Lenny Yapananda : Manfaatkan Kemudahan Era Digital Untuk Berbisnis

Lenny Yapananda, Founder Jims Honey (Foto: Fahrul Anwar/Youngster.id)

youngster.id - Dengan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang begitu cepat, generasi muda memegang peranan penting untuk turut ambil bagian di dalamnya. Berbagai kesempatan dan kemudahan di era digital ini, bahkan telah memunculkan banyak pebisnis muda yang sukses.

Belakangan ini bisnis dan transaksi dalam jaringan (online) meningkat pesat. Riset Euromonitor memperkirakan nilai transaksi e-commerce di Indonesia akan naik lebih dari dua kali lipat mencapai US$ 6,2 miliar pda 2021. Bahkan pemerintah Indonesia menargetkan nilai industri e-commere di Indonesia mencapai US$ 130 milyar di tahun 2020.

Menariknya sebagian besar pelaku bisnis online ini adalah kaum muda. Shopee Indonesia mencatat sebanyak 70% mitra penjualnya berusia kurang dari 30 tahun. Tren ini sekaligus menunjukkan kebutuhan untuk membina generasi penerus Indonesia yang dapat menjadi agen of change dan kontributor utama untuk mencapai tujuan Indonesia menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.

Salah satu pelaku bisnis yang menjadi mitra binaan Shopee Indonesia adalah Lenny Yapananda Samudera, pemilik dari Corona Shop yang menawarkan produk berupa tas dan dompet kulit sintetis berlabel Jims Honey. Produk ini sedang jadi tren di kalangan anak muda.

“Bagi aku era digital ini tentu sangat memberikan kesempatan bagi semua orang. Pokoknya kita dimanjakan untuk bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan tentu menghasilkan,” ucap Lenny kepada Youngster.id belum lama ini.

Sesungguhnya mahasiswi semester tujuh Universitas Bina Nusantara Jakarta ini baru mulai berbisnis delapan bulan lalu. Menurut dia, bahkan bisnis ini dimulainya tanpa modal yang berarti. Namun saat ini dia telah meraih omzet hingga belasan juta rupiah setiap bulan.

“Iya lumayan kalau omset perbulan hingga belasan juta setiap bulannya bisa aku dapat. Ya intinya untung yang aku dapat bisa membantu aku bayar biaya kuliah dan bisa ajak aku traveling tanpa harus minta uang dari orang tua,” ujarnya sambil tersenyum.

Keberhasilan itu berkat kejelian Lenny membaca pangsa pasar, sekaligus keinginannya untuk terus belajar dan memperluas jaringan. Selain bergabung di bawah naungan platform e-commerce ternama ini, Lenny juga membentuk komunitas yang terdiri dari 20 reseller dari berbagai kota di Indonesia. Denagn begitu, area pemasaran produk impor dari Shanghai Tiongkok itu dengan cepat meluas. Selain itu, Lenny juga bisa menularkan semangat berwirausaha kepada banyak orang.

“Jangan pernah takut untuk memulai bisnis sekecil apapun, karena yang aku lakukan ini semua dimulai dari nol,” ujar Lenny.

 

Berani Mulai

Jiwa wirausaha Lenny telah dimulai sejak SMA ketika dia menjadi penjual tas dan dompet kepada teman-teman sekolahnya. Rupanya pilihan Lenny selalu sesuai dengan keinginan para pembeli.

“Aku kebetulan suka tas, jadi mengerti bagaimana selera terbaru dari para penggemar fashion, terutama tas dan dompet,” akunya sambil tertawa.

Setelah kuliah, ternyata permintaan akan produk-produk pilihan Lenny semakin meningkat. Terutama untuk produk tas dan dompet berlabal Jims Honey. “Kebetulan supplier brand Jims Honey itu  kakak kelas aku tempatnya masih di Jakarta dan dekat kampus aku,” kisahnya.

Meski merek ini belum banyak dikenal orang, namun Lenny memberanikan diri saja. “Kalau modal pertama karena produk yang aku jual bentuk dropseat. Jadi ada orang yang order aku ambil  dan suplier yang kirim. Makanya pas awal-awal jualan ada yang beli satu piece aja senang banget. Jadi bisa dibilang, memulai bisnis ini tanpa modal dengan cara dropseat itu,” ujar anak ketiga dari 4 bersaudara itu sambil tersenyum.

“Yang penting, sebagai pedagang tas online ini harus tahu bagaimana cara dropseat dan cara packing barang. Sebenarnya, kalau aku ini agen, jadi untuk harga sudah ada patokannya. Jadi tinggal pintar-pintar aja pasang harga yang menarik,” lanjutnya.

Untuk satu produk berbentuk dompet, paling murah Lenny menjualnya mulai dari harga sebesar Rp 35.000 dan produk tas paling mahal seharga Rp 200 ribu. Dengan harga terjangkau di kalangan milenial, kini dalam setiap bulannya Lenny mampu melayani sebanyak 100 orang lebih pesanan yang masuk. “Nah kalau sekarang aku sudah nyetok,” ujarnya.

Melihat prospek bisnis ini semakin baik, Lenny pun memutuskan untuk serius menekuni bisnis ini dengan nama online shop, Corona Shop. Dia juga bekerjasama dengan e-commerce seperti Shopee. “Produk ini menarik karena harganya terjangkau untuk kalangan milenial. Dan dalam setiap bulan aku bisa memenuhi pesanan sebanyak 100 pieces lebih. Tetapi kalau hari raya, jumlahnya bisa dua kali lipat,” katanya.

Dalam kurun waktu 8 bulan Lenny sudah meraih keuntungan cukup besar. “Kebetulan di Shopee ada laporan penjualan, jadi aku bisa lihat ketika jualan aku turun, aku berusaha lebih giat lagi untuk bikin promo atau beriklan di Shopee supaya produknya bisa muncul di atas. Jadi akan mempermudah calon pembeli dan kita penjual untuk melakukan pencarian,” ucapnya menambahkan.

Bagi para penjual online pemula, Lenny berbagi sedikit tips. “Kalau untuk sistem dropseat kita tidak melihat barang. Aku sih tipsnya, beli dulu sekali dari suplier atau dari bosnya langsung. Dengan begitu, kita jadi tahu berapa cepat dia kirim barangnya, bagus atau tidak produknya, sesuai tidak warnanya dengan yang diorder dan make sure si supplier harus update stock setiap hari. Karena kalau supplier tidak update stock, kita tidak akan pernah tahu ketika ada konsumen yang menanyakan ada nggak barangnya,” ungkapnya.

 

Lenny Yapananda merupakan contoh anak muda kreatif yang jeli memanfaatkan era teknologi digital untuk berbisnis (Foto: Fahrul Anwar/Youngster.id)

 

Pintar Bagi Waktu

Kini toko online Corona Shop ini terus berkembang. Lenny mengaku dirinya mulai kewalahan mengelola toko ini. Dia harus membagi waktu antara bisnis dan belajar. Apalagi orang tuanya masih menuntut dia untuk terus berprestasi.

“Jadi karena aku masih kuliah, jadi harus benar-benar pintar bagi waktunya. Selain harus dituntut tetap belajar dan memiliki prestasi. Di sisi lain, bisnis yang sedang aku jalani juga jangan sampai terhambat. Jadi harus balance dan pintar membagi waktunya,” katanya.

Gadis yang menjadi Best Mentor Binus 2017 ini mengaku kadang greget ketika sedang kuliah ada pesanan atau komen masuk melalui akun toko. “Aku masih sendiri menjalani bisnis ini jadi yang paling bikin greget itu ketika ada jam kuliah, banyak komen dan pesanan yang masuk. Pengin banget langsung membalasnya, cuma karena masih di ruang kelas, paling bisa jawab setelah nyampe kos-an. Aku selesaikan komentar yang masuk sama pesanan dan sekalian packing. Kebetulan tempat pengiriman barang juga nggak jauh letaknya dari tempat aku tinggal, dan semuanya itu aku kerjakan sendiri,” ungkapnya.

Lenny mengaku masih banyak belajar sebagai seorang wirausaha. “Kalau sampai merugi banyak memang belum pernah. Tapi kalau pengalaman barang hilang, saat pengiriman itu pernah. Tapi baru sekali, hingga membuat pemesan harus menunggu dan bertanya lagi. Tapi dengan kejadian itu, aku jadi belajar,” tuturnya.

Di sisi lain, dia juga mengaku sangat terbantu dengan kehadiran e-commerce. “Kebetulan di Shopee ada laporan penjualan. Jadi aku bisa lihat ketika jualan aku turun, aku berusaha lebih giat lagi untuk bikin promo atau beriklan di Shopee supaya produknya bisa muncul di atas. Jadi akan mempermudah calon pembeli dan kita penjual untuk melakukan pencarian,” ucapnya.

Selain itu, meski harga produk tidak dapat diubah lagi, Lenny memiki sejumlah strategi. Misal dia membuat promo mingguan, dan memberi diskon produk secara bergantian di minggu yang berbeda “Jadi kesannya beda terus, sehingga selalu ada orang yang bisa tertarik untuk membeli produk aku ini,” ujarnya.

Dia berharap bisnisnya ini dapat terus berkembang. Apalagi sekarang dia telah memiliki 20 reseller yang tersebar di sejumlah kota di Indonesia seperti Lampung, Surabaya, dan sejumlah kota di Kalimantan.

“Makanya aku kepingin banget setelah selesai kuliah nanti fokus sehingga usaha ini bisa meluas nantinya hingga ke Asia Tenggara. Dan kepinginnya lagi nama brandnya sudah aku sendiri yang punya,” pungkasnya.

 

========================================

Lenny Yapananda Samudera

======================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version