youngster.id - Belakangan, Rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap nilai tukar Dolar. Situasi perekonomian internal Amerika hingga perang dagang disebut menjadi beberapa faktor pelemahan Rupiah ini.
Bagi kondisi perekonomian nasional, pelemahan Rupiah mengancam beberapa perusahaan, terutama perusahaan di sektor manufaktur dan perusahaan yang memerlukan bahan-bahan impor pada proses produksi. Namun, di sisi lain, bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) Indonesia yang memanfaatkan bahan baku lokal dan memasarkan produk di dalam negeri, momentum ini dapat menjadi peluang bisnis. Sektor UKM yang rata-rata memberdayakan sumber daya lokal, baik dari SDM maupun bahan baku, menyumbang lebih dari 60% Produk Domestik Bruto (PDB) dan meningkatkan pendapatan nasional negara.
Sebagai salah satu pilar utama penopang perekonomian nasional, UKM Indonesia juga harus berkembang dan mempersiapkan diri menghadapi kondisi perekonomian global yang berdampak pada pelemahan Rupiah. Apa saja yang perlu dipersiapkan oleh UKM?
Menjaga Kualitas Produk UKM
Salah satu permasalahan klasik preferensi masyarakat Indonesia dalam membeli produk lokal adalah kualitasnya yang berbeda dan cenderung lebih rendah daripada produk luar negeri. Sejak dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015, Presiden Jokowi melalui kementerian terkait selalu mengingatkan pentingnya meningkatkan kualitas produk-produk made in Indonesia. Dengan kualitas produk yang baik, maka daya saing pun akan meningkat.
Untuk mendorong peningkatan kualitas produk UKM, pemerintah menetapkan standarisasi nasional berupa Standar Nasional Indonesia (SNI) yang diharapkan memacu UKM untuk memiliki kualitas produk yang konsisten dan siap bersaing di pasar dalam negeri dan luar negeri. Badan Standarisasi Nasional (BSN) pun telah berkomitmen untuk membantu UKM untuk mengurus sertifikat SNI. Kualitas produk UKM yang bersaing akan memperkuat preferensi masyarakat memilih produk lokal dibanding dengan produk luar negeri.
Menjaga kualitas tidak hanya mencakup pada kualitas produk dan kemasan, tetapi juga kualitas karyawan, ketepatan produksi dan kesediaan barang, hingga distribusi. Pengalaman berbelanja produk UKM yang berkualitas akan membuat konsumen lebih mudah mereferensikan produk tersebut kepada teman dan kerabat lainnya.
Memperkuat Branding dan Pemasaran Produk UKM
Demi menjaga nilai tukar Rupiah, pemerintah melakukan upaya-upaya defensif seperti penyesuaian tarif impor hingga menghimbau masyarakat untuk menunda membeli barang-barang elektronik. Pemerintah juga mendorong masyarakat untuk membeli produk lokal. Dengan mengonsumsi produk lokal, masyarakat membantu menjaga perputaran rupiah di dalam negeri. UKM harus bersiap-siap menerima bertambahnya permintaan produk lokal, salah satunya dengan memperkuat branding dan pemasaran di pasar dalam negeri.
Kualitas produk UKM yang baik harus disertai dengan branding dan pemasaran produk yang baik pula. Di era digital ini, UKM dapat memaksimalkan kehadiran di dunia maya untuk memperkuat branding dan memperlebar pasar. Data Kominfo tahun 2017, UKM yang go-online baru 8% atau 3,79 juta dari total pelaku UKM di Indonesia yaitu sekitar 59,2 juta.
Tulisan dari McKinsey yang dirilis oleh Forbes menyebutkan website sebagai salah satu pengaruh keputusan seseorang membeli barang. Dalam acara Devcussion 2.0 yang membahas tentang peran Web-Developer membantu UKM sukses secara online, CEO perusahaan web-hosting Niagahoster, Ade Syah Lubis menekankan pentingnya membangun kehadiran online untuk memperkuat posisi produk dan memperluas jangkauan pasar.
“Penelitian dari The ROBO Economy menunjukan bahwa 82% pengguna telepon seluler melakukan pencarian online sebelum membeli barang. Data ini semakin memperkuat pentingnya UKM untuk go-online. Pemilik UKM dapat melakukan cross-marketing menggunakan media sosial, website, membuat iklan di Facebook, juga mencoba teknik pembuatan konten foto dan tulisan yang menarik,” kata Ade.
Konsistensi dan Inovasi
Dua aspek ini adalah tantangan dalam menjalankan bisnis. Di tengah semakin banyaknya pebisnis-pebisnis baru, pelaku UKM dituntut untuk tetap konsisten dan inovatif dalam menjalankan bisnisnya. Dengan perkembangan teknologi saat ini, pelaku UKM diajak untuk terus beradaptasi dengan perubahan yang cepat, baik dari segi produksi hingga distribusi. Dalam berbagai kesempatan bicara, Prof. Rhenald Kasali mengatakan para pelaku UKM tidak boleh ‘gagal move on’ menghadapi perubahan yang cepat. Inovasi dan pemanfaatan teknologi adalah kunci sebuah bisnis dapat berjalan secara konsisten.
Demi mewujudkan ekosistem UKM yang konsisten dan inovatif, pemerintah pusat dan daerah pun bahu membahu mengerahkan berbagai upaya. Seperti yang dilakukan oleh pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat di Kota Yogyakarta. Sebagai salah satu kota sentra kerajinan dan kebudayaan di Indonesia, pemerintah Kota Yogyakarta membuka kesempatan UKM untuk berkembang dan berinovasi. Salah satunya melalui penyederhanaan izin pendirian UKM yang kini hanya cukup sampai di level kecamatan saja. Pemerintah Yogyakarta juga rajin berkolaborasi dengan marketplace, inkubator, dan organisasi lainnya untuk menciptakan atmosfer bisnis yang adaptif dengan perkembangan teknologi.
Momentum pelemahan Rupiah saat ini merupakan momentum pelaku UKM ditantang untuk kembali ‘menyelamatkan’ perekonomian Indonesia. Dengan kolaborasi antara kebijakan pemerintah yang terarah dan peran masyarakat mendukung produk lokal, UKM akan terbantu untuk terus menjadi pilar perekonomian nasional Indonesia.
ELISABETH WINDA ALFANISA, dari Niagahoster
Discussion about this post