youngster.id - Kargo Technologies menargetkan pengoperasian lebih dari 500 kendaraan Listrik (EV) pada 2025 dan 2.500 unit pada 2026, sebelum mencapai elektrifikasi 40.000 kendaraan pada 2035.
Inisiatif ini mendorong percepatan transisi menuju rantai pasok hijau di Indonesia serta membangun fondasi “Electrified Silk Road”, yaitu jaringan logistik berbasis kecerdasan buatan yang menghubungkan Asia Tenggara, Tiongkok, dan Timur Tengah. Upaya tersebut sejalan dengan regulasi energi nasional, termasuk Permen ESDM No. 10/2025 dan Perpres No. 112/2022, yang memperkuat urgensi penggunaan transportasi rendah emisi.
“Kendaraan listrik memungkinkan kita melihat logistik bukan sekadar aktivitas pemindahan barang, tetapi sebagai sebuah sistem terintegrasi yang dapat dianalisis, diukur, dan terus ditingkatkan,” ujar CEO dan Founder Kargo Technologies, Tiger Fang, dikutip Senin (8/12/2025).
Kargo telah bekerja sama dengan sejumlah pelanggan besar seperti SPX, Astro, Teleport, dan Modena untuk mulai mengalihkan sebagian jaringan distribusi mereka ke armada EV. Integrasi ini diharapkan mampu menekan biaya operasional, memperbaiki kinerja emisi, serta meningkatkan keandalan pengiriman seiring ekspansi armada listrik perusahaan.
Visi jangka panjang perusahaan mencakup pembangunan jaringan logistik asset-light berbasis AI yang menghubungkan pabrik hingga konsumen di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan negara-negara Global South. Jalur perdagangan terpadu ini ditujukan untuk menghadirkan proses logistik yang lebih bersih, lebih cepat, dan lebih transparan dibandingkan model konvensional berbasis solar.
Peluncuran program yang digelar di Jakarta dihadiri lebih dari 150 pemangku kepentingan dari sektor publik dan swasta, termasuk pembuat kebijakan, produsen EV, lembaga pembiayaan, dan media. Kehadiran mereka menandakan meningkatnya perhatian terhadap transisi logistik hijau di Indonesia.
Ketua Umum KADIN Indonesia, Anindya Bakrie, menilai sektor privat memegang peran penting dalam mewujudkan implementasi energi bersih.
“Pemerintah telah menyusun arah yang jelas untuk transisi energi, tetapi sektor privat lah yang harus menerjemahkannya menjadi proyek nyata, armada nyata, dan lapangan kerja nyata,” kata Anin.
Kargo telah memulai program pilot dengan sejumlah pelanggan korporasi pada akhir 2025 untuk mengukur efisiensi energi, kesiapan rute, serta mengumpulkan umpan balik pengguna awal. Target elektrifikasi penuh ditetapkan pada 2035.
Untuk mempercepat adopsi EV di sektor logistik, perusahaan meluncurkan program kemitraan armada listrik yang menawarkan keunggulan operasional serta visibilitas real-time melalui platform Kargo Nexus. Program ini membantu perusahaan memenuhi target ESG dengan menghadirkan operasional rendah emisi yang terukur.
Kargo juga menandatangani MoU dengan beberapa produsen kendaraan listrik komersial seperti Foton, JAC, Wuling, dan VKTR yang telah melakukan lokalisasi produksi di Indonesia. Dukungan pembiayaan dari HSBC, Indomobil Finance, dan Chailease memungkinkan penyediaan skema pengadaan armada EV secara terstruktur dan dapat diskalakan.
Bagi mitra logistik dan transporter, Kargo menawarkan skema sewa, pembiayaan, dan pengadaan armada yang fleksibel, termasuk akses ke proyek eksklusif yang membutuhkan kendaraan listrik.
STEVY WIDIA
















Discussion about this post