youngster.id - Penggunaan layanan keuangan digital di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan sepanjang 2024. Seiring itu, terjadi juga peningkatan risiko kejahatan siber. OJK mencatat kerugian akibat serangan siber berupa scam dan fraud mencapai Rp4,1 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keungan (OJK) Friderica Widyasari Dewi mengungkapkan, layanan buy now pay later (BNPL) perbankan tumbuh 29,75% menjadi Rp22,91 triliun. Bahkan, pembiayaan BNPL melonjak 56,26% menjadi Rp6,86 triliun, pinjaman daring naik 25,06% menjadi Rp83,32 triliun, dan transaksi aset kripto mencapai Rp224,11 triliun (year to date).
Di sisi transaksi, digital banking meningkat 19,08% menjadi Rp340,92 triliun, sementara BI-FAST naik 56,70% menjadi Rp6.210,97 triliun. Di sisi lain, Friderica mengingatkan, peningkatan penggunaan layanan digital juga memicu risiko penyalahgunaan data pribadi, penipuan (scam), fraud, serangan siber, dan maraknya entitas keuangan ilegal.
“Dengan digitalisasi, positifnya banyak sekali. Namun, risiko penyalahgunaan data pribadi juga meningkat. Berhati-hati dalam menggunakan media sosial, karena pelaku bisa melakukan profiling untuk memudahkan scam dan fraud,” katanya dalam WhatsApp Business Summit 2025 Selasa (12/8/2025) di Jakarta.
OJK mencatat kerugian akibat scam dan fraud mencapai Rp4,1 triliun, dengan 200 ribu korban yang melapor.
Dengan demikian, untuk memperkuat perlindungan konsumen dan pelaku bisnis daring di Indonesia, OJK menggandeng platform WhatsApp sebagai kanal pengaduan cepat. Selain itu, OJK mendirikan Indonesia Anti-Scam Center yang terhubung dengan seluruh perbankan dan sistem pembayaran nasional.
“Platform ini memudahkan masyarakat melaporkan penipuan secara cepat dan sederhana. Dengan chatbot WhatsApp, masyarakat dapat menghubungi OJK kapan saja, gratis, dan langsung terhubung ke sistem perlindungan konsumen,” pungkas Friderica.
STEVY WIDIA
Discussion about this post