youngster.id - Pengembangan kota-kota baru terus diperlukan. Namun tak hanya harus lengkap secara infrastruktur , tetapi juga perlu konsep kota cerdas atau smart city.
Chairman dan Founder PT Jababeka Tbk Setyono Djuandi Darmono mengatakan, konsep smart city itu kadang hanya menjadi gimmick marketing bukan kota cerdas dalam arti sesungguhnya.
“Smart city ini awalnya hanya gimmick marketing, karena iklim bisnis dunia sudah berubah didorong oleh munculnya banyak pelaku industri online,” ujar Darmono saat menyampaikan presentasi dalam seminar sehari dengan tema “Smart City Smart Region, New And Big Business Oportunities” Jumat (19/5/2017) di Hotel Mulia, Jakarta.
Dengan pesatnya jumlah pertumbuhan penduduk, pembangunan kota-kota baru juga diperlukan.
“Untuk Indonesia, dengan jumlah penduduk 250 juta jiam, diperlukan 500 kota baru. Jababeka telah diminta pemerintah untuk membangun 100 kota,” tegas Darmono.
Menurut Darmono jika kota-kota tidak siap berubah menjadi smart city, akan terjadi kelesuan ekonomi seperti halnya menurunnya bisnis pusat-pusat perbelanjaan.
“Contoh nyata adalah berubahnya shopping mall, mereka harus bersiap berubah karena begitu majunya bisnis online,” ujar Darmono.
Darmono mengungkapkan, salah satu kota cerdas yang telah dibangun Jababeka adalah Cikarang.
“Dahulu, 28 tahun lalu kita mulai membangun Cikarang hanya dengan 500 hektare. Dari sebuah tempat yang dikenal sebagai ‘tempat jin buang anak’ kini sudah menjadi kota yang pesat dengan kawasan industri, shopping mall, lapangan golf, medical center, yang luasnya hampir 50.000 hektare.
Pesatnya pertumbuhan Cikarang, menurut Darmono, bisa dicontoh oleh kota-kota lainnya, yang ingin menerapkan konsep kota cerdas.
STEVY WIDIA
Discussion about this post