youngster.id - Dahulu jenama kecantikan yang lebih dikenal oleh perempuan Indonesia cenderung berasal dari produk luar negeri. Belakangan produk local semakin unjuk gigi. Salah satunya adalah Michella Ham, anak muda yang jadi pebisnis skincare local.
Michella Ham adalah sosok dibalik jenama produk perawatan kulit Skin Game. Dia menginisiasi Skin Game pada tahun 2020 dengan produk perdananya, krim totol jerawat Acne Warrior.
“Lahirnya Skin Game bermula dari masalah pribadi aku karena sulit mencari obat jerawat lokal yang cocok. Saat itu, aku selalu pre-order dari luar negeri yang pasti lebih mahal dan butuh waktu lama. Jadi, aku pikir, kenapa aku gak bikin sendiri produk skincare yang berkualitas, harganya sesuai pangsa Indonesia, dan bisa digunakan oleh siapapun, termasuk pria,” tutur Michella.
Ketika itu dia baru berusia 23 tahun, namun sudah memberanikan diri untuk memulai bisnis dengan modal terbatas. Tak hanya itu, ia pun mendapatkan stigma negatif dari orang-orang sekitar yang memandang dirinya tidak memiliki pengalaman mumpuni dan hanya mengandalkan privilege keluarga. Namun, perjuangannya pun berbuah hasil dengan pembuktian keberhasilan Skin Game.
“Membangun bisnis di usia muda, apalagi perempuan, itu pasti ada komentar miring terhadap aku. Tapi, aku jalani saja yang terbaik. Fase awal, Skin Game hanya terjual sekitar 50 produk tiap bulannya. Sekarang, kita bisa mencapai penjualan ribuan produk per bulan. Apalagi, dengan adanya platform online seperti airasia shop yang membantu kami untuk menjangkau target market lebih luas lagi,” ucapnya.
Gadis kelahiran 4 April 1997 ini Bersama AirAsia berbagi empat kiat suksesnya dalam membangun bisnis produk kecantikan di usia muda yang terangkum berikut ini:
Disiplin manajemen keuangan
Berangkat dari menyisihkan uang saku semasa kuliah, Michella berhasil memutar strategi untuk melipatgandakan modal yang dimiliki. Menurutnya, fondasi utama dari keberhasilan seorang pebisnis pemula adalah kedisiplinan untuk memisahkan antara keuangan perusahaan dan kebutuhan pribadi.
“Seringkali, pebisnis pemula tidak dapat mengontrol diri soal keuangan. Pada fase-fase awal, seharusnya keuntungan bisnis diputar kembali untuk modal dan memperkuat kapital yang kita miliki. Jangan tergiur untuk menggunakannya demi kebutuhan pribadi. Meskipun sebagai owner, tetapi kita harus menempatkan diri seperti karyawan yang digaji sesuai kapasitasnya,” ucap Michella.
Masih berkaitan dengan manajemen keuangan, Michella juga menerapkan kedisiplinan dalam hal biaya pemasaran. “Dengan modal yang terbatas, kita harus cermat untuk menghitung rasio biaya operasional atau COGS dengan profit. Dulu, aku mengakali strategi promosi dengan penawaran barter review kepada influencer di media sosial. Modal minim, tapi efektivitas paparannya luas,” tambahnya.
Berani mengembangkan tim demi akselerasi bisnis
Banyak pebisnis pemula yang menunda ekspansi tim dengan alasan efisiensi biaya. Nyatanya, hal ini merupakan keputusan yang sedikit disesali Michella lantaran sempat menghambat pertumbuhan Skin Game.
“Saat itu, bisnis Skin Game bertumbuh cukup baik, tapi tetap aku mau handle semuanya sendiri. Jadi, waktu aku banyak dihabiskan untuk urusan operasional, dan menyebabkan aku tidak bisa efektif memikirkan hal-hal strategis yang lebih krusial. Apa yang aku pelajari adalah ketika bisnis mulai berkembang, dan memiliki cash-flow yang kuat, jangan takut untuk mengembangkan tim demi akselerasi pertumbuhan bisnis secara jangka panjang,” ungkap wanita yang tengah melanjutkan studi magister di Institut Teknologi Bandung ini.
Bangun kedekatan dengan konsumen
Kompetisi industri kecantikan bukanlah hal yang mudah. Maka dari itu, brand harus menerapkan diferensiasi agar mampu bertahan di tengah sengitnya gempuran kompetitor. Salah satu diferensiasi dari Skin Game adalah membangun kedekatan dengan konsumen. Bagi Michella, brand harus mendengarkan segala masukan dari konsumen dan benar-benar diaplikasikan secara nyata untuk pengembangan kedepannya.
“Skin Game bukan hanya sebuah beauty business, namun juga relationship business. Tagline kita adalah ‘Your Skin Listener’, yang artinya kita benar-benar mendengarkan konsumen. Kami juga memiliki komunitas, Skin Game’s Warrior yang menjadi wadah bagi para konsumen setia Skin Game untuk terlibat aktif dalam berbagai program dan memberikan kritik saran. Saat ini, sudah ada lebih dari 400 anggota Skin Game’s Warrior di seluruh Indonesia,” paparnya.
Eksplorasi semua peluang positif
Meskipun telah berhasil mengembangkan Skin Game di Indonesia, namun Michella tak lantas berpuas diri. Ia terus mengeksplorasi berbagai peluang baru untuk memperluas pangsa pasar, termasuk bermitra dengan airasia shop yang merupakan bagian dari ekosistem airasia Superapp.
“Yang bikin aku tertarik untuk bergabung dengan airasia shop, karena aku ingin brand Skin Game dikenal secara lebih luas lagi, menjangkau market baru melalui layanan in-flight delivery di penerbangan AirAsia. Menurut aku, itu adalah keunikan airasia shop yang tidak bisa ditawarkan oleh platform marketplace lainnya. Sejalan dengan rencana jangka pendek aku untuk melihat potensi ekspansi di luar negeri,” tutup Michella.
STEVY WIDIA
Discussion about this post