youngster.id - Ternyata, lulusan baru yang kerja sesuai dengan jurusannya hanya 20%. Dengan kata lain, sisa 80%nya bekerja tidak sesuai dengan jurusan saat kuliah. Data dari Integrity Development Flexibility (IDF) menyebutkan bahwa sebanyak 87% mahasiswa di Indonesia salah jurusan.
Hal ini berkorelasi positif dengan produktivitas dan gairah kerja seseorang ketika sudah menapaki dunia profesional. Menurut survei dari lembaga konsultasi dan riset Gallup, 63% karyawan yang bekerja sesuai dengan minat-bakat mereka, lebih mungkin merasa energik di tempat kerja. Sehingga bisa disimpulkan, mengidentifikasi minat dan bakat menjadi faktor cukup penting sebelum mencari pekerjaan.
Hal ini diamini oleh Sabhrina Salsabella, Social Media Officer di sebuah perusahaan. Saat lulus dari kampus, perempuan asal Bandung ini langsung bisa mengenali minat dan bakat dirinya yang sangat berhubungan erat dengan dunia kreatifitas. Sehingga saat mencari pekerjaan ia langsung condong dengan pekerjaan seputar content creation.
“Aku merasa minat dan bakatku lebih ke arah industri kreatif, terus bisa support content creation di pekerjaan dan jadi lebih mudah beradaptasi. Skill yang aku punya ini sangat mendukung performance dan upgrade karir aku,” ucap Sabhrina.
Sayangnya tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama dalam mengenali minat dan bakat mereka. Sejumlah praktisi di bidang manajemen sumber daya manusia memaparkan beberapa faktor yang bisa menentukan minat dan bakat seseorang mulai dari faktor internal maupun eksternal. Belum lagi, dalam diri setiap individu terdapat bakat potensial yang kadang tidak disadari, padahal bisa menunjang kehidupan mereka.
Contohnya apa yang dialami oleh Luthfi Deriananda, Public Relations pada Edtech Cakap. Luthfi yang keranjingan gawai sejak remaja, akhirnya memutuskan kuliah di jurusan teknik informatika dan sains komputer. Namun tanpa disadari, ia memiliki bakat tersembunyi untuk bekerja di bidang komunikasi. Dulu ia menganggap lulusan IT identik dengan aneka perangkat komputer, tapi akhirnya ia berhasil menggali bakat profesionalnya di ranah komunikasi.
“Meski lulusan IT, saya berhasil memaksimalkan hidden talent di bidang komunikasi dan bertahan di bidang ini selama 12 tahun. Karena talent bisa muncul secara optimal jika kita terus belajar dan menggali kemampuan, bukan hanya bergantung dari jurusan apa saat kuliah,” ucap Luthfi.
Faktanya, Harvard Business Review pernah mengemukakan hasil riset di tahun 2011, yakni karyawan yang menggunakan bakat mereka dalam pekerjaan cenderung memiliki produktivitas yang lebih tinggi dan mencapai hasil yang lebih baik. Kampus ternama lainnya yang mendukung temuan ini yakni Stanford University, yang mengungkapkan bahwa orang yang bekerja sesuai dengan passion, umumnya lebih puas dengan pekerjaan mereka dan berbanding lurus dengan kepuasan hidup secara keseluruhan.
Kurnia Indy Pratama, praktisi di bidang manajemen sumber daya manusia menyebutkan pentingnya bagi setiap individu untuk menggali potensi minat bakatnya. Selama ia berkarir di bidang ini, ia kerap menemukan benang merah mengenai kesesuaian minat dan bakat terhadap pekerjaan, akan memberikan kesadaran emosi yang baik dan memberikan arahan yang jelas bagi seseorang dalam pekerjaannya.
“Apabila terdapat minat dan didukung dengan bakat atas apa yang dikerjakannya, karyawan dapat lebih termotivasi untuk selalu melakukan yang terbaik,” ucap Indy.
Jadi, mari kita luangkan waktu untuk mengenali minat dan bakat diri kita sendiri dengan lebih baik. Karena jika hanya salah satunya saja, semisal hanya mengedepankan minat, dikhawatirkan akan berubah seiring waktu dan potensi yang ada dalam diri menjadi tidak termanfaatkan dengan maksimal. Sehingga perpaduan keduanya, minat dan bakat, bisa menjadi panduan dalam berkarir serta kunci menuju kesuksesan dan kebahagiaan dalam dunia kerja.
STEVY WIDIA
Discussion about this post