Kedai Sayur Raih Pendanaan Tahap Awal Rp18,7 Miliar

Kedai on Mobile dari Kedai Sayur. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Kedai Sayur, startup Indonesia yang memberdayakan pedagang sayur keliling melalui penggunaan teknologi meraih pendanaan tahap awal sebesar $1.3 juta atau setara Rp17.3 miliar yang dipimpin oleh East Ventures.

“Dana segar ini akan digunakan untuk mempercepat Kedai Sayur dalam merekrut pedagang sayur sebagai mitra,” ungkap Adrian Hernanto, CEO dari Kedai Sayur dalam keterangannya, Senin (27/5/2019) di Jakarta.

Kedai Sayur didirikan pada akhir tahun 2018 dengan misi untuk membawa inklusi teknologi bagi pedagang sayur di negeri dan meningkatkan kesejahterahaan hidup mereka. Perusahaan ini didirikan oleh mantan Deputy Director of Business Process dan IT Triputra Group, Adrian Hernanto, beserta kedua rekannya, Ahmad Supriyadi dan Rizki Novian.

Adrian mengungkapkan, setiap harinya, masyarakat Indonesia mengonsumsi berbagai produk segar seperti sayuran, buah, daging, dan ikan. Pada tahun 2017 saja, jumlah konsumsi produk segar di Jakarta, Bandung, dan Surabaya diperkirakan mencapai $8.4 Miliar (atau setara 120,9 triliun Rupiah).

“Melalui jaringan kami yang luas dan penggunaan teknologi, kami percaya dapat memberdayakan pasar produk segar dan membuktikan bahwa penduduk ekonomi tingkat manapun, termasuk tukang sayur, dapat merasakan manfaat dari inklusi teknologi,” kata Adrian dalam keterangannya, Senin (27/5/2019) di Jakarta.

Kini, Kedai Sayur telah memiliki 2.000 mitra bergabung di area Jakarta dan terus meningkat hingga 60% setiap bulannya. 80% mitra secara aktif menjual produk mereka dan pertumbuhan total nilai penjualan barang (GMV) Kedai Sayur mencapai 5x lipat dalam empat bulan terakhir.

Dengan ekosistem petani, fasilitas pemilihan produk, dan jaringan distribusi yang kuat, Kedai Sayur membangun jaringan efisien untuk distribusi produk harian dan membuka akses bagi tukang sayur untuk mendapatkan produk segar berkualitas dengan harga pasar bersaing dalam satu klik saja.

Menurut Adrian, selama masyarakat sangat mengandalkan tukang sayur keliling dalam memenuhi kebutuhan dapur mereka, para pedagang mengalami kesulitan dalam mendapatkan barang berkualitas tinggi dengan harga terbaik dari satu sumber. Namun perjalanan produk segar sendiri untuk sampai ke tangan tukang sayur sangatlah panjang. Dimulai dari para petani, pengepul, lalu pedagang pasar induk dan disebarkan ke beberapa pedagang lainnya.

Proses yang panjang ini membuat tukang sayur sulit menemukan produk segar dengan mudah dan cepat. Terlebih lagi, harga pokok sayur menjadi berlipat-ganda dan menekan keuntungan tukang sayur.

“Telah sekian lama banyak pemain berusaha mengatasi permasalahan ini, namun belum ada yang benar-benar berhasil. Kedai Sayur mengatasi masalah ini melalui kerja sama dengan beberapa petani dan mitra lainnya secara langsung untuk pemilihan produk segar dan distribusi. Tukang sayur yang bergabung sebagai Mitra Sayur dapat mengakses produk segar berkualitas dengan harga terbaik hanya dalam satu sentuhan jari saja melalui aplikasi Kedai Sayur. Produk tersebut nantinya dapat diambil Mitra Sayur pada titik drop-off terdekat dengan mereka,” papar Adrian.

Kedai Sayur juga menawarkan Mitra Sayur sebuah kendaraan distribusi jenis baru  yang disebut “Si Komo” (singkatan dari Kedai on Mobile). Kendaraan ini memungkinkan Mitra Sayur untuk menjangkau pelanggan mereka dengan lebih efisien dan membawa lebih banyak produk sekaligus.

“Kami percaya bahwa misi kami mampu meningkatkan kehidupan para tukang sayur dengan membebaskan mereka dari jam kerja yang tidak teratur dan berbagai kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan,” ucap Adrian lagi.

Dengan design yang unik, kendaraan ini juga dapat dialih-fungsikan untuk layanan lainnya seperti pengantaran paket ataupun menjual makanan. Hal ini memungkinkan Mitra Sayur untuk mendapatkan pendapatan tambahan setelah selesai menjual produk segar mereka hari itu. Kedai Sayur juga menawarkan program pembiayaan bagi Mitra Sayur yang ingin mendapatkan Si Komo namun mengalami keterbatasan dana.

Wilson Cuaca, Managing Partner East Ventures menceritakan, pedagang sayur keliling kemungkinan sudah ada sejak ratusan tahun lalu dari zaman penjajahan di Indonesia. Menariknya, pedagang sayur keliling masih bertahan hingga sekarang di lingkungan modern ini, bersanding dengan supermarket dan toko kelontong lainnya yang bertumbuh dengan cepat. Meski demikian, pedagang keliling merupakan cara ternyaman bagi konsumen untuk mendapatkan kebutuhan hariannya.

 “Kedai Sayur seiring dengan dua hipotesis East Ventures. Yang pertama adalah inklusi teknologi untuk pedagang yang kurang terlayani dalam mengakses teknologi dan kedua, meningkatkan rantai pasokan di Indonesia. Pedagang sayur keliling tradisional merupakan kearifan lokal yang sudah ada sejak lama dan kami mau mempertahankan budaya tersebut dengan sentuhan teknologi,” ungkap Wilson.

STEVY WIDIA

Exit mobile version