youngster.id - Tampaknya, kesadaran terhadap isu Environmental, Social, and Governance (ESG) atau Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST) telah menjadi perhatian utama di masyarakat dalam beberapa tahun terakhir.
Laporan Tim Continuum-INDEF dan Populix berjudul “Indeks Konsumen Indonesia Report: Awareness Masyarakat terhadap Isu Lingkungan”, mempertegas hal itu.
Laporan itu menemukan bahwa, secara umum, responden sudah memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi pada topik dan isu-isu ESG. Namun, persepsi responden dalam menilai kebijakan dan upaya pemerintah dalam isu LST cenderung lebih rendah. Dari topik lingkungan, isu kendaraan listrik memiliki persepsi yang positif, tetapi keinginan untuk beralih dan meninggalkan bahan bakar fosil masih rendah di antara para responden.
Sementara untuk isu sosial, ketenagakerjaan menjadi isu yang menjadi perhatian masyarakat. Responden cenderung menilai bahwa kondisi pasar kerja di Indonesia belum terlalu baik. Pada topik tata kelola, pengetahuan mengenai isu KKN sudah baik, tetapi persepsi terhadap upaya pemerintah dalam memerangi KKN masih cenderung kurang efektif.
“Perbedaan dalam tingkat pendidikan dan status ekonomi menghadirkan nuansa yang menarik dalam pemahaman terhadap isu-isu LST. Responden dengan tingkat pendidikan lebih tinggi menunjukkan pemahaman yang lebih mendalam terkait topik ketenagakerjaan dan keamanan siber. Begitu juga pada tingkat ekonomi, dimana responden dengan ekonomi tinggi lebih proaktif dalam menghadapi polusi udara dengan langkah-langkah perlindungan diri yang lebih lanjut,” ungkap Nazmi Haddyat Tamara, Social Research Manager Populix, Senin (22/1/2024).
Selama periode observasi Oktober-November 2023, mobil listrik menjadi pusat perhatian dalam perbincangan lingkungan, mengungguli perbincangan seputar polusi udara dan energi terbarukan. Meskipun responden cenderung melihat kendaraan listrik sebagai solusi potensial untuk meningkatkan kualitas udara, mayoritas masih belum memiliki berencana untuk mengadopsi kendaraan listrik dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, polusi udara menjadi perhatian utama dengan fokus pada kondisi udara di Jakarta, dampaknya, dan perasaan masyarakat terhadap isu tersebut. Meskipun ada persepsi bahwa kondisi udara di Jakarta telah membaik, perbedaan pandangan muncul antara hasil survei dan analisis media sosial. Faktor ekonomi juga memainkan peran, dengan responden berpendapatan tinggi memiliki akses ke lingkungan yang lebih bersih.
Sementara itu, kesadaran akan kesehatan cenderung tinggi di kalangan responden, di mana hal ini tercermin dalam tindakan proaktif responden, seperti penggunaan masker. Responden dengan tingkat ekonomi tinggi bahkan mampu melibatkan langkah perlindungan diri tambahan, seperti membeli air purifier.
Dalam konteks energi terbarukan, perbincangan mencakup dukungan terhadap penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dan pemanfaatan limbah cair sawit sebagai EBT. Meskipun masih sedikit responden yang menerapkan energi terbarukan secara mandiri, responden menunjukkan kecenderungan positif untuk mengadopsi energi terbarukan di masa depan, sementara sebagian lainnya mengekspresikan ketidaksetujuan terhadap efektivitas upaya pemerintah dan industri dalam mempromosikan sumber energi terbarukan.
Sedangkan isu-isu sosial yang menjadi fokus perbincangan utama, yakni ketenagakerjaan, hak asasi manusia (HAM), dan isu tahun politik. Ketenagakerjaan mendominasi perbincangan dengan lebih dari 110 ribu pembahasan selama periode observasi, mencerminkan ketidakpuasan masyarakat pada kesulitan mencari pekerjaan, upah yang dianggap rendah, nasib guru honorer, dan keinginan untuk gaji lebih tinggi.
Respon dari media sosial dan survei menunjukkan kekecewaan terhadap kondisi pasar kerja, khususnya terkait kebijakan dan upaya pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja, serta melindungi hak pekerja. Sulitnya mempertemukan antara pencari kerja dan lapangan kerja yang sesuai juga menjadi perhatian, dengan faktor seperti ekspektasi gaji yang tinggi dan persyaratan pekerjaan yang spesifik.
Sementara itu, untuk masalah tata kelola, hal-hal yang banyak diperbincangkan yaitu kebebasan berpendapat dan keamanan siber (cybersecurity), intimidasi terhadap jurnalis, konflik Rempang, dan kebocoran data pada tahun 2023. Selain itu, maraknya kasus korupsi, melibatkan pejabat tinggi negara, menjadi perhatian utama responden dan mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap praktik korupsi yang merugikan negara.
Secara keseluruhan, perbincangan yang tinggi mengenai isu sosial dan tata kelola mencerminkan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap perkembangan yang terkait dengan kebebasan berpendapat, keamanan siber, dan tata kelola baik di tingkat perusahaan maupun negara. (*AMB)
Discussion about this post