youngster.id - Meski teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dunia, namun pada kenyataannya hampir setengah dari populasi dunia belum memiliki akses internet. Hal ini mendorong, HP Inc dan HP Foundation menggelar Digital Qguity Accelerator 2025. Program ini bertujuan mempercepat pemerataan digital bagi 150 juta orang hingga tahun 2030.
Global Head of Social Impact, HP Inc sekaligus Direktur HP Foundation Michele Malejki mengatakan, Digital Equity Accelerator ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan digital dan mendukung ekonomi inklusif dengan membekali anak muda dan orang dewasa dengan keterampilan yang sangat dibutuhkan.
“Masa depan dunia kerja bergantung pada akses terhadap teknologi yang merata, keterampilan digital, dan peluang. Melalui Digital Equity Accelerator, HP memberdayakan lembaga nirlaba untuk menjembatani kesenjangan digital, memastikan para remaja dan orang dewasa yang tidak terkoneksi secara digital memiliki perangkat dan pelatihan yang dibutuhkan untuk berkembang dalam dunia kerja yang semakin berfokus pada teknologi,” katanya dikutip Selasa (29/4/2025).
Program ini akan menyediakan dana hibah senilai US$100.000 atau sekitar Rp1.6milliar per organisasi, solusi teknologi HP (senilai USD100.000), dan pelatihan virtual selama enam bulan untuk memperkuat kapasitas masyarakat dan mendorong inklusi digital. Telah terpilih 8 organisasi nirlaba dari Indonesia, Nigeria, Spanyol dan Yunani.
“Dengan berinvestasi pada organisasi-organisasi ini, kami tidak hanya memperluas akses, tetapi juga memberdayakan masa depan dunia kerja,” kata Michele lagi.
Program accelerator ini membantu lembaga nirlaba meningkatkan pemerataan program digital bagi orang dewasa dan para remaja yang tidak terkoneksisecara digital, agar dapat turut mendukung masa depan dunia kerja.
“HP berkomitmen untuk mengakselerasi kesetaraan digital di Indonesia,” ujar Juliana Cen Managing Director HP Indonesia.
Yayasan dari Indonesia yang terpilih menjadi peserta Digital Equity Accelerator 2025 adalah Solve Education Foundation (Yayasan Muda Berkarya Berdikari) dan Markoding (Daya Kreasi Anak Bangsa Foundation).
“Bersama mereka, kami membantu membangun masa depan digital yang inklusif. Kami ingin memberdayakan komunitas-komunitas yang tidak terkoneksi secara digital melalui akses kepada platform pembelajaran digital yang esensial, serta mendorong perubahan sosial yang positif,” ucap Juliana.
Yayasan Muda Berkarya Berdikari berfokus pada pemberdayaan generasi muda Indonesia dengan keterampilan abad ke-21, melalui platform pembelajaran berbasis AI, edbot.ai. Platform ini menghadirkan program pengayaan inovatif yang membantu siswa meraih kesuksesan di sekolah dan dalam kehidupan mereka ke depannya.
Sedang Markoding, adalah Yayasan yang membantu membekali generasi muda kurang mampu dengan keterampilan abad ke-21 untuk membentuk generasi inovator. Program unggulannya, Perempuan Inovasi, telah memberdayakan lebih dari 35.000 perempuan dengan pelatihan ilmu Sains,Teknologi, Rekayasa dan Matematika (STEM), mentoring, dan akses pada peluang kerja.
Sejak tahun 2022, Accelerator telah membantu memperluas jangkauan 27 organisasi nirlaba di Afrika Selatan, Brasil, India, Kanada, Malaysia, Meksiko, Polandia, dan Amerika Serikat hingga lebih dari 9 juta orang.
STEVY WIDIA
Discussion about this post