youngster.id - Indonesia merupakan negara yang potensial untuk pertumbuhan ekosistem Internet of Things (IoT). Kondisi ini mendorong sejumlah perusahaan mulai dari telekomunikasi, e-commerce, hingga produsen barang elektronik bertransformasi dalam mengikuti perkembangan teknologi IoT dan artificial intelligent (AI).
Pada 2025, IoT diprediksi akan memberikan dampak terhadap produktivitas sebesar US$ 121,4 miliar di dunia. Angka ini akan didominasi paling besar pada industrial seperti manufaktur, retail, dan transport. Oleh karena itu, pemerintah melalui kemenkominfo mencoba untuk memberikan dukungan dalam bentuk regulasi.
“Pemerintah sadar bahwa IoT akan menjadi tren perkembangan industri di Indonesia. Untuk itu disiapkan berbagai regulasi yang sifatnya mendorong pemanfaatkan teknologi tersebut sehingga bisa lebih cepat diimplementasi dan menjadi enabler bagi perkembangan IoT dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di setiap sektor,” kata Andi Faisa Achmad Kasubdit Direktorat Standardisasi Teknologi Informasi dalam workshop ‘Trend AI dan IoT di Indonesia’ yang diinisiasi Forum Wartawan Teknologi Indonesia Selasa, (10/3/2020) di Jakarta.
Sementara itu, General Manager Fleet Management Telkomsel, Arief Teguh Hermawan, industri berubah dan potensi bisnis IoT sangat besar.
“Saat ini saja sudah ada satu juta perangkat berbasis IoT Telkomsel. Tahun 2020 akan ada puluhan juta perangkat, dan pada 2025 akan ada ratusan juta perangkat. Makanya dibutuhkan dorongan dari pemerintah untuk mewajibkan penggunaan IoT, misalnya smart meter (meteran listrik PLN). Jika itu terjadi, mungkin dalam waktu satu atau dua tahun sudah ada puluhan juta perangkat IoT Telkomsel,” kata Arief.
Langkah transformasi bisnis juga dilakukan oleh Tokopedia. Perusahaan ini tak mau lagi dikenal sebagai platform e-commerce namun sebagai perusahaan teknologi. Mereka merupakan e-commerce pertama yang mengimplementasikan costumer service digital berbasis asisten virtual.
“Kami sudah bertransformasi jadi perusahaan teknologi dan super ecosystem. Ada 4 business pilar ke fintech sampai logistik. Filosofi kami adalah ‘building bridges, not wall’. Benang merahnya ada di visi misi kami di satu perusahaan, mendorong pemerataan ekonomi di digital. Memanfaatkan teknologi untuk menutup kesenjangan ini,” ungkap Ekhel Chandra Wijaya External Communications Senior Lead Tokopedia.
Sementara itu, produsen smartphone Oppo melihat bahwa potensi pasar dari produk berbasis AI dan IoT sangat besar. Buktinya, perangkat kamera AI dengan kisaran harga Rp3 juta atau Rp5 jutaan berkontribusi 20% dari penjualan semua perangkat.
“Fokus teknologi kami ada 3, yakni AI, IoT dan 5G. Untuk itu kami telah mempersiapkan invetasi sampai US$1,43 miliar yang sudah dimulai sejak 2018,” ujar Aryo Meidianto PR Manager Oppo Indonesia.
Produk berbasis AI adalah Breeno. Selain itu, Oppo juga punya Connection Center Oppo 5G CPE Omni. Ekosistem IoT Oppo yang mulai dipublikasikan pada 2019 lalu telah meliputi beberapa perangkat seperti AR Glass, Oppo Watch, Router 5G dan True Wireless Stereo (TWS).
STEVY WIDIA
Discussion about this post