Hero Wijayadi: Sukses Berbisnis Bunga Tanpa Toko Bunga

Hero Wijayadi, Founder & CEO Meme Florist (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

youngster.id - Kini, berkat teknologi berbagai bisnis bisa terwujud, meski dengan modal yang terbatas. Namun para wirausahawan baru ini tidak sekadar berjualan, mereka bekerja keras dan berinovasi untuk mengembangkan usahanya. Salah satunya diterapkan kepada produk yang tidak tahan lama, seperti buket bunga.

Ya, kini berkat teknologi digital Anda bisa memesan buket bunga untuk diberikan kepada orang-orang tercinta tanpa harus datang ke toko bunga (florist) secara langsung. Salah satu toko online florist terbesar adalah Meme Florist. Layanan penyedia bunga ini dibangun oleh Hero Wijayadi. Bisnis layanan bunga itu dibangunnya sejak tahun 2011, dengan alasan bunga merupakan pelengkap yang sudah menjadi tradisi di seluruh dunia.

“Bunga memiliki bahasa universal sehingga ucapan yang disampaikan lebih mengena. Lebih dari itu, bunga dapat mewakili kehadiran seseorang, sehingga penerima merasa lebih terkesan,” ucap Hero saat ditemui youngster.id di sebuah acara di Sumarecon Mall Serpong, Banten, belum lama ini.

Meme Florist terbilang istimewa. Pasalnya, platform ini menyediakan mulai dari rangkaian bunga tangan (hand bouquet), rangkaian bunga meja (table bouquet), karangan bunga papan, standing flower, rangkaian bunga dan boneka, hingga krans bunga. Semua itu untuk berbagai keperluan ucapan, seperti ungkapan cinta kasih, pernikahan, selamat atas kelahiran bayi, selamat ulang tahun, selamat hari raya, perayaan keberhasilan hingga ucapan duka cita.

“Kami mengerti arti penting sebuah ucapan yang disampaikan untuk orang-orang terkasih maupun relasi. Namun seringkali sekadar ucapan tak cukup mewakili perasaan. Lewat Meme Florist kami ingin memberi solusi bagi banyak orang untuk mengatakan dengan bunga. Dan di sini mereka dapat memesan bunga yang tepat, dengan mudah dan pelayanan yang cepat, tepat waktu, dan tentu dengan harga terjangkau,” klaim Hero sambil tersenyum.

Sejatinya, usaha yang didirikan Hero dan istrinya Mariani di Semarang ini merupakan layanan online yang mempertemukan permintaan dan penyedia bisnis bunga. Menurut pria kelahiran 19 Maret 1982 ini, cara kerja yang mereka lakukan sederhana. Pelanggan bisa menentukan rangkaian bunga yang diinginkan dan kota tujuan dari daftar yang tersedia di website.

Selanjutnya, Meme Florist akan meneruskan order ke florist yang menjadi rekanan di wilayah yang dituju. Misalnya pesanan untuk kota Denpasar akan diproses oleh florist yang berdomisili di Denpasar. Demikian juga dengan kota-kota lain.

Jadi Meme Florist menghubungkan antara konsumen dan florist di berbagai kota di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Papua. Ini yang membedakan MemeFlorist.com dengan toko bunga online lain, yaitu pada jangkauan layanannya. Bekerjasama dengan 300 florist yang terkurasi di seluruh Indonesia, layanan ini telah menjangkau 100 kota dan 100 kabupaten hampir di seluruh Indonesia.

 

Meme Florist menawarkan rangkaian bunga tangan (hand bouquet), rangkaian bunga meja (table bouquet), karangan bunga papan, standing flower, dan sebagainya (Foto: Istimewa/youngster.id)

 

Pengalaman Pribadi

Sesungguhnya sarjana IT ini tidak memiliki toko bunga. Usaha ini dimulai dari pengalamannya ketika ia kesulitan untuk membelikan bunga untuk istrinya. Menurut Hero, ketika itu dia harus melalui proses yang panjang mulai dari mendatangi toko bunga, hingga memilih bunga yang diinginkan.

“Saya merasakan kesulitan, sebagai orang awam bagaimana mendapatkan bunga yang sesuai untuk istri saya. Saya harus mencari lokasi toko bunga, datang ke sana dan memilih bunga. Dan itu tidak mudah, karenya tidak semua florist menyiapkan diri untuk pelanggan seperti ini. Dari sini muncul ide untuk menyediakan solusi bagi konsumen dan penyedia bunga. Mulai dari memberi saran, membuat pemesanan lebih mudah hingga dana yang sesuai dengan keinginan pembeli kami siapkan,” ungkapnya.

Sebelumnya, Hero pernah bekerja di sebuah bank swasta. Namun ide untuk menyediakan layanan yang menghubungkan supply dan demand bunga ini menjadi jauh lebih menarik. “Bagi saya bisnis ini menjawab tantangan dan memberi solusi bagi masalah banyak orang. Dan ini menjadi kesempatan bagi kami untuk bisa bermanfaat bagi banyak orang,” kata Hero.

Berbasis di kota Semarang, Jawa Tengah, Hero dan Mariana membangun layanan pemesanan bunga ini. Nama Meme Florist itu diambil dari nama panggilan sang istri. “Modal awal relatif kecil, karena ini bisnis online. Jadi saya nggak ingat tepatnya secara angka. Tapi memang, kalau menghitung equipment modalnya bisa lebih dari Rp 50 juta. Karena kami meyediakan laptop untuk tim dan customer service. Mungkin kira-kira modal awalnya, Rp 10 sampai 20 juta,” ungkapnya.

Selanjutnya, Hero menggandeng para pengusaha florist yang ada di kota Semarang. “Kami mendatangi satu per satu pengusaha florist yang ada di Semarang dan menawarkan kerja sama. Sebagian dari mereka terampil merangkai bunga, tapi tidak paham teknologi dan cara untuk memasarkan bisnis. Jadi kami menawarkan bantuan kepada mereka,” jelas Hero.

Awalnya mereka hanya menggandeng mitra di kota Semarang. Namun ternyata perkembangan bisnis ini membuat banyak pengusaha UKM florist tertarik, hingga kemitraan pun meningkat pesat. Hero mengaku setidaknya kini di setiap kota dia memiliki dua atau tiga rekanan florist. Rupanya sistem kerjasama dengan sistem bagi komisi ini menarik perhatian para pengusaha florist ini.

“Bentuk kerjasama dan model bisnis bagi florist yang telah tergabung dengan Meme Florist ini kerjasamanya dalam bentuk komisi. Jadi, kalau dari sisi harga, yang kami tawarkan ke customer itu yang jelas tidak lebih mahal. Misalkan, kalau mereka pesan langsung, katakan seperti itu. Karena kami sudah mendapatkan komisi khusus dari para mitra florist yang telah bekerjsama dengan kami dengan cara membantu memasarkannya. Komisinya 10% – 20%,” jelasnya.

Selain order dari Meme Florist, para rekanan dibebaskan untuk menanggapi pesanan lain, baik melalui situs web milik sendiri ataupun secara offline. Hero menegaskan, melalui bentuk kerja sama yang dibangunnya dengan para mitra itu justru dapat mempermudah pemasaran bagi para pengrajin bunga. Sebab, jangkauan pasarnya bisau lebih luas. Bahkan, kini layanannya mulai menjangkau pasar di luar negeri, seperti Belanda dan Amerika.

 

Ke depan, Hero Wijayadi menargetkan untuk pengembangan bisnis Meme Florist ini akan melakukan perluasan area dan penambahan produk (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Kendala dan Kurasi

Bagi lulusan Monash University Australia ini, bisnis yang digelutinya ini sangat mengedepankan kepercayaan. Oleh karena itu, Meme Florist menerapkan kurasi yang ketat kepada para mitranya. Kurasi menurut dia penting, mengingat layanan ini dilakuan tanpa bertatap muka, tetapi hanya melalui internet.

“Kami selalu mengajukan persyaratan yang harus dipenuhi. Misalnya soal standar kualitas dan ketepantan waktu. Saya juga menguji dengan memesan sendiri rangkaian bunganya. Jadi kami bisa memastikan pemesanan bisa terpenuhi dengan kualitas terbaik,” ungkapnya.

Dalam sehari, Meme Florist bisa memperoleh pemesanan hingga 30 paket, dengan harga mulai dari Rp 100 ribu hingga jutaan rupiah. Bahkan, peak session, seperti di bulan Februari, Desember atau Januari, permintaan akan melonjak naik.

Meski demikian, bukan berarti bisnis ini tidak ada masalah. Termasuk complain dari pelanggan pun pernah dialami ketika pengiriman tidak sesuai janji, dan kualitas barang dianggap kurang memuaskan.

“Tidak ada bisnis yang tanpa masalah. Tetapi kami mencoba mengatasi itu dengan memberikan jaminan garansi dan bertanggungjawab untuk semua kendala yang terjadi. Dengan demikian customer kami bisa lebih nyaman, dan jika terjadi kendala pasti kami akan ada solusinya,” janji Hero.

Hero juga siap menghadapi persaingan, termasuk banyak bermunculan usaha sejenis Meme Florist. “Saya percaya tidak ada bisnis yang single player. Jadi tinggal bagaimana kami memiliki sebuah positioning dan unique selling,” ujarya.

Oleh karena itu, Hero menerapkan sistem yang lebih cepat dan mudah dalam pemesanan. “Kami memberikan layanan yang mudah, cepat, dan harga yang transparan. Bahkan, semua kami garansi, termasuk ongkos kirim. Itu adalah cara kami untuk menjawab persaingan,” tegas Hero.

Setelah delapan tahun bisnis ini terus berkembang. Hero menegaskan keputusannya untuk menerapkan pemasaran online yang dinilai lebih efektif dibandingkan dengan cara konvensional. Mereka memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebook, Instagram, dan beberpa produk Google seperti Google Adwords, Google My Business, Maps, Google Drive, Gmail dan Android Apps.

Dengan mempekerjakan 30 orang karyawan mereka memproses pemesanan dari pelanggan, mendistribusikan ke para rekanan, sekaligus melakuan follow-up pesanan. Hal ini mendorong pemesnaan ke para mitra florist pun terus meningkat. Dalam sehari ada puluhan order yang dating, sehingga pertumbuhan bisnis pun kian positif.

Untuk itu Hero akan menerapkan dua strategi, yakni perluasan wilayah dan produk. “Untuk produk, kami sedang menyiapkan parcel. Sedangkan wilayah kami terus memperbanyak mitra sehingga jangkauan wilayah kami akan semakin luas,” katanya.

 

=================================

Hero Wijayadi

================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version