Laba Naik, Danamon Akan Fokus Ke UKM di Tahun 2017

Sng Seow Wah, Direktur Utama Bank Danamon (kedua kiri) didampingi jajaran direksi Bank Danamon. (Foto: Stevy Widia/Youngsters.id)

youngster.id - PT Bank Danamon Tbk mencatat kinerja yang cukup bagus sepanjang 2016. Bank berkode BDMN ini meraup laba sebesar Rp 2,67 triliun atau naik 12% di 2016 secara tahunan atau year on year (yoy). Untuk tahun 2017, Bank ini akan fokus ke UKM, komersial, korporasi dan konsumen.

Sng Seow Wah, Direktur Utama Bank Danamon mengatakan, Untuk mencapai target pertumbuhan kredit pada 2017 ini, Danamon akan menggenjot lini bisnis yang masih positif. “Tahun ini dan ke depan kami akan fokus ke beberapa bisnis lain seperti UKM, komersial, korporoasi dan konsumen,” ucap Wah yang didampingi jajaran direksi Bank Danamon, pada jumpa pers Kinerja Bank Danamon Tahun 2016, Rabu (1/3/2017) di Jakarta.

Pada kesempatan itu Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Bank Danamon mengatakan, pada 2016 lalu mencatat pertumbuhan kinerja yang cukup bagus. Di antaranya adalah bisnis UKM, KPR komersial yang tumbuh doube digit masing masing sebesar 10%, 21% dan 11%.

Selain itu, pendapatan bunga bersih pada 2016 lalu tercatat naik tipis 1% secara yoy menjadi Rp 13,7 triliun. Kenaikan tipis pendapatan bunga bersih ini karena turunnya pertumbuhan kredit selama 2016 sebesar 2% yoy menjadi Rp 127,3 triliun. Selain itu, Kenaikan laba ini disebabkan karena beban operasional yang turun sebesar 4% yoy menjadi Rp 8,6 triliun.

Menurut Vera, penurunan tipis pertumbuhan kredit pada 2016 ini salah satunya disebabkan karena bisnis mikro Danamon Simpan Pinjam (DSP). Tercatat bisnis DSP pada 2016 lalu mengalami penurunan 30% secara yoy.

Dia mengakui adanya kredit usaha rakyat (KUR) menyebabkan tergerusnya pangsa pasar lini bisnis kredit mikro Bank Danamon yaitu Danamon Simpan Pinjam (DSP). Sementara untuk kredit bermasalah pada 2016 lalu, Danamon mencatat kenaikan tipis 10bps menjadi 3,1%. Kenaikan kredit bermasalah ini utamanya dikontribusikan dari segmen mikro DSP yang mempunyai NPL sebesar 10%.

“Pada 2017 kami targetkan kredit bisa tumbuh tinggi sebesar 10% sampai 12%,” ujar Vera.

Vera mengaku tantangan yang dihadapi DSP ke depan adalah masalah efisiensi. Hal ini karena bisnis mikro membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit. Biaya operasional ini berasal dari biaya gaji dan sewa cabang yang meningkat.

“Untuk itu Danamon akan mereview beberapa cabang bisnis mikro DSP yang kurang produktif. Jika cabang tersebut kurang produktif dan tidak efisien, bank berkode emiten BDMN ini akan melakukan penutupan cabang,” ungkapnya. Namun, Vera belum bisa merinci potensi penutupan cabang Bank Danamon pada tahun ini. Sampai saat ini, Danamon tercatat memiliki total 700 cabang DSP.

Selain akan melakukan efisiensi cabang, pada tahun ini, Danamon juga menargetkan untuk memperbaiki kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) kredit mikro DSP. Maklum, tahun 2016, NPL sektor mikro DSP sebesar 10% atau jauh lebih tinggi dari NPL Bank Danamon yang sekitar 3,1%.

Secara umum, tahun ini, bank akan fokus ke pembenahan jaringan, penyaluran dan penagihan kredit dan meningkatkan efisiensi bisnis DSP. Diharapkan dengan beberapa langkah ini, bisnis mikro DSP tidak lagi membebani kinerja Danamon kedepan.

Satinder Pal Singh Ahluwalia, Direktur Bank Danamon mengatakan, turunnya lini bisnis mikro DSP disebabkan kondisi ekonomi yang sedang turun. “Tahun ini dan ke depan, kami akan memperbaiki efisiensi dengan melakukan implementasi digital banking,” ujar Satinder.

STEVY WIDIA

Exit mobile version