youngster.id - Startup bidang financial technology (fintech) memiliki peluang di Indonesia. Adapun total transaksi fintech di Indonesia mencapai US$ 15 miliar. Hal ini mengantar Indonesia sebagai negara dengan nilai transaksi fintech tertinggi di Asia tenggara.
Berdasarkan ASEAN Banks Fintech Opportunity and Threat, pada Maret 2017 ada 36% orang dewasa di Indonesia yang memiliki akun bank. Pada lima tahun mendatang diprediksi 41% masyarakat menengah ke atas. Apalagi transaksi e-money sudah mencapai US$ 683 juta pada 2016 di Indonesia. Padahal pada 2012 transaksi lewat e-money hanya US$ 101 juta. Tak hanya itu, total UMKM saat ini ada 57 juta.
Bila didukung fintech, diprediksi pada 2021 jumlah UMKM akan bertambah. Hal tersebut terungkap dari Donald Wihardja, Wakil Ketua Amvesindo & Partner of Convergence dalam Journalist Class: Startups Outlook 2018 and Fintech, Selasa (7/11/2017) di Jakarta.
“Indonesia merupakan negara berkembang di mana kedewasaan finansial masyarakat Indonesia belum sampai pada level paling tinggi yakni asuransi ataupun investasi ataupun menyimpang uang dalam waktu yang panjang. Indonesia masih didominasi oleh pembayaran yang aman. Lalu pembayaran elektronik. Saat ini Indonesia mulai tren ke peminjaman dan lending platform,” ungkap Donald.
Ia memaparkan terdapat kurang lebih 150 pelaku startup di bidang fintech. Diantaranya, 40% – 50% ada di payment atau pembayaran. 10%-20% di lending, 10%-20 agregator seperti asuransi, investasi, dan sebagainya. Personal finance/planning sebesar 5%-10%. Sedangkan crowd funding ada 5-10%.
Berikut sejumlah inStartup bidang financial technology (fintech) memiliki peluang di Indonesia. Adapun total transaksi fintech di Indonesia mencapai US$ 15 miliar. Hal ini mengantar Indonesia sebagai negara dengan nilai transaksi fintech tertinggi di Asia tenggara.
Berdasarkan ASEAN Banks: Fintech Opportunity and Threat pada Maret 2017 hanya 36% orang dewasa di Indonesia yang memiliki akun bank. Lima tahun mendatang diprediksi 41% masyarakat menengah ke atas. Transaksi e-money sudah mencapai US$ 683 juta pada 2016 di Indonesia. Padahal pada 2012 transaksi lewat e-money hanya US$ 101 juta.
Tak hanya itu, total UMKM saat ini ada 57 juta. Diprediksi pada 2021 jumlah UMKM akan bertambah bila didukung dengan fintech.
Hal tersebut terungkap dari Donald Wihardja, Wakil Ketua Amvesindo & Partner of Convergence dalam Journalist Class: Startups Outlook 2018 and Fintech, Selasa (7/11/2017) di Jakarta.
Donald memaparkan terdapat kurang lebih 150 pelaku startup di bidang fintech. Diantaranya, 40% – 50% ada di payment atau pembayaran. 10%-20% di lending, 10%-20 agregator seperti asuransi, investasi, dan sebagainya. Personal finance/planning sebesar 5%-10%. Sedangkan crowd funding ada 5-10%.
“Indonesia merupakan negara berkembang di mana kedewasaan finansial masyarakat Indonesia belum sampai pada level paling tinggi yakni asuransi ataupun investasi ataupun menyimpang uang dalam waktu yang panjang. Indonesia masih didominasi oleh pembayaran yang aman. Lalu pembayaran elektronik. Saat ini Indonesia mulai tren ke peminjaman dan lending platform,” ungkap Donald.
Berikut sejumlah investasi startup fintech di Indonesia:
1. Oktober 2016, PonselPay – dibeli Gojek
2. Oktober 2016, DOKU – dibeli Emtek
3. April 2017, Kudo dibeli GRAB seharga US$100,000
4. Mai 2017, Espay dibeli Emtek
5. 15 Juni Tiket.com dibeli Blibli
6. 8 Agustus, Loket.com dibeli Gojek
7. Payment Gateway dibeli Gojek
8. EDC Payment Processor diibeli Gojek
9. Payment Agent dibeli Gojek
10 5 Oktober 2017, Kioson (KIOS) melakukan IPO Rp 450, Sekarang Rp 2.250
11. 31 Oktober 2017, Mcash (MCAS) juga melakukan IPO di level harga Rp 1.385, Sekarang Rp 2.260
STEVY WIDIA
Discussion about this post