youngster.id - Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung jadi juara umum dalam Kontes Mobil Surya Tanpa Awak (KMSTA) 2019. Dua tim yang dikirim ke lomba tersebut meraih Juara 1 kategori Lintasan Lurus dan Juara 2 kategori Race.
Tim yang menjuarai Lomba Lintasan Lurus adalah tim Light Project yang beranggotakan Sidi Budisina Baharuddin (Teknik Material 2017), Raka Al Thareq (Teknik Material 2017), Raka Bimo Avianto (Teknik Mesin 2017), Akhmad Razi (Teknik Mesin 2017), dan Tiya Khairina Izzati (Teknik Material 2017) di bawah bimbingan Dr. Aditianto Ramelan.
Sementara itu, tim yang menjuarai kategori Race adalah Ganesolar yang terdiri atas mahasiswa Teknik Mesin 2017 yaitu Fadhlan Humala Hasibuan, Maulana Yusuf Izzudin, M. Naufal Fauzan, dan Ogya Farrosy di bawah bimbingan Dr.Eng. Panji Prawisudha.
Pada kompetisi yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada 21-22 September 2019, kedua tim ITB harus bersaing dengan 18 tim lain dari berbagai kampus di Indonesia.
KMSTA sendiri terdiri atas tiga kategori, yaitu Lintasan Lurus, Race, dan Presentasi. Kategori Lintasan Lurus mengetes kecepatan dan perubahan voltase mobil ketika melaju di lintasan lurus sepanjang 30 meter. Setelah itu, pada kategori Race mobil harus balapan dengan mobil lain pada lintasan melingkar 70 meter per lap selama 6 menit. Terakhir, setiap tim mempresentasikan desain dan performa mobilnya masing-masing.
“Setiap tim harus mengikuti ketiga kategori, dan masing-masing kategori terdapat penilaiannya. Jadi, sangat mungkin satu tim hanya dapat juara 1 di kategori ataupun ketiganya,” ujar Ogya Farrosy dari Tim Ganesolar saat diwawancarai reporter Humas ITB.
Ogya mengungkapkan bahwa persiapan mengikuti lomba ini sudah dimulai sejak bulan Juli lalu. Tim mereka mendesain mobilnya secara sederhana. Komponen-komponen yang digunakan adalah ESC, motor DC, servo, dan MDF yang dilaser cut sebagai material chassis dan body mobil. Berdasarkan desain tersebut, efisiensi daya tergolong rendah tapi tahan banting. “Pada saat dilombakan, voltase baterai mengalami sedikit penurunan tetapi masih tergolong cukup baik,” ungkapnya.
Sementara itu, Tim Light Project merancang mobil menggunakan solar cell modular tanpa lapisan proteksi agar lebih mudah dibongkar ketika ada kerusakan. Meskipun mahal dan fragile (rapuh), keuntungan dari desain ini adalah efisiensi dayanya cukup tinggi sehingga mampu mengantarkan tim ini juara 1.
Bagi tim tersebut, perisapan teknis yang matang dan maksimal menjadi kunci dalam mengikuti lomba. Sehingga jangan sampai ketika H-1 acara, masih ada beberapa perbaikan komponen. Komunikasi dan koordinasi dengan pembimbing juga sangat perlu untuk memastikan segalanya berjalan dengan baik.
STEVY WIDIA
Discussion about this post