youngster.id - Kementerian Kominfo berkolaborasi dengan Meta meluncurkan Meta Immersive Learning Academy (MILA). Ini adalah Akademi Pembelajaran Virtual yang berteknologi augmented reality hingga virtual reality.
Dirjen Aptika Semuel Pangerapan mengatakan, melalui akademi tersebut diharapkan terbangun ekosistem talenta digital di Indonesia secara lebih optimal.
“Pastinya banyak sekali yang bisa kita kolaborasikan. Pertama, kita mendukung program ini karena akan membangun ekosistem terutama bagaimana meningkatkan kecakapan digital masyarakat lebih optimal,” ujar Semuel dalam keterangan pers, Senin (5/9/2022).
Menurut Semuel, adanya pembelajaran teknologi itu juga membuka gerbang ke metaverse dan dapat dipelajari banyak kalangan, mulai dari pelaku UMKM hingga dimasukkan dalam program Digital Talent Scholarship (DTS).
“Para kreator dari berbagai latar belakang bisa mengikuti pelatihan MILA ini. Kan kita sekarang kebayang ya, kalau pergi kemana-mana selalu cari yang instagramable. Dengan adanya teknologi virtual reality, kita berdiri di suatu tempat itu bisa langsung muncul semua visualisasinya. Kita bisa buat video, bisa buat gambar, ini kan hal yang menarik. Produknya kita scan, dan kita lihat programnya bisa bercerita,” jelasnya.
Semuel juga mengatakan, selain dapat memperkaya kecakapan digital lewat teknologi baru tersebut, para UMKM juga bisa belajar tentang cara memasarkan produk secara daring. Salah satunya melalui program UMKM Go Online dari Ditjen Aptika.
“Dalam pembelajarannya, nanti kita berikan juga pembekalan UMKM bagaimana sih yang membuat produk mereka tuh supaya lebih menarik dilihat masyarakat. UMKM tidak hanya diajarkan bagaimana menggunakan ruang digital untuk memperluas bisnisnya, tetapi juga dibekali ilmu bagaimana memperkaya penampilan produk agar bisa menaikkan penjualan,” pungkas Semuel.
Sementara itu, Manajer Kebijakan Publik Meta di Indonesia, Noudhy Valdryno menyebutkan dengan adanya akademi pembelajaran virtual ini, maka talenta digital Indonesia bisa mengisi pasar metaverse di masa depan.
“Kami percaya di era metaverse nanti, kita membutuhkan lebih banyak lagi kreator-kreator untuk bisa memajukan dan memposisikan Indonesia. Kita bukan hanya jadi pasar, tapi juga menjadi player (pemain). Kita bisa menjadi pemeran penting,” ucapnya.
Noudhy mengatakan, Meta perlu menggandeng kreator sejak dini. Menurutnya, dengan mengikuti akademi tersebut kreator bisa memiliki kemampuan baru dan menjadi bagian dari digitalisasi di masa depan.
“Kami berikan pelatihan secara daring selama 12 jam, peserta akan mendapat sertifikasi serta validasi atas kemampuan mereka. Sedangkan untuk kurikulum pembelajaran Akademi Pembelajaran Virtual di Indonesia, Meta menggandeng Hacktiv8 yang merupakan lembaga pendidikan berfokus pada teknologi,” ucapnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post