youngster.id - Sektor pertanian Indonesia memegang peran penting dalam perekonomian, dengan nilai ekspor mencapai US$ 52,9 miliar dan impor sebesar US$ 30,3 miliar pada 2023. Namun, regulasi Anti Deforestasi Uni Eropa (EUDR) terus mengubah perdagangan global dengan menempatkan keberlanjutan sebagai syarat utama akses pasar. Aturan ini bertujuan mencegah produk yang terkait dengan deforestasi masuk ke Uni Eropa. Tetapi bagi negara penghasil komoditas seperti Indonesia, perubahan ini membawa tantangan sekaligus peluang strategis.
Co-Founder dan Board Member Koltiva Ainu Rofiq mengatakan, kerangka regulasi saat ini menghadirkan tantangan besar bagi petani kecil.
“Tanpa dukungan yang memadai, mereka berisiko tertinggal, tidak mampu memenuhi persyaratan kepatuhan, dan akhirnya terisolasi dari perdagangan global,” katanya pada diskusi BeyondTraceability Talks belum lama ini di Jakarta.
Menurut Rofiq, sebagai perusahaan teknologi pertanian yang berfokus pada rantai pasok berkelanjutan, Koltiva mengembangkan pendekatan terintegrasi yang memastikan transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan, memungkinkan bisnis menghadapi kompleksitas EUDR sekaligus mendukung petani kecil.
“Dengan penerapan penuh EUDR pada tahun 2026, waktu semakin mendesak untuk memastikan kepatuhan. Saat pasar global semakin berfokus pada komoditas berkelanjutan dan bebas deforestasi, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan penyedia teknologi menjadi kunci agar Indonesia tetap kompetitif di perdagangan internasional,” ungkapnya.
Menurut Rofiq, bisnis harus beralih dari manajemen rantai pasok yang reaktif ke pendekatan proaktif dengan berinvestasi dalam solusi ketertelusuran berbasis teknologi. Ia menekankan bahwa perusahaan yang gagal memantau praktik sumber daya mereka berisiko kehilangan akses pasar, menghadapi konsekuensi hukum, dan merusak reputasi merek. Untuk tetap kompetitif, perusahaan harus memastikan transparansi penuh dan akuntabilitas di seluruh rantai pasok mereka.
Salah satu aspek utama dalam kepatuhan EUDRadalah ketertelusuran rantai pasok. Solusi unggulan Koltiva, KotliTrace memberikan wawasan real-time tentang asal-usul produk, kepatuhan pemasok, dan risiko keberlanjutan. Platform ini memungkinkan bisnis melakukan penilaian risiko, menerapkan strategi mitigasi, dan memastikan keselarasan dengan regulasi yang terus berkembang.
Meski solusi digital berperan penting, Rofiq menekankan bahwa kepatuhan tidak bisa dicapai hanya dengan pengumpulan data. Tim lapangan bekerja langsung dengan produsen, koperasi, dan pemasok untuk memverifikasi praktik keberlanjutan di lokasi. Para ahli ini melakukan audit lapangan, memberikan pelatihan teknik pertanian berkelanjutan, serta membantu petani memenuhi standar regulasi.
“Mengacu pada laporan digital saja tidak cukup. Klaim keberlanjutan harus diverifikasi langsung di lapangan untuk memastikan kredibilitas. Karena itu, pendekatan hybrid—menggabungkan teknologi dengan keterlibatan langsung di lapangan—adalah cara paling efektif untuk membangun kepercayaan dan menciptakan dampak nyata,” paparnya.
Selain itu, Rofiq menegaskan, memberdayakan petani kecil dengan pengetahuan dan alat yang tepat sangat penting untuk memastikan daya saing mereka di pasar global. Program yang menggabungkan pelatihan digital dan tatap muka berperan krusial dalam membekali petani dengan keterampilan utama, termasuk praktik pertanian yang baik, literasi keuangan, dan pemahaman terhadap regulasi. Inisiatif ini membantu petani kecil menghadapi standar keberlanjutan yang kompleks serta memperkuat akses mereka ke pasar.
“Pendidikan adalah kunci agar petani kecil tidak terpinggirkan dari rantai pasok global. Dengan membekali mereka keterampilan yang tepat, kita membantu mereka meningkatkan produktivitas, menaikkan pendapatan, dan memenuhi standar internasional,” pungkasnya.
Saat ini, pemerintah Indonesia tengah merancang langkah perlindungan, salah satunya melalui pengembangan National Dashboard—sistem data terintegrasi yang bertujuan memastikan transparansi dan ketertelusuran dalam rantai pasok komoditas.
STEVY WIDIA
Discussion about this post