youngster.id - Kekuatan dan ketahanan industri teknologi finansial global dalam memberikan layanan keuangan baik bagi masyarakat dan pelaku usaha yang belum tersentuh, menjadi sorotan dalam penelitian terbaru ‘The Future of Global Fintech: Towards Resilient and Inclusive Growth’ yang dipublikasikan sebagai salah satu agenda World Economic Forum.
Penelitian ini dikembangkan bekerja sama dengan Cambridge Centre for Alternative Finance (CCAF) di University of Cambridge Judge Business School, berdasarkan survei global terhadap lebih dari 200 perusahaan tekfin.
Ada lima vertikal industri tekfin yang terlibat diantaranya ritel (pinjaman digital, peningkatan modal digital, pembayaran digital, perbankan dan tabungan digital, serta insurtech) dan enam kawasan (Asia-Pasifik, Eropa, Amerika Latin dan Karibia, Timur Tengah dan Afrika Utara, AS dan Kanada, serta Afrika sub-Sahara) untuk menggambarkan ekosistem tekfin yang sedang berkembang pesat.
Salah satu yang menjadi sorotan dari hasil penelitian ini adalah partisipasi aktif industri teknologi finansial, dalam memperluas produk dan layanan keuangannya untuk segmen masyarakat yang belum tersentuh. Pasalnya, segmen ini merupakan bagian integral dari basis konsumen dan total nilai transaksi tekfin. Meskipun industri tekfin yang kerap menyasar segmen ini adalah industri tekfin di negara-negara berkembang, tetapi industri tekfin di negara maju pun memiliki basis konsumen yang tak kalah besar dari segmen ini.
Temuan ini sejalan dengan komitmen DANA yang berfokus untuk menciptakan sistem pembayaran dan layanan keuangan yang inklusif bagi seluruh masyarakat Indonesia, termasuk individu maupun pelaku usaha yang belum memiliki rekening bank.
Vince Iswara, CEO & Co-Founder DANA Indonesia mengatakan, teknologi finansial telah banyak mengubah perilaku masyarakat, termasuk di Indonesia. Sejak dulu, masyarakat Indonesia selalu memanfaatkan uang tunai sebagai instrumen pembayaran. Setelah masuknya teknologi finansial, masyarakat mulai merasakan berbagai kemudahan mulai dari aspek kenyamanan bertransaksi digital hingga mengatur pengeluaran harian mereka.
Kemudahan yang sama juga dirasakan oleh pelaku usaha, yang kini mulai masuk ke ekosistem ekonomi digital. Dengan teknologi finansial, mereka dapat mengatur keuangan mereka dalam waktu yang singkat.
“Kami terus melihat tren pertumbuhan yang positif dari pemanfaatan teknologi finansial baik bagi individu maupun pelaku usaha. Bahkan, pemanfaatan teknologi finansial terbukti mampu bertahan dan bertumbuh kuat di masa penuh ketidakpastian seperti pandemi hingga hari ini,” kata Vince, Jum’at (19/1/2024).
Menurut Vince, pihaknya mencatat pertumbuhan transaksi DANA meningkat lebih dari 100% diikuti dengan meningkatnya jumlah UMKM mitra DANA Bisnis sebesar lebih dari 305, jika dibandingkan dengan tahun lalu (YoY).
“Bahkan, salah satu pemenang program SisBerdaya yaitu Dituta, merasakan pertumbuhan sebesar 900% dengan omzet mencapai 90 juta, melonjak tinggi dari omzet Rp10 juta per bulan sebelum mengikuti program,” tambahnya.
Ragam manfaat yang dirasakan oleh individu maupun pelaku usaha dengan hadirnya teknologi finansial, secara tidak langsung ikut memudahkan masyarakat untuk mengakses berbagai produk dan layanan keuangan digital. Lewat kapabilitas yang dimiliki, DANA tak lupa senantiasa mengedukasi pengguna untuk mengetahui lebih dalam tentang layanan keuangan digital, seperti asuransi hingga investasi. Edukasi pun tidak hanya dilaksanakan di kota-kota besar saja, tetapi juga di berbagai daerah di wilayah Indonesia agar masyarakat memahami betul manfaat teknologi finansial dalam menyejahterakan hidup dan usahanya.
Temuan-temuan DANA tersebut berjalan linier dengan pertumbuhan kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital di Indonesia maupun industri tekfin global. Pada November 2023, nilai transaksi Uang Elektronik (EU) meningkat 16,95% (YoY) mencapai Rp41,30 triliun . Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian ini, industri tekfin mengalami pertumbuhan konsumen rata-rata di atas 50% lintas vertikal industri dan wilayah global. Dari dari data survei, tingginya permintaan konsumen menjadi faktor utama pertumbuhan, di mana lebih dari setengah tekfin yang berpartisipasi dalam survei (51%) menyebutkan alasan yang sama.
Dalam kaitannya untuk mengakselerasi inklusi keuangan, Vince memaparkan bahwa kemampuan dan kebiasaan untuk bertransaksi digital masyarakat di seluruh ekosistem ekonomi digital, ikut mendorong industri tekfin berinovasi. Para pemain dalam industri teknologi keuangan terus menciptakan produk dan layanan terbaru yang memungkinkan masyarakat di berbagai golongan untuk mengakses asuransi dan investasi.
Salah satu caranya adalah dengan mengubah besaran limitasi produk asuransi dan investasi, dengan jumlah yang minimum. Hal ini juga diimplementasikan oleh DANA dalam menawarkan layanan asuransi dan investasi di skala mikro lewat produk DANA Siaga dan DANA eMAS.
“Lewat pendekatan-pendekatan tersebut, masyarakat akan dengan mudah merasakan manfaat yang dimiliki teknologi finansial dan menjadikan instrumen ini sebagai bagian dari hidupnya. Dampak positifnya, masyarakat bisa memasuki gerbang awal menuju masyarakat nontunai yang inklusif hingga sehat finansial,” pungkas Vince.
Penelitian ‘The Future of Global Fintech’ merupakan sebuah inisiatif yang bertujuan untuk menanggapi kebutuhan sektor publik dan swasta saat ini akan data yang lebih kuat dan bukti empiris mengenai tekfin, guna menginformasikan perkembangan pasar dan memfasilitasi regulasi berbasis bukti. Melalui kolaborasi dengan kelompok tekfin global yang inovatif dan relevan, inisiatif ini berupaya menghasilkan hasil penelitian berdampak yang menyoroti tren pasar global, menghasilkan wawasan tekfin regional, dan menilai bagaimana aktivitas tekfin dapat berdampak pada konsumen, UKM, dan inklusi keuangan.
Inisiatif ini juga mempertemukan para inovator, pelaku industri jasa keuangan, regulator, dan lembaga pembangunan melalui serangkaian diskusi dan lokakarya untuk berbagi pembelajaran, menyebarkan pengetahuan, dan menjalin kemitraan publik-swasta yang bermakna.
Data Industri di Indonesia
Bank Indonesia menyatakan nilai transaksi pembelian yang dilakukan melalui pembayaran elektronik (uang) melonjak 33,4% year-on-year (YoY) menjadi Rp407,53 triliun (sekitar US$27,63 miliar) di Indonesia pada tahun 2022 penuh.
Selain perubahan kebiasaan masyarakat (dengan penyesuaian masyarakat terhadap gaya hidup digital), peningkatan daya beli, dan meningkatnya penetrasi Internet dan ponsel pintar, infrastruktur digital yang berkembang pesat juga memfasilitasi tren ini.
DANA sendiri mencatat lebih dari 27 ribu kueri API per detik, tingkat kerugian di bawah 0,0007% pada seluruh transaksinya pada tahun 2022. DANA Bisnis, menyederhanakan digitalisasi pembayaran untuk UMKM, dengan lebih dari 700.000 mitra terdaftar. Jumlah UMKM yang menggunakan QRIS DANA sebagai merchant meningkat sebesar 37% pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022. Bila dibandingkan dengan tahun 2020, meningkat sebesar 295%. Platform DANA juga memfasilitasi pembayaran ritel lintas batas melalui QR Cross Border (QRIS).
STEVY WIDIA