youngster.id - Google dan Temasek mengestimasi ada sekitar 150 juta individu pekerja independen di kawasan tersebut dengan 50% di antaranya mengalami kesulitan akses ke berbagai layanan finansial dan tidak memiliki perlindungan kerja yang memadai.
Hal ini mendorong Gigacover, penyedia layanan fintech yang berfokus pada pekerja independen (gig economy), menghadirkan layanan finansial baru untuk pelanggan di Asia Tenggara. Layanan ini termasuk layanan earning advances dan pinjaman produktif, melengkapi layanan perlindungan kesehatan yang sudah ada sebelumnya.
Co-Founder & CEO Gigacover Amerson Lin mengatakan, kehadiran pekerja lepas dan independen di Asia Tenggara menjadi tantangan dan peluang bagi fintech seiring peningkatan pengawasan dari regulator dan pekerja yang menuntut transparansi dan keadilan.
“Di sinilah Gigacover masuk sebagai penghubung antara bisnis, lembaga keuangan, pemerintah, dan pekerja independen, dengan mendukung dan menyediakan produk keuangan yang sesuai kebutuhan serta melindungi. Kami melihat peluang pertumbuhan yang sangat besar karena semakin banyak generasi milenial memilih untuk berwirausaha, dan perusahaan menerapkan perekrutan tenaga kerja hybrid dengan mengambil lebih banyak staf kontrak dan pekerja tidak tetap,” ungkap Amerson dalam jumpa pers virtual, Kamis (22/7/2021).
Hingga saat ini, Gigacover telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan ternama seperti Gojek, Foodpanda dan Gogox di Singapura dan baru saja menambah Lalamove serta AXA Financial Agent di Indonesia, sambil terus menjangkau lebih banyak pemain lokal lainnya.
Dari data Gigacover, ditemukan bahwa lebih dari 50% pekerja independen di Indonesia memilih uang tunai dan perlindungan kesehatan sebagai tunjangan pilihannya. Di Jakarta sendiri, Gigacover mengalami peningkatan dalam jumlah Earnings Advance dan transaksi asuransi mikro sebesar tiga kali lipat pada Q2 tahun 2021, sehingga meningkatkan penggunaan produk Gigacover secara keseluruhan di Indonesia hingga 60% di kalangan komunitas pekerja independen.
“Selama 5 tahun ke depan, kami menargetkan untuk dapat melayani 7 juta pekerja independen Indonesia dan mewujudkan visi kami untuk melayani lebih dari 20 juta pengguna di seluruh wilayah Asia Tenggara,” tambahnya.
Country Head Gigacover Indonesia, Cobysot Avego Putro, optimis dengan pertumbuhan anggota Gigacover di Indonesia sepanjang tahun.
“Walaupun mendapat predikat sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, kesejahteraan pekerja independen masih belum mendapatkan perhatian yang besar di sini. Kami harap Gigacover bisa menciptakan keamanan finansial dan jaminan kesehatan yang lebih baik bagi semua pekerja independen dan pelaku gig economy di Indonesia,” katanya.
Dengan pasar utama meliputi Indonesia dan Singapura, saat ini Gigacover dapat dianggap sebagai pemimpin pasar di regional karena bekerja dengan lebih dari 50% platform dan marketplace yang terkait dengan pekerja independen. Gigacover juga telah memulai pembangunan di Filipina dan berencana untuk memasuki pasar Vietnam sebagai bagian dari strategi ekspansi di Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, Gigacover telah tumbuh sepuluh kali lipat sepanjang tahun 2020.
Gigacover mendapatkan pendanaan melebihi target (oversubscribed) pada tahun 2019 yang dipimpin oleh Vectr Fintech dan Quest Venture Partners, serta diikuti oleh Alto Partners, M Venture Partners, dan Farsight Capital. Pendanaan diperoleh seiring dengan peluang besar bagi pekerja lepas di pasar negara berkembang serta kualitas founder Gigacover.
STEVY WIDIA
Discussion about this post