youngster.id - Indonesia dikenal sebagai negara agraris, di mana sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya dari hasil produksi pertanian. Ironisnya, nasib para petani di negeri ini seperti terabaikan, bahkan banyak yang tergolong miskin. Untunglah masih banyak yang tergerak untuk memberdayakan para petani dan keluarganya. Salah satunya adalah Heni Sri Sundani.
Heni adalah founder dari Smart Farmer Kids In Action, dan AgroEdu Jampang Community. Ini adalah program sosialpreneur yang memberdayakan keluarga petani. Mulai dari memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak petani, pendidikan kesehatan, pembentukan kelompok petani hingga pemberdayaan desa dan kampung.
Lewat kedua kegiatan tersebut Heni dan sang suami Aditia Ginanaka berhasil memberdayakan ratusan keluarga petani yang tersebar di 40 Kabupaten di pulau Jawa dan Lombok.
“Kami ingin menumbuhkan gererasi agropreneur dan agropreneur junior. Kami berharap, warga kampung menekuni pertanian dan kawan-kawan yang memiliki uang mau menanamkan modalnya di bisnis pertanian. Begitu juga dengan generasi muda. Kami ingin mengajak dan menginspirasi mereka bahwa bisnis pertanian itu menjanjikan karena selama manusia butuh makan, selama itu pula pertanian mendapat posisi penting dalam kehidupan,” ungkap Heni kepada Youngsters.id.
Tak sekadar membantu, Heni dan Aditia menjalankan kegiatan itu dengan prinsip sosiopreneur. Mulai dari mengelola toko online Bangjampang.com yang menjual aneka produk pemberdayaan para TKI, petani dan para janda. Lalu mengelola agrowisata Bogor Agroedu Tourism, dan agribisnis tour EmpowerIN Academy di Jampang.
“Bisnis ini bukan profit oriented tapi benefit oriented. Bisnis yang kami jalankan bertujuan memberikan solusi bagi masyarakat supaya berdaya,” ujar Heni yang masuk Top 30 Social Entrepreneur Asia versi Forbes Internasional.
Heni menginsiasi gerakan #MembeliUntukMemberdayakan. “Kami mengajak teman-teman untuk membeli produk-produk organik, produk yang dihasilkan para petani dan membelinya langsung kepada petani,” jelasnya.
Selain itu, ada juga program #InvestasiHewanQurban. “Kami membuka wadah bagi para investor untuk berinvestasi dalam bentuk hewan qurban. Kami bekerja sama dengan para petani dan peternak muda serta para petani dhuafa dalam pengelolaannya dengan bagi hasil 40 (bagi investor):60 (bagi petani),” tambah Heni.
Menurut Heni, target dari upaya ini bisa memasilitasi dan mendorong masyarakat terutama keluarga TKI agar tidak kembali lagi bekerja ke luar negeri dengan resiko tinggi dan meninggalkan keluarga. “Kami berharap keluarga petani dan buruh tani lebih berdaya dan mereka mau bertahan di kampungnya. Kami tidak ingin mereka menjual lahan pertaniannya dan bernagkat ke kota menjadi buruh murah unskill, dan kami berharap keluarga penambang pasir liar bisa memiliki pilihan pekerjaan lain yang lebih aman dan tidak merusak alam,” kata Heni tegas.
Lilin
Wanita bergelar Bachelor of Science in Entrepreneurial Magament (BSEM) ini memang memiliki kepedulian yang tinggi pada petani dan TKI. Dan itu berangkat dari pengalaman pribadi. “Sejak kecil saya sering membantu nenek menjualkan hasil kebun, seperti sayur, singkong dan lain-lain. Kadang-kadang nenek membuat jajanan dan sayalah yang menjajakan keliling kampung,” ungkapnya.
Oleh karena itu, dia ingin menghapuskan kesan bahwa petani itu identik dengan kemiskinan dan kemelaratan. “Saya berpikir bahwa banyak sekali orang yang hidup dalam keterbatasan. Saya ingin membantu mereka keluar dari kesulitan. Saya memberi dan membantu mereka bukan karena saya punya banyak, tapi karena saya tahu bagaimana rasanya tidak punya apa-apa,” ucap Heni.
Ya, perempuan kelahiran Ciamis, 2 Mei 1987 ini pernah bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di Hongkong. Namun ia bukan pembantu rumah tangga biasa. Heni berhasil menyisihkan gaji untuk kuliah hingga jenjang sarjana di bidang teknologi informasi di Saint Mary’s University, Hong Kong. Bahkan, Heni berhasil lulus dengan predikat cumlaude sebagai sarjana bidang Entrepreneurial Management.
Sepulang dari Hong Kong, Heni berkeliling ke Kalimantan. Di sana dia sempat mengajar di desa tertinggal dan bertemu sang suami, Aditia. Kemudian, dia dan suami memutuskan kembali ke Bogor. Namun semangat keduanya untuk memberdayakan masyarakat, terutama keluarga petani tidak pernah padam.
“Dalam proses membantu ini, saya tidak ingin seperti lilin. Menerangi dengan membakar dirinya sendiri. Saya ingin membantu mereka mandiri dengan memberdayakannya. Karena seperti pepatah China, jika kita memberi orang ikan kita hanya memberinya makan untuk satu hari. Tapi jika kita memberi kail dan mengajarinya cara menangkap ikan, keterampilannya akan membuat dia bisa hidup mandiri tanpa bantuan siapapun,” ucap Heni.
Heni dan Aditia memulai kegiatan ini di tahun 2012. Ketika itu keduanya memanfaatkan akhir pekan dengan membuka les gratis bagi anak-anak petani di Bogor dengan nama gerakan #anakpetanicerdas.
Dari sana, Heni mulai mengajak serta keluarga petani membuat program Wisata Pendidikan Pertanian. “Ini kami jadikan wadah untuk bekerjasama dan membangun kemandirian desa melalui wisata,” jelasnya.
Setahun berjalan, kegiatan dan program Heni dan Aditia semakin banyak. Akhirnya mereka membentuk komunitas Agroedu Jampang yang fokus membantu keluarga petani, keluarga TKI, keluarga penambang pasir dan keluarga dhuafa pada umumnya.
“Saya hidup hanya sekali, saya berharap bisa memberi banyak manfaat. Karena pepatah bilang, gajah mati meninggalkan gading, dan manusia mati meninggalkan kebaikan dan manfaat,” ucap pengagum Bob Sadino itu.
Konsisten dan Sabar
Heni mengaku diawal dia memulai wirausaha sosialnya menemui kesulitan, terutama dalam mengedukasi masyarakat untuk komitmen dan memberikan services excellent bagi konsumen yang datang. “Seringkali, konsumen komplain karena pesanan yang diinginkan tidak sesuai dengan yang dikirimkan. Tapi seiring berjalannya waktu, sistemnya kami bangun dan kami perbaiki. Dan kami jadi belajar bahwa edukasi masyarakat bukanlah hal yang mudah. Kita perlu konsisten dan sabar. Karena pendidikan itu seperti menanam, kita tidak bisa memanenya di hari yang sama,” ungkapnya.
Selain itu, dia juga mengaku sulit menemukan mitra yang komitmen dan konsisten. “Tapi seiring berjalannya waktu kami bisa menemukan mitra usaha yang baik. Dan para petani yang kami berdayakan pun terus berproses menjadi lebih baik dan mau berubah. Biasanya kami menyelesaikan permasalah-permasalahan yang dihadapi dengan cara bermusyawarah dan berdiskusi,” jelasnya.
Dalam rentang waktu 2013-2016 AgroEdu Jampang Community telah berkembang pesat. Kegiatan ini telah memberdayakan ratusan keluarga petani yang tersebar di Bogor, Tasikmalaya, Banjar dan Ciamis.
Menurut Heni, kini komunitas ini memiliki empat program besar. Pertama di bidang pendidikan. Gerakan #anakpetanicerdas di antaranya telah memberikan beasiswa pendidikan bagi lebih dari 350 anak dari mulai SD hingga kuliah. Pendirian pepustakaan di kampung-kampung, perpustakaan keliling, menggelar pekan anak petani cerdas ceria, olimpiade anak petani cerdas, dan puluhan program edukasi lainnya yang telah menjangkau 1.500 anak.
Kedua program kesehatan berupa edukasi kesehatan, posyandu bayi balita manula, katering sehat gratis untuk lansia, hingga pemeriksaan kesehatan gratis. Selain itu pembangunan MCK di beberapa kabupaten, pembangunan saringan air bersih untuk di minum di wilayah rawan banjir, pemberian obat gratis, dan dokter keliling.
Ketiga, program pemberdayaan ekonomi berupa pembentukan dan pendampingan kelompok tani (jamur tiram, ikan hias, ikan konsumsi, holtikultura, sawah, peternakan, dll). Pendirian toko online bang Jampang untuk memasarkan produk TKI dan petani, inisiasi kelompok Janda Berdaya, dan Pemuda Wirausaha.
Dan yang terakhir program social emergency. Seperti Kampung 1000 Cahaya, Festival Kampung Merdeka, bantuan bagi petani yang terjerat rentenir, bantuan modal bagi petani yang bangkrut bantuan sembako bagi keluarga petani dan dhuafa. Termasuk program #Promasjid, Pemberdayaan guru ngaji dan marbot, program umroh gratis, penyaluran hewan qurban, program pembangunan mushola serta puluhan program lainnya.
Kegiatan ini telah dirasakan ribuan keluarga yang tersebar di 40 kabupaten di pulau Jawa dan Lombok.
Menurut Heni semua program ini didukung oleh donator, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Mereka juga bermitra dengan ratusan organisasi dan perusahaan. Dan di awal tahun 2016 komunitas ini berada di bawah naungan EmpowerIN Foundation.
Mereka juga terus melakukan inovasi sehingga konsumen yang membeli berbagai produk barang dan jasa dapat turut berkontribusi sosial. Karena margin yang didapat untuk mendanai kegiatan komunitas.
“Bisnis itu harus menguntungkan dan memberi manfaat. Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk orang lain. Seperti halnya kereta, saya berharap dengan bisnis sosial ini sekali jalan, saya bisa menyelesaikan bergerbong-gerbong masalah di masyarakat. Dan sekali jalan saya bisa membawa mereka kepada kemandirian,” pungkas perempuan yang menulis dengan nama pena Heni Jaladara itu.
=================================–
Heni Sri Sundani
Tempat tanggal lahir: Ciamis 02 Mei 1987
Jabatan: Founder Smart Farmer Kids In Action, dan AgroEdu Jampang Community
Pendidikan :
- – Bachelor of Science in Entrepreneurial Management, Saint Mary’s University, Hong Kong.
- – Magister Management, Bumi Putera Business School
Kegiatan :
- Penggagas Gerakan Anak Petani Cerdas,
- Wakil Ketua Yayasan Pendidikan Nahdatul Wathan Bogor,
- Ketua Presidium KAMI Jabodetabek,
- Sekretaris Umum Forum Purna Tenaga Kerja Indonesia Jawa Barat,
- Founder sekaligus trainer AgroEdu-Tourism Jampang,
- Trainer Literasi guru-guru pelosok dan trainer Social Entrepreneur dan Agropreneur untuk gerakan Indonesia Bangun Desa.
Â
Prestasi dan Penghargaan:
- Top 30 Social Entrepreneur Asia (Forbes Internasional 2016),
- Top 300 Young Leader Asia (Forbes 2016),
- Liputan 6 Awards kategori Pendidikan (2016),
- Guru Inspiratif kategori informal ( Een Sukaesih Award 2016),
- Guru Inspiratif Kategori Umum ( Een Sukaesih Award 2016),
- Pedang Keadilan Award (LIRA 2016),
- Tokoh Inspiratif Indonesia (2015),
- Perempuan Inspiratif NOVA bidang Pendidikan (2015),
- Anugrah Komunikasi Indonesia- KOMINFO (2015),
- TRUBUS-Kusala Swadaya Award (2015),
- Pahlawan Sosial Terpilih- Social Entrepreneur Academy (2014),
- Tenaga Kerja Indonesia Purna Jawa Barat Award (2012),
- Mahasiswa terbaik dari St.Mary”™s University-Hong Kong (2011),
- Be Indonesian Smart and Active Award-Hong Kong (2010),
- Champion of Letter Writing to Mr.Presiden Inter-Asia (2010),
- Duta Sastra Buruh Migran Hong Kong dalam festival sastra Internasional UWRF di Bali (2010) dan masih banyak lagi.
=====================================
FAHRUL ANWAR
Editor: Stevy Widia
Discussion about this post