan Chief Marketing Officer Agate (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

youngster.id - Belakangan ini industri game di Indonesia mengalami perkembangan pesat. Bukan hanya sebagai pemain atau penikmat game tetapi juga dalam hal pengembang produk game. Oleh karena itu industry game lokal didorong untuk menjadi tuan di rumah sendiri.

Indonesia digadang sebagai pasar game terbesar ke-17 di dunia, mengutip data Newzoo, dengan pendapatan industri ini bisa mencapai nilai US$1.084 miliar. Sayangnya, “kue” itu masih lebih banyak dinikmati oleh para pengembang game luar negeri.

Untuk itu industri game dalam negeri pun terus memacu diri. Salah satunya adalah Agate Studio. Ini adalah studio developer game lokal yang berbasis di Bandung. Sejak 2009, Agate sudah menghasilkan lebih dari 250 game.

“Komunitas game di luar lebih dulu matang, jadi perusahaan game di sana sudah lebih dulu berkarya dan yang penting lebih dulu sekaligus lebih banyak jatuh bangun. Faktor lain adalah sumber daya manusia untuk industri game di Indonesia yang masih kurang,” tutur Shieny Aprilia, Co-founder sekaligus Chief Marketing Officer Agate saat ditemui belum lama ini di Jakarta.

Dia mengakui kini perkembangan industri game lokal yang semakin baik. Menurut Shieny itu tidak terlepas munculnya stigma positif untuk bermain game. “Sekarang industri game sudah dilirik sebagai lapangan kerja yang bagus. Dahulu orang pasti akan bertanya pas ada yang baru berprofesi sebagai developer game, dikiranya hanya bermain game,” ungkap Shieny sambil tertawa.

Kin karya pengembang game lokal tidak kalah dari game luar.Belum lam aini Agate kemarin sempat merilis game Valthirian Arc yang hadir di Nintendo Switch, PlayStation 4 dan PC. “Game ini berhasil menduduki peringkat kedua kategori Best New Game pada layanan Steam di Inggiris dan Eropa setelah dirilis kurang dari 24 jam,” ujarnya dengan bangga.

Keberhasilan Agate ini membuktikan karya industri game Indonesia tidaklah tertinggal bahkan berpeluang besar untuk meraih pasar global. Menurut Shieny industri game Indonesia hampir serupa dengan industri perfilman di sini. Perlahan-lahan industri game lokal mulai bermunculan dan memiliki tempat sendiri di tengah game buatan luar negeri.

“Gol utamanya masih membangun industri game lokal jauh lebih besar lagi, menguasai pasar di Indonesia dan bersama bisa go international. Kami saling dukung untuk sama-sama survive dari kompetisi dengan game buatan luar,” tegas Shieny.

STEVY WIDIA

Exit mobile version