youngster.id - Pemanfaatan teknologi berbasis IoT, AI, dan data analytics berperan penting dalam mendukung sektor pertambangan.
Taupan Ariansyah Putra, Department Head of Mine Operation Control & Support PT Bukit Asam Tbk, menjelaskan, faktor driver’s fatigue masih menjadi salah satu penyebab utama insiden di area tambang.
“Data internal menunjukkan tren penurunan signifikan: 48% insiden pada 2023 (6 kejadian), 36% pada 2024 (5 kejadian), hingga 21% pada 2025 (3 kejadian) setelah penggunaan teknologi monitoring dari TransTRACK,” ungkap Taupan, aalam acara Focus Group Discussion (FGD) bertema “Empowering Mining Operation Efficiency through Fleet Technology Integration” yang digelar TransTRACK, berkolaborasi dengan Howen dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Rabu (24/9/2025).
Lebih lanjut, Taupan juga menyoroti berbagai tantangan operasional seperti overspeed di hauling road, perilaku operator unit yang tidak sesuai SOP, serta keterbatasan pengawasan lapangan, yang kini dapat diatasi dengan solusi MDVR TransTRACK melalui alarm peringatan kecepatan, pemantauan video dan komunikasi dua arah secara realtime, GPS tracking posisi unit, hingga rekaman video lengkap sebagai bukti tambahan insiden.
“Penggunaan MDVR pada setiap unit alat merupakan bentuk investasi kami dalam upaya continuous improvement dan evaluasi internal di bidang K3. Teknologi ini menjadi langkah preventif yang dipadukan dengan kecerdasan buatan (AI), sehingga efisiensi waktu dalam pengawasan lapangan dapat tercapai secara realtime. Semua ini kami lakukan demi mencapai tujuan Zero Accident Bukit Asam,” tambahnya.
Sejatinya, teknologi terintegrasi dapat meningkatkan keselamatan, efisiensi, dan produktivitas dalam operasional pertambangan.
“Keselamatan dan efisiensi tidak dapat dipisahkan. Teknologi fleet management yang terintegrasi memungkinkan perusahaan tambang untuk meminimalkan risiko, meningkatkan produktivitas, sekaligus menjaga keberlanjutan operasional,” ujar Aris Pujud Kurniawan, Co-Founder & CTO TransTRACK.
Dari perspektif regulator, Ahmad Wildan, Senior Investigator KNKT, menekankan bahwa keselamatan transportasi jalan pada industri tambang harus dilihat dari kacamata mitigasi risiko.
“Keselamatan adalah terhindarnya seseorang dari risiko kecelakaan. Jika tidak ingin celaka, maka pahami dan kendalikan hazard agar risiko menjadi semakin kecil. Banyak kecelakaan berawal dari pengemudi yang tidak kompeten, tidak bugar, atau tidak disiplin. Di sinilah teknologi dapat menjadi faktor penting dalam pengendalian hazard tersebut,” jelasnya.
Menambahkan perspektif global, Judy Zhu, Vice President of Sales at Howen, menekankan bahwa integrasi teknologi adalah fondasi bagi masa depan industri pertambangan.
“Dengan menggabungkan sensor pintar, telematika, dan telematika video berbasis AI termasuk perangkat keras dan platform, perusahaan tambang dapat mempercepat transformasi digital, meningkatkan efisiensi biaya, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif,” kata Judy.
Melalui FGD ini, TransTRACK bersama Howen dan KNKT menegaskan komitmen bersama dalam membangun ekosistem operasional pertambangan yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan. Sinergi antara teknologi, regulator, dan industri diharapkan dapat menjadi model kolaborasi untuk mendorong transformasi keselamatan dan produktivitas sektor pertambangan di Indonesia. (*AMBS)