youngster.id - Indonesia diprediksi akan memiliki startup yang berpotensi menjadi raksasa digital baru. Riset KPMG dan HSBC bertajuk Emerging Giants in Asia Pasific, mendapati ada 10 startup Indonesia yang berpeluang menjadi raksasa teknologi.
Head of Clients and Markets Insurance Practice Leader KPMG Indonesia Susanto mengungkapkan, laporan ini disusun berdasar atas lima indikator, yaitu: keunggulan teknologi dan pengetahuan, pemahaman terhadap pasar dan konsumen lokal, penguasaan logistik dan rantai pasok, model bisnis yang sesuai dengan pasar, serta budaya perusahaan yang sanggup menarik talenta terbaik.
“Anda melihat apa yang terjadi di Tiongkok selama tahun 2000-an. Di situlah Indonesia sekarang, di hari-hari awal ekonomi digitalnya akan lepas landas,” kata Susanto dikutip dari laporan tersebut, Selasa (9/8/2022).
Sementara, Head of Global Liquidity and Cash Management HSBC Indonesia Herani Herawan mengatakan, KPMG dan HSBC menganalisis 6.472 perusahaan di Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Dari jumlah tersebut, enam berasal dari sektor teknologi finansial (fintech), yaitu Stockbit, Payfazz, BukuWarung, Upbanx, OYI, dan Awan Tunai.
“Di pasar seperti Indonesia yang memiliki populasi yang sangat tersebar dan seringkali terpencil, keuangan digital terbukti sangat transformasional,” ujar Herani.
Lalu tiga startup prospektif lain datang dari segmen e-commerce, yakni HappyFresh, Ralali, dan Sirclo. Disusul Waresix merupakan perusahaan rintisan potensial dari sektor logistik dan rantai pasok. “Korporasi yang dikaji yakni memiliki valuasi US$ 500 juta atau kurang, berdasarkan data Pitchbook,” ujar Herani.
Laporan KPMG dan HSBC juga menyoroti perkembangan sejumlah perusahaan rintisan raksasa di Indonesia. Sebut misal, decacorn PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. Entitas bisnis gabungan Gojek dan Tokopedia ini berhasil melantai (IPO) di pasar modal pada Mei 2022. GoTo pun tercatat mampu meraih dana US$1,1 miliar.
Sejumlah perusahaan rintisan juga berhasil meraih status unicorn atau valuasi di atas US$1 miliar, seperti Xendit yang bergerak di bidang keuangan, dan platform investasi Ajaib. Kemudian ada Akulaku yang resmi menyusul keduanya tahun ini.
Cento Ventures, perusahaan modal ventura (venture capital/VC), sebelumnya juga menempatkan Akulaku dan Codapay menjadi startup unicorn baru, dalam laporan bertajuk Southeast Asia Tech Investment 2021, bersama GoTo, Bukalapak, Ajaib, dan Xendit. GoTo bahkan sudah masuk dalam kategori decacorn, perusahaan rintisan dengan valuasi di atas Rp10 miliar atau lebih dari Rp140 triliun.
Perusahaan fintech Akulaku pada Februari meraup dana segar US$100 juta atau Rp1,4 triliun dari Siam Commercial Bank. Investasi tersebut menyusul pendanaan US$125 juta atau Rp1,7 triliun dari Silvehorn Group pada 2021.
STEVY WIDIA
Discussion about this post