youngster.id - Jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia diprediksi akan bertambah hingga 180 juta orang pada 2022. Angka ini hampir setengah dari total 350 juta orang kelas menengah di Asia Tenggara.
Demikian hasil studi Facebook dan Bain & Co mengenai dampak teknologi digital terhadap kelas menengah di Indonesia. Data itu juga menunjukkan kelas menengah semakin berdaya.
“Cepatnya proses urbanisasi disertai dengan pertumbuhan konektivitas dan adopsi perangkat mobile mendorong perubahan perilaku dan aspirasi kelompok masyarakat kelas menengah di Indonesia dan Asia Tenggara secara signifikan,” kata Country Director Facebook Indonesia Sri Widowati dalam peluncuran studi “The Rising Wave” di Jakarta, Kamis (27/9).
Menurut dia, segmen masyrakat a bisa memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk memperkenalkan bisnisnya, mencapai cita-cita, dan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
Studi ini dilakukan Facebook dan Bain selama April hingga Juni 2018, termasuk 80% riset etnografi, 160 peer hangouts, dan riset 2.000 jam dengan 12.000 survei di Asia Tenggara. Indonesia mewakili bagian terbesar dari sampel penelitian di mana 9 dari 21 kota yang diteliti berasal dari Indonesia. Kota-kota tersebut adalah Jakarta, Bekasi, Tangerang, Palembang, Makassar, Malang, Medan, Surabaya, dan Bandung.
Studi tersebut menunjukkan, sekitar 77% pelaku bisnis menyadari pentingnya peran masyarakat kelas menengah. Namun, hanya 15% dari pelaku bisnis yang disurvei telah memiliki rencana yang menyeluruh untuk menjangkau konsumen dari kelompok masyarakat kelas menengah.
Widowati mengatakan, Facebook terus melakukan pendidikan kepada masyarakat mengenai manfaat teknologi digital.
Facebook saat ini tengah melaksanakan Kampanye Laju Digital untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) dan She Means Business yang ditujukan untuk perempuan yang terjun ke dunia usaha. “Kami terus mencari mitra untuk memperbesar inklusi mengenai teknologi ini,” ujarnya.
STEVY WIDIA