youngster.id - Riset World Bank dan McKinsey memperkirakan lebih dari 9 juta talenta digital akan dibutuhkan pada 2030, khususnya di bidang Artificial Intelligence (AI), data, dan otomasi industri. Apalagi keterampilan AI kini juga diintegrasikan ke berbagai bidang, termasuk human resources.
Founder & CEO Dicoding Indonesia Narenda Wicaksono mengatakan, riset Dicoding mendapati mayoritas CEO global percaya AI mampu memberikan dampak besar bagi efisiensi bisnis. Meski demikian, kemampuan mengelola data menjadi krusial agar investasi AI tidak sia-sia.
“Hambatan terbesar justru terletak pada manajemen data yang belum terintegrasi dengan baik. Pasalnya, sekitar 90% perusahaan masih belum memiliki pengelolaan data yang baik. Karena itu, digital talent yang dibutuhkan sekarang adalah mereka yang bisa menata, mengambil, dan mengolah data agar bisa dipakai AI sebagai basis keputusan,” ungkap Narenda dalam diskusi IDCamp 2025 : Shaping the Next AI Innovators Rabu (24/9/2025) di Jakarta.
Hal senada disampaikan oleh Director & Chief Human Resources Officer Indosat Ooredo Hutchison, Irsyad Sahroni. Menurut dia, keterampilan digital berbasis data atau talenta data kini menjadi primadona.
“Yang paling dibutuhkan sekarang adalah yang sudah settle, seperti AI developer, machine learning, data analyst, dan data engineer,” ujarnya.
Oleh karena itu, melalui IDCamp, Indosat menjalankan komitmennya untuk menghadirkan akses pembelajaran digital yang inklusif, agar generasi muda dapat menguasai keterampilan yang relevan dengan kebutuhan masa depan.
Irsyad mengungkapkan, AI juga mulai diintegrasikan ke bidang sumber daya manusia (HR). Jika sebelumnya perusahaan mengandalkan intuisi untuk mengukur loyalitas karyawan, kini AI mampu memprediksi kemungkinan seseorang akan mengundurkan diri (resign) atau dipromosikan dalam dua tahun ke depan, termasuk faktor-faktor yang memengaruhi keputusan tersebut.
“Kami punya platform yang bisa mengidentifikasi driving factor karyawan untuk stay. Apakah karena uang, pengakuan, atau karena faktor atasan. Jadi, bisa diantisipasi lebih awal,” ujarnya.
Sementara itu, Google Developer Expert & IDCamp Curriculum Designer Prof Esther Irawati Setiawan mengatakan, dalam 10 tahun terakhir perkembangan AI sangat pesat dan bisa dipakai di semua kalangan. Namun dia mengingatkan, penting juga untuk mempertimbangkan penggunaan AI yang bertanggung jawab.
“AI bisa digunakan layaknya pisau bermata dua. Karena itu, harapannya, AI lebih banyak memberi sisi positif ke depannya,” ujarnya.
IDCamp tahun ini juga memperluas dampak melalui program interaktif berbasis AI. Kesetaraan akses dan literasi AI lintas profesi juga didukung IDCamp Bootcamp khusus penyandang disabilitas, pengajar, dan jurnalis. Selain itu, IDCamp Connect akan digelar secara hybrid, menggabungkan sesi online dan tatap muka di berbagai kota seperti Riau, Samarinda, dan Purwokerto.
Proses pendaftaran IDCamp dirancang sederhana dan inklusif. Seluruh program dapat diakses secara gratis, sehingga memberikan peluang belajar digital yang merata bagi generasi muda di seluruh Indonesia.
STEVY WIDIA
Discussion about this post