youngster.id - Perusahaan ride-hailing telah mengubah bisnis transportasi dunia. Namun bagi Gojek, layanan ini bukanlah sumber laba. Unicorn Indonesia ini malah menargetkan untuk memperoleh keuntungan dari layanan antar makanan Go-Food dan layanan keuangan Go-Pay.
CEO Gojek, Nadiem Makarim, menyampaikan layanan berbagi tumpangan (ride-hailing) menyumbang kurang dari seperempat total Gross Merchandise Value (GMV) Gojek. Sementara layanan pengantaran makanan dan finansial (Go-Pay) menyumbang jauh lebih banyak dari itu.
“Kami membangun bisnis dengan asumsi layanan ride-hailing untuk mencapai titik impas (break-even point),” kata Nadiem, dilansir dari Nikkei Asian Review, baru-baru ini.
Titik BEP adalah kondisi ketika biaya pengeluaran dan pendapatan seimbang, tak ada kerugian ataupun keuntungan. Nadiem menggambarkan situasi itu sebagai skenario basis dari bisnis perusahaan. Karena itu Nadiem menegaskan, perusahaan tak memerlukan layanan roda empat untuk mencapai keuntungan bila nantinya melakukan IPO.
“Jadi, bahkan di kondisi itu kita bisa mencapai profitabilitias, ketika Gojek go public,” ujar Nadiem.
Gojek dipandang sebagai bagian dari gelombang bisnis seperti Uber ketika meluncurkan aplikasi berbagi-tumpangan ojek pada Januari 2015. Namun, dengan target untuk memperoleh profit, Gojek ingin mengatakan mereka bukanlah Uber.
Nadiem bahkan menyampaikan, segala tentang Gojek berbeda dengan perusahaan-perusahaan ride-hailing lain.
Layanan ojek daring mereka jadi komponen paling penting karena itulah yang menarik pengguna untuk menggunakan aplikasi Gojek, serta menjadi sumber pendapatan tetap bagi 2 juta mitra pengemudi perusahaan.
Kini, perusahaan telah melakukan diversifikasi layanan ke berbagai sektor, termasuk pengiriman makanan dan pembayaran digital. Masing-masing layanan itu menghasilkan US$2 miliar atau sekitar Rp28,8 triliun dan US$6,3 miliar (sekitar Rp90,7 triliun) dalam transaksi tahunan, masih berdasarkan laporan Nikkei. Namun, Nadiem tak menyebutkan kapan tepatnya Gojek akan meraih profitabilitas.
STEVY WIDIA