youngster.id - Pemerintah menargetkan, pendapatan devisa dari sektor pariwisata mencapai US$ 20 miliar tahun ini. Untuk bisa mencapai target tersebut, Kementerian Pariwisata menjadikan Jakarta Fashion Week (JFW) sebagai agenda nasional.
“Untuk bisa mencapai target itu, salah satunya dengan menggandeng JFW menjadi calender event nasional,” kata Esthy Reko Astuti Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Management Calender of Event (CoE) dalam pembukaan JFW, Selasa (22/10/2019) di Senayan City, Jakarta.
Jika target tersebut tercapai, sektor pariwisata berpeluang menjadi penyumbang devisa terbesar di Indonesia, mengalahkan hasil ekspor sawit maupun minyak dan gas (migas). Hal ini juga akan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air.
Esthy optimistis acara ini bisa meningkatkan kunjungan dari wisatawan nusantara maupun mancanegara. Dengan begitu, JFW diharapkan bisa turut meningkatkan pendapatan devisa dari sektor pariwisata. Di satu sisi, para perancang busana yang berpartisipasi juga dapat mengembangkan diri.
Sejauh ini, ia mencatat bahwa pendapatan dari sektor mode di Indonesia kalah dibanding negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Ia menilai, perlu ada kerja sama antarpemangku kepentingan (stakeholder) guna mengembangkan sektor ini.
“Kami terus berupaya agar karya-karya desainer Indonesia bisa bersaing di pasar internasional,” kata Esthy. JFW 2019 akan digelar hingga 28 Oktober 2019.
Sepanjang sepekan penuh gaya ini, JFW 2019 menampilkan lebih dari 2.600 looks terbaru dari 205 desainer dan label Tanah Air dan negara sahabat. Dua kompetisi bergengsi, Lomba Perancang Aksesori 2018 dan Lomba Perancang Mode Menswear 2018, juga siap melahirkan desainer baru penuh talenta.
JFW 2019 juga hadir bersamaan dengan Fashionlink Showroom & Market, yang menyuguhkan 147 stan fashion, beauty, kuliner, dan gaya hidup, yang telah dikurasi JFW.
STEVY WIDIA